Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dibilang erat dengan dunia klenik lah sampai dicap preman hanya gara-gara penampilan. Ah, yang bener aja!
Ada banyak fakultas yang didirikan dalam satu perguruan tinggi. Beda perguruan tinggi, beda pula ragam fakultas yang dimiliki. Namun ada beberapa fakultas yang umum dijumpai, misalnya Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Teknik (FT), Fakultas Hukum (FH), dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB). Agaknya empat fakultas ini menjadi incaran kebanyakan calon mahasiswa.
Saya pribadi nggak berkuliah di fakultas yang disebutkan di atas. Meskipun lulus sebagai anak IPA, saya malah tertarik bergabung menjadi keluarga Fakultas Ilmu Budaya (FIB). Di beberapa perguruan tinggi, kadang fakultas ini diberi nama Fakultas Bahasa dan Seni (FBS).
Meskipun nggak termasuk fakultas yang diincar kebanyakan camaba, menurut pengamatan saya, FIB malah menjadi fakultas yang paling beragam mahasiswanya. Bayangkan saja, di tempat saya berkuliah, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya merupakan kumpulan dari belasan program studi. Mulai dari prodi Ilmu Sejarah, Antropologi, hingga beragam program studi kebahasaan, seperti Sastra Indonesia hingga Sastra Jepang. Kebayang nggak sih seramai apa fakultasnya?
Menghabiskan sekitar 3 tahun di tempat dengan beragam jenis mahasiswa membuat saya kerap mendengar selentingan soal Fakultas Ilmu Budaya yang dilontarkan orang-orang, entah mahasiswa internal maupun eksternal. Saya mencoba merangkum beberapa hal salah kaprah tersebut dan ingin menjawab apa yang sebenarnya terjadi di fakultas ini berdasarkan pengamatan saya.
#1 Mahasiswa FIB itu klenik!
Nggak cuma sekali atau dua kali saya mendengar soal ini. Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya dianggap klenik, erat dengan perdukunan dan kepercayaan mistis.
Saya sempat berpikir, jangan-jangan kesalahpahaman ini muncul karena orang luar melihat tampilan mahasiswa FIB seperti dukun, ya? Duh, perlu bilang berapa kali sih kalau tampilan mahasiswa FIB memang nyentrik?
Okelah, kalau dianggap tampilan kami kayak dukun, saya bisa saja setuju. Lagi pula banyak kok mahasiswa FIB yang buka jasa ramal semacam tarot reading. Tapi kalau dibilang klenik, sejujurnya saya kurang paham karena saya nggak pernah menjumpai teman-teman di sekitar saya mengantongi jimat demi lulus mata kuliah dosen killer di fakultas kami.
Sejujurnya kami memang sering bertukar kisah urban legend, bahkan saat lorong kantin mulai sepi pada jam enam sore. Selain itu, nggak jarang beberapa mahasiswa mencoba mencari tahu kebenaran kisah tersebut dan mendatangi kampus saat tengah malam tiba.
#2 Fakultas Ilmu Berpesta
Meski kami dianggap klenik, ada juga yang menyebutkan kalau FIB kepanjangan dari Fakultas Ilmu Berpesta alih-alih Fakultas Ilmu Budaya. Hal ini tak lepas dari kegiatan mahasiswa yang saban hari nongkrong dan bikin acara. Berdasarkan pengamatan saya, sebenarnya sebutan ini dapat dibenarkan.
Saya rasa munculnya sebutan Fakultas Ilmu Berpesta ini karena atmosfer kuliah di sini kayaknya senang-senang doang isinya. Orang luar mungkin melihat kami kayak nggak kuliah karena selain Fakultas Ilmu Budaya (biasanya) asri dan teduh, ada banyak spot nongkrong yang disediakan bagi mahasiswa di kampus ini. Mungkin FIB bisa disebut kampus seni tipis-tipis, ya?
#3 Mahasiswanya spek preman semua
Salah kaprah terakhir soal mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya adalah mahasiswanya kebanyakan preman karena tampilannya yang gondrong. Sebenarnya berdasarkan pengamatan saya, memang cukup banyak mahasiswa gondrong di fakultas ini, bahkan beberapa teman saya juga memilih untuk sengaja memanjangkan rambut mereka.
Biasanya mahasiswa yang berpenampilan seperti ini berkumpul di kantin, memesan kopi, lalu menyalakan udud sambil duduk gaya Vincent diselingi pertanyaan, “Kenapa Bandung?” Hassshhh!
Akan tetapi kalau dianggap preman pun saya kurang setuju. Saya lebih setuju menyebut mahasiswa FIB itu unik. Mahasiswa di sini beragam, lho, nggak cuma ada yang gondrong. Mahasiswa yang kuliah bermodalkan sarung dan peci atau malah pakai dress pantai juga ada. Ketika hujan deras, tak jarang ada yang memilih bertelanjang dada. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya: mahasiswa FIB itu bukan klenik, melainkan nyentrik!
Begitulah salah kaprah kebanyakan orang soal mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya. Sebagai bagian dari fakultas ini, tentu saya bertugas untuk meluruskan hal-hal yang nggak sesuai agar orang-orang nggak salah paham lagi. Meskipun banyak selentingan negatif soal mahasiswa FIB, hal itu nggak menyurutkan kecintaan saya terhadap fakultas ini, kok. Minat kuliah di sini juga?
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Siapa Bilang Mahasiswa FIB Masa Depannya Suram? Bener sih, Bener-bener Minta Digeplak Maksudnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.