Berjualan menggunakan konsep warung kelontong memiliki tantangan tersendiri. Selain stok barang sebaiknya selalu ada, warung kelontong juga bersaing dengan segenap retail modern. Apalagi, retail modern seperti ini bisa memberikan tingkat kenyamanan tinggi bagi pelanggan. Jika gagal bersaing, ya keburu gulung tikar, sebelum bisa balik modal.
Narasi membeli di warung kecil ketimbang retail modern itu baik dari sisi moral. Namun, apabila hanya mengandalkan rasa kasihan tanpa melakukan inovasi dan improvisasi, sudah jelas usaha kecil semacam warung kelontong tidak akan pernah bertahan.
Daftar Isi
Pemilik warung kelontong wajib anti ngasih utang untuk pembeli
Banyak orang membeli di warung kelontong bukan karena butuh. Banyak oknum memainkan peran sebagai teman, tetangga, atau kenalan untuk utang. Kalau yang membeli barang adalah orang tidak mampu, kita masih bisa memaklumi. Terbukti, biasanya, orang yang tidak mampu cenderung tahu diri dan melunasi utang ketika memiliki uang.
Kebanyakan pembeli yang utang di warung kelontong sebenarnya adalah orang yang sebetulnya mampu. Mereka gemar memakai berbagai alasan seperti nunggu gajian, uang ketinggalan, atau bayar besok, selalu menjadi alasan klasik. Hal-hal seperti ini jelas merugikan pemilik. Kan modal untuk memperbanyak stok barang akhirnya tidak ada.
Perlu sebuah ketegasan dari pemilik warung kelontong untuk menyatakan tidak boleh utang kepada siapa saja. Memang, utang dalam nominal kecil terlihat tidak masalah. Tetapi, apabila setiap hari atau setiap saat selalu utang, semakin lama jadi timbunan juga. Dan, kalau ditagih eh malah lebih galak ketimbang yang ngasih utang.
Menjalin relasi dan kepercayaan
Membangun relasi dengan distributor barang adalah kunci. Sebagai warung kelontong dengan tenaga terbatas, bakal makan waktu lama apabila harus membeli barang langsung dari produsen.
Oleh sebab itu, penting bagi pemilik untuk mengingat nama, berteman dengan distributor, serta memiliki citra yang baik. Barang-barang yang datang dari distributor biasanya memiliki harga di bawah harga pasar. Bahkan kalau beruntung akan mendapatkan diskon serta promo sehingga keuntungan penjualan dapat meningkat.
Selain distributor, menjaga kepercayaan dengan pembeli juga penting. Kepercayaan ibarat sebuah tanggung jawab berat yang tidak semua orang dapat memikulnya. Makanya, menjaga mutu barang, menjaga harga tetap murah, serta menjaga pelayanan adalah modal awal untuk membangun kepercayaan.
Berikutnya, apabila kepercayaan sudah ada, selanjutnya menjaga ketersediaan stok barang. Kalau gagal mendapatkan barang yang ingin dibeli, dalam kurun waktu tertentu, pembeli bisa lari ke warung kelontong lain. Simpel, tapi nggak sesederhana itu.
Jangan lupa sedekah
Bersedekah merupakan kewajiban setiap orang yang memiliki rezeki lebih. Bersedekah kepada orang yang kurang mampu merupakan bentuk pembuktian citra sebagai penjual yang ramah serta solutif.
Citra positif ini bakal menjadi kekuatan sebuah warung kelontong. Trust dari pembeli dan distributor pasti aman.
Banyak warung kelontong yang tadinya ramai kemudian menjadi sepi karena banyak faktor. Mulai dari menaikkan harga terlalu tinggi, penjual tidak ramah, sampai kegagalan penjual membentuk stigma sebagai warung kelontong baik yang gemar sedekah.
Semakin ramai sebuah warung kelontong, biasanya orang akan lebih tertarik untuk membeli. Proses semacam itu hanya akan terjadi apabila dimulai dari lingkungan yang mendukung serta penjual yang melakukan komunikasi baik dengan warga sekitar.
Bersedekah juga sebagai bentuk tanggung jawab agama kepada mereka yang membutuhkan. Sehingga, sebagai manusia, tidak hanya bekerja dan bekerja namun sadar terhadap kepada yang memberi rezeki. Dampaknya sangat positif bagi lingkungan, kok.
Penulis: Yoga Aditya L
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 4 Dosa Warung Kelontong yang Bikin Pelanggan Kabur
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.