Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Nabati

Pupuk Subsidi Makin Langka, Petani Makin Merana

Arinda Lela Dwi Astutik oleh Arinda Lela Dwi Astutik
4 November 2022
A A
Pupuk Subsidi Makin Langka, Petani Makin Merana

Pupuk Subsidi Makin Langka, Petani Makin Merana (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Akhir-akhir ini, keresahan melanda petani akibat sulitnya mendapat pupuk bersubsidi. Banyak petani yang bahkan tidak lagi menanam padi dan beralih menanam jagung atau pun kedelai. Menurut mereka, dengan menanam jagung atau kedelai lebih irit pupuk, ketimbang padi yang harus diberi pupuk secara berkala.

Hal ini bikin pernyataan PLT Pembangunan Daerah Kementerian PPN atau Bappenas bisa jadi kenyataan, bahwa tahun 2063 diprediksi petani Indonesia akan punah karena beralih ke sektor yang lain. Hal ini yang seharusnya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Minat petani menurun bukan karena gengsi, melainkan regulasi yang tidak berpihak kepada petani.

Saat ini perbincangan di kalangan petani tidak jauh dari harga solar yang melejit, pupuk subsidi sulit, dan harga jual panen yang pedihnya minta ampun. Tentu saja ini bikin nasib petani makin terjepit.

Distribusi pupuk subsidi yang amburadul plus harga yang jual tidak pasti bikin petani merugi. Ditambah regulasi distribusi yang memberatkan petani. Dulu, distribusi pupuk diserahkan pada kelompok tani, sesederhana itu. Namun, kini jadi lebih ribet.

Perwakilan kelompok tani yang menyalurkan pupuk subsidi harus mendata lahan dan perkiraan pupuk yang dibutuhkan demi terciptanya keadilan. Perolehan pupuk pun dibatasi dan diawasi dengan metode bergilir. Sebab, distribusi pupuk dari pemerintah hanya berjumlah sedikit sehingga sangat kesulitan dalam menjangkau semua kebutuhan petani.

Gara-gara ini, bukannya pembagian jadi adil, malah memicu timbulnya kericuhan. Sebab, kebutuhan yang diperkirakan nyatanya beda dengan kebutuhan di lapangan.

Banyak dari warga sekitar yang terpaksa membeli pupuk nonsubsidi dengan harga selangit sebagai jalan terakhir agar padi sampai berhasil dituai. Tidak jarang petani yang menjual harta bendanya demi membeli pupuk nonsubsidi agar padi dapat menjadi nasi.

Jika seluruh petani hanya menggantungkan pada pupuk subsidi yang terbatas, akan berdampak pada hasil panen yang didapatkan. Apabila tanaman kurang pupuk, otomatis pertumbuhan akan terhambat dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen.

Baca Juga:

Sawah Hilang, Data Bertambah: Trik Sulap LP2B Ala Jember

Curahan Hati Mantri Tani, Dicari Saat Bantuan Tiba, Dicaci Tatkala Gagal Panen Melanda

Lalu bagaimana dengan ketersediaan pangan di Indonesia khususnya beras, jika kegagalan panen petani disebabkan oleh kelangkaan pupuk subsidi dan pemasarannya yang tidak transparan? Akan makan apa satu negara jika stok beras terbatas?

Impor beras? Malah bikin harga beras dalam negeri anjlok parah.

***

Jadi petani di Indonesia itu berat. Mereka jadi ujung tombak negara, tapi kebijakan tak berpihak pada mereka. Padahal Indonesia tak bisa dipisahkan dari petani. Indonesia itu petani, petani itu ya Indonesia, kalau boleh dibilang begitu.

Jika kebijakan tak berpihak, seperti pupuk subsidi ini, ya mohon maaf, klaim negara agraris ini tak lebih dari klaim sepihak. Nyatanya, negara agraris ini malah tak berpihak pada orang yang punya andil besar terhadap klaim tersebut.

Masalah dasar seperti pupuk, harga jual yang menyedihkan, plus kebijakan yang tak memihak ini, jika tak segera diselesaikan, hanya bikin semua orang makin malas jadi petani. Yang sudah jadi petani pun, tak bisa mencukupi hidup mereka sendiri.

Tentu saja itu ironis. Di negara yang katanya batu dan kayu tumbuh jadi tanaman ini, justru mereka tak bisa menikmati apa-apa yang mereka tanam sendiri.

Penulis: Arinda Lela Dwi Astutik
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pupuk Mahal, Petani Bisa Apa?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 November 2022 oleh

Tags: Petanipupuk subsidisawah
Arinda Lela Dwi Astutik

Arinda Lela Dwi Astutik

Mahasiswa Pendidikan Kimia UNS.

ArtikelTerkait

dana desa dan petani

Dana Desa dan Kesejahteraan Masyarakat Petani

31 Mei 2019
harga pupuk mahal petani panen susah mojok

Pupuk Mahal, Petani Bisa Apa?

4 September 2021
Membayangkan Jika Kabupaten Bekasi Tidak Pernah Menjadi Kawasan Industri

Membayangkan Jika Kabupaten Bekasi Tidak Pernah Menjadi Kawasan Industri

15 Agustus 2023
Ketika Bulik Saya yang Seorang Petani Main Gim Harvest Moon terminal mojok.co

Ketika Bulik Saya yang Seorang Petani Main Gim Harvest Moon

21 Desember 2020
Kalau Pemerintah Sudah Buntu Meregenerasi Petani, Bikin Aja Reality Show-nya! terminal mojok.co

Kalau Pemerintah Sudah Buntu Meregenerasi Petani, Bikin Aja Reality Show-nya!

21 Desember 2020
Di Desa Saya, Orang yang Beli Beras Bakal Dianggap Miskin

Di Desa Saya, Orang yang Beli Beras Bakal Dianggap Miskin

6 Mei 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.