• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
ADVERTISEMENT
Home Kampus Pendidikan

Dilema yang Dialami Pendidik Saat Pembagian Rapor

Yoga Kurniawan oleh Yoga Kurniawan
24 Desember 2021
A A
pembagian rapor
Share on FacebookShare on Twitter

Pembagian rapor itu momen dilematis!

Haaa, kok bisa? kan tinggal membagikan hasil belajar anak saja? Yang penting anak menuntaskan standar KKM (kriteria ketuntasan minimal) berati anak sudah menuntaskan kewajibannya, kan?

Hahaha, andai saja memang semudah itu. Sebelum masuk ke pembahasan, saya mau membagi sedikit perbincangan yang biasa saya dengar ketika masuk masa pembagian rapor.

“Setelah ujian penilaian akhir semester selesai minggu ini, jangan lupa ya, Bapak dan Ibu guru, disiapkan rancangan dan nilai rapornya anak-anak,” ujar Bapak Kepala Sekolah saat rapat pleno persiapan akhir pembuatan rapor belajar siswa semester ganjil.

“Pak, niki si A ki jane ambyar nilaine, tugas neng Google Classroom nggak pernah ngumpulin, ulangan harian ora tau ngerjakne, nilai PTS dan PAS juga rendah.” kata guru A.

“Sami, Pak, ada juga ki dua anak neng kelasku le mirip. Malah pernah dua kali tak kunjungi ke rumah untuk mengecek keadaan si anak. Eh ternyata kesibukannya hanya main sama tetangganya sampai nggak pernah buka WA grup kelas.” tanggap guru B.

“Ingat, Pak, niki kan nembe masa pandemi. Pas normal saja ada aja anak yang tidak maksimal dalam mengikuti pembelajaran, apalagi sekarang ini.” sahut guru C.

“Mungkin anak-anak yang tidak mengumpulkan tugas dan tidak mengerjakan ulangan harian sedang membantu orang tuanya di rumah.” imbuh Guru C

“Memang betul ada juga yang kaya gitu, Bu. Tapi, kan setiap mengumpulkan lembar belajar daring kita bisa menanyakan ke orang tua mengenai kabar dan perkembangan anak di rumah. Banyak lo anak yang sudah diminta belajar orang tuanya tapi masih saja malas-malasan.” tanggap guru A.

Percakapan tersebut akan sangat sering muncul saat momen pelaksanaan penilaian rapor oleh para guru di sekolah. Sering kali percakapan antarguru tersebut, khususnya wali kelas, begitu menguras pikiran. Idealisme standar penilaian yang seharusnya terpenuhi dengan alami terkadang harus berbenturan dengan nilai kemanusiaan alias permakluman yang terjadi. Rasanya seperti makan tapi tidak nikmat, tidur tapi tidak nyenyak, kerja tapi tidak maksimal, pake jaket tapi kurang hangat, bales pesan pake emot senyum tapi nggak senyum beneran, alias NGGAK ENAK!

Rapor adalah laporan hasil belajar anak selama satu semester yang dibagikan setiap akhir semester. Selama satu tahun ada dua kali pembagian rapor, yakni saat semester ganjil dan semester genap. Kurikulum 2013 (K-13) memuat hasil belajar secara menyeluruh atau holistik. Laporan hasil belajar memuat deskripsi capaian yang berhasil dipenuhi anak mulai dari unsur pengetahuan, keterampilan, sikap sosial, hingga spiritual sesuai KKM yang berlaku.

Secara otomatis anak harus memenuhi nilai yang dibutuhkan untuk mencapai standar KKM. Jika tidak mengerjakan tugas, ya nggak dapat nilai. Mau dapat nilai dari mana kalau anak itu sendiri tidak mengerjakan. Kasihan gurunya kalau harus memberikan nilai imajinasi.

Setidaknya ada tiga momen dilematis saat proses pembuatan rapor sampai pembagian.

Pertama, pemberian nilai yang tidak seharusnya didapat oleh siswa sering kali menguji keimanan seorang guru mata pelajaran. Kok bisa? Lha gimana, anak yang nggak lulus KKM kadang nilainya harus diotak-atik, biar menyentuh KKM. Hal ini sangat dilematis, kejujuran terkadang berbenturan dengan belas kasih.

Kedua, bagi wali kelas hal tersebut sering kali menguji keberpihakannya. Apakah wali kelas berpihak kepada anak didiknya, ataukah berpihak kepada guru mata pelajaran sesuai dengan nilai yang telah diberikan (apa adanya). Hal tersebut dapat memicu perdebatan yang sengit antarguru ketika rapat pleno dilaksanakan. Terdapat guru yang bersikukuh dengan nilai yang telah diberikan. Tetapi, wali kelas terkadang harus memohon dan memberikan argumentasi pemakluman supaya nilai anak didik diberikan minimal memenuhi standar KKM.

Bahkan ada juga sebaliknya. Terdapat juga wali kelas yang bersikukuh ingin menyampaikan nilai yang terkumpul adanya yang kelak dibagikan kepada orang tua. Tetapi, ada wali kelas lain yang menyarankan agar wali kelas tersebut meminta perbaikan nilai dari guru mata pelajaran yang bersangkutan. Tentu saja demi kebaikan anak ke depannya, juga kebaikan sekolah.

Ketiga, ketika rapor dibagikan kepada orang tua, ada saja yang tidak dapat menerima hasil belajar anaknya. Orang tua terkadang hanya mengetahui bahwa anaknya ketika di rumah atau di sekolah telah belajar dengan baik, tetapi kenyataannya tidak seperti itu. Kalau orang tuanya datang dengan baik-baik dan meminta penjelasan secara menyeluruh, tentunya guru dengan senang hati akan menjelaskan. Namun, orang tua yang datang dengan tidak sabar malah sering memprotes secara berlebihan. Menilai guru kelas tidak becus dalam mengurus anaknya. Ini kan sungguh terlalu.

Kerap kali momen-momen tersebut selalu berulang setiap tahunnya. Terlebih saat pembagian rapor kenaikan kelas di semester genap.

Semoga kelak semua pihak menemukan solusi terbaik untuk momen dilematis ini. Berbicara pendidikan tidak lepas dari evaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Sumber Gambar: Pixabay

Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Desember 2021 oleh

Tags: gurupendidikrapor

Yoga Kurniawan

Yoga Kurniawan

Peminum kopi yang kadang bingung bedain robusta sama arabica. Punya soft skill cuci otak dan sepatu, serta menguasai kecakapan abad ke-21 yakni adaptif.

ArtikelTerkait

Suka Duka Asisten Guru SD Swasta, Berharga walau Dipandang Sebelah Mata

Suka Duka Menjadi Asisten Guru SD Swasta

8 Mei 2023
Mempunyai Guru yang Memiliki Passion Mengajar Adalah Sebuah Privilese

Mempunyai Guru yang Memiliki Passion Mengajar Adalah Sebuah Privilese

3 April 2023
Emang Iya Kuliah Keguruan Cepat Balik Modal?

6 Hal yang Harus Dipertimbangkan sebelum Memutuskan Jadi Guru

16 Maret 2023
3 Dosa Menyebalkan dari Guru Bahasa Indonesia Saat Mengajar (Unsplash)

3 Dosa Menyebalkan dari Guru Bahasa Indonesia Saat Mengajar

15 Maret 2023
Guru (dan Dosen) Bukan Dewa yang Selalu Benar dan Murid Bukan Kerbau (Unsplash.com)

Guru (dan Dosen) Bukan Dewa yang Selalu Benar dan Murid Bukan Kerbau

3 Oktober 2022
Suka dan Duka Menjadi Guru Laki-laki di SD Negeri (Unsplash.com)

Guru Laki-laki di SD Negeri: Banyak Duka, Senang Sewajarnya

16 September 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
4 Hal Nggak Enaknya Jadi Guru Bahasa Jepang terminal mojok

4 Hal Nggak Enaknya Jadi Guru Bahasa Jepang

5 Dosa Gitaris yang Susah Dimaafkan terminal mojok.co

5 Dosa Gitaris yang Susah Dimaafkan

4 Hal Unik Jadi Santri di Pesantren Langitan terminal mojok.co

4 Hal Unik Jadi Santri di Pesantren Langitan

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Membaca 6 Kepribadian Berdasarkan Minuman yang Dipesan di Kedai Kopi terminal mojok.co

4 Tipe Mahasiswa di Kedai Kopi yang Patut Dihujat

oleh Achmad Fauzan Syaikhoni
21 Mei 2023

Saya Justru Menyesal Tidak Jadi Kuliah di Jogja pariwisata jogja

Akui Saja, Pariwisata Jogja Memang Sudah Menemui Titik Jenuhnya

oleh Prabu Yudianto
27 Mei 2023

5 Episode Terbaik Serial Kartun Upin dan Ipin

5 Episode Terbaik Serial Kartun Upin dan Ipin

oleh Noor Annisa Falachul Firdausi
24 Mei 2023

Juhachi Kippu: Cara Orang Jepang Keliling Negara Menggunakan Kereta

Nembak Kereta, Kelakuan Memalukan Orang Indonesia di Jepang

oleh Primasari N Dewi
25 Mei 2023

Mengenal Pagar Alam, Kota Kecil di Tengah Indahnya Pemandangan Alam Sumatera Selatan

Mengenal Pagar Alam, Kota Kecil di Tengah Indahnya Pemandangan Alam Sumatera Selatan

oleh Firdaus Deni Febriansyah
24 Mei 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=lzHUMXKyXus

DARI MOJOK

  • Diburu Kolektor, Keris Bertahta Emas Zaman Majapahit Hadir di Jogja
  • Pariwisata Jogja di Titik Jenuh? Puspar UGM dan Pelaku Pariwisata Beri Solusi
  • ELSHESKIN Bawa Segudang Promo di Acara Yogyakarta x Beauty
  • Jerit Paguyuban Korban Tanah Kas Desa Candibinangun, Perkiraan Kerugian Capai Rp190 Miliar
  • Ada 48 Kebakaran di Jogja dalam 5 Bulan Terakhir, 1.800 Relawan Disiagakan
  • Ziarah Makam Mustafa Kemal Ataturk, Misteri Jasad Ditolak Bumi dan Bau Busuk 
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!