Ramadan merupakan bulan yang dipercaya umat muslim sebagai bulan penuh berkah dan bulan pengampunan atas segala dosa serta khilaf yang pernah kita lakukan. Di bulan Ramadan, umat muslim seluruhnya diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa. Manusia yang melaksanakannya berusaha untuk menahan makan, minum, dan nafsu tercela—yang dilatih bukan hanya fisik yang beritandak sebagai jasmaniah tetapi juga hati yang sangat rohaniah.
Mengapa yang dijaga makan dan minum tetapi yang bersih adalah hati dan perasaan? Hal ini seperti juga pada wudu di mana yang kentut bukan tangan dan wajah tetapi yang dibasuh adalah tangan dan wajah.
Semua itu ada hakikatnya yang tersirat. Begitupun puasa yang diharapkan dari adanya ibadah ini kita tetap bisa melakukan kegiatan sehari-hari tanpa ada gangguan gara-gara menjalankannya.
***
Suatu sore ada kelas tambahan sekita pukul 16.00 WIB. Kelas dihadiri oleh 2/3 dari jumlah mahasiswa yang ambil kelas tersebut. Tak masalah bagi pengajar karena memaklumi mungkin ada kegiatan diluar yang sudah diagendakan dan lebih penting.
Kelas berlangsung dengan materi pelajaran ya bisa dibilang susah—atau memang akunya yang lomot aku juga nggak tau—dengan didominasi pembelajaran satu arah. Dosen menyampaikan dan bercerita tentang materi dan mahasiswa mendengarkan dengan seksama.
Hari semakin sore, wajah-wajah tidak bisa dibohongi. Banyak yang menguap, menyangga uang (menyangga dagu), main HP, dan kelihatan lesu sehingga kurang fokus terhadap materi.
Kemudian, pengajar punya ide buat nge-tes mahasiswanya dengan berjalan ke belakang dan bertanya pada mahasiswa yang mengantuk di bagian belakang pojok.
“Dek, berilah contoh sesuai kasus tersebut yang paling mudah ditemukan, misal di kelas ini,” tanya Bapak pengajar.
Mahasiswa itu nampak berpikir. “Heh opo e, aku tak mendengarkan tadi,” dia bertanya berbisik dengan teman di sampingnya. Tetapi keduanya juga tidak mendengarkan.
“Tidak tahu, Pak.” jawab mahasiswa tersebut dengan entengnya.
Kemudian pembelajaran dilanjutkan kembali. Wajah mahasiswa mulai sedikit tegang karena dengan usil Bapak ini bertanya pada beberapa orang.
“Ngantuk, ya? Karena puasa?”celetuk Bapak pengajar.
Banyak memang tidak hanya di kelas atau di pertemuan, ketika memasuki Bulan Ramadan dengan kebanyakan orang puasa (mayoritas), orang-orang ini merasa harus dihargai atas ibadahnya ini. Malas dan ngantuk katanya juga disebabkan oleh hal ini. Jam kerja dan Jam kuliah juga diperpendek karena banyak yang puasa—apa memang karena mayoritas kemudian puasa jadi dipermasalahkan?
Padahal puasa tidak salah. Misalkan saja, ketika kita melakukan kita melakukannya di luar bulan Ramadan, apakah juga ada yang mempersalahkan? Aku yakin tidak karena memang seharusnya ibadah adalah urusan kita dengan Tuhan saja.
Kita saja tidak tahu orang lain itu sedang benar-benar puasa atau tidak—kan bisa saja dia berpura-pura lemas supaya dikira puasa karena memang mayoritas sedang berpuasa.
Nah, puasa kok jadi dipermasalahkan. Memang wajar jika dengan menahan makan dan minum membuat seseorang lebih kurang energy apalagi ketika sore hari. Akan tetapi, jangan sampai lah ya orang lain tahu kalau kita sedang puasa terus kita minta harus diperhatikan(?).
Sedangkan hal yang sesuai dengan kepentingan kita—puasa—menjadi hal yang bisa diikutsertakan dalam masalah.
“Kamu puasa ya? Nggak boleh bohong lo.”
Nah, kan!
Dalam semua hal mengapa menjadi puasa yang dipermasalahkan? Sebenarnya bukan dipermasalahkan tetapi jangan menjadikan ibadah sebagai alasan untuk segala sesuatu supaya kita merasa aman dan seenaknya. Dalam hidup ada aturan yang berkesusilaan juga.
Berbeda cerita dengan petani yang sedang memanen padi. Dulu aku dan orang-orang (petani) bisa panas-panasan seharian tetapi memang tidak mempermasalahkan puasa karena yang dipikirkan adalah bagaimana mencari sesuap nasi untuk berbuka nanti.
“Mugi-mugi cepat selesai biar dapet upah—mugi-mugi puasaku nggak batal”.
Yang ada dipikiran mereka adalah bagaimana biar tetap semangat dan segera mendapatkan upah untuk sesuap nasi dan semoga puasa tidak batal karena terlalu capek bekerja. Jika disambi dengan puasa semoga barokah hasil yang diperoleh. Doa yang sungguh tulus menurutku.
Berpuasa adalah urusan kamu dengan dirimu sendiri dan Tuhan-Mu. Jangan sampai mempermasalahkan puasa untuk melindungimu dari kesalahan dan kepentinganmu. Puasa tujuannya untuk membersihkan hati bukan untuk mencari simpati.