Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Puan Maharani, Baliho, dan Branding yang Usang

Aminah Sri Prabasari oleh Aminah Sri Prabasari
29 Juli 2021
A A
baliho puan maharani branding usang mojok

baliho puan maharani branding usang mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Sejauh mata memandang, baliho Puan Maharani menghiasi pandangan mata. Mbak Puan ikut dalam keramaian perang baliho. Isi baliho Mbak Puan beragam, mulai mengingatkan untuk taat prokes sampai menyebut-nyebut tentang kebinekaan.

Tidak berhenti di baliho, Mbak Puan juga mulai kritis ke pemerintah, sampai-sampai (((situasi aneh))) tersebut menjadi topik khusus di salah satu acara televisi swasta nasional.

Sambil menonton acara tersebut saya browsing internet pakai kata kunci “Puan” dan “kritik”. Lalu dua jam kemudian, saat membaca artikel otomotif di media online, muncul “iklan” Mbak Puan sebagai Ketua DPR RI mengingatkan untuk taat prokes, persis seperti baliho yang beredar.

Edyan, pikir saya, ini kampanye yang kekinian, lewat iklan media online! Lewat semua baliho di jalanan, jadi basi deh semua kampanye politik via stasiun televisi nasional, apalagi Mars Perindo~

Sebagai calon pemilih saat Pemilu, remah-remah statistik yang angkanya selalu di-update tiap lima tahun, saya nervous dengan kekritisan Mbak Puan pada pemerintah belakangan ini. Udahlah perang baliho bikin ambience jalanan seperti mau pilpres tahun depan, masih ditambah metode “branding” Mbak Puan yang keluar dari zona nyaman pula.

Memang aneh kalau dipikir-pikir, Mbak Puan berubah menjadi kritis dan tampil di depan publik memakai beragam cara, tapi saya sebagai calon pemilih malah jadi apatis. Alasan saya jadi apatis, atau merasa ada yang aneh adalah:

Satu, kritis ke pemerintah kok dibarengi pasang baliho di mana-mana

Pasang baliho tidak salah, kritis ke pemerintah itu juga sikap yang benar. Tapi, kalau keduanya digabung, ya terus terang aneh, sih. Menjadi wajar kalau sikap kritis tersebut sudah dimulai sejak menjabat menjadi wakil rakyat. Nyatanya kan tidak.

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Dua, mengingatkan taat prokes COVID-19 kok baru sekarang

Sebagai pejabat legislatif yang berwenang dan sangat disegani, sebagai wakil rakyat, saat para eksekutif sibuk meremehkan Covid-19 di awal pandemi dan penanganannya berantakan sejak awal, Mbak Puan Maharani punya kesempatan untuk menjadi pahlawan rakyat sejak awal loh. Tapi, Mbak Puan diem-diem bae di fase-fase yang penting itu. Wakil rakyat dan pemerintah memilih menangani pandemi dengan setelan selow. Bahkan soal distribusi vaksin yang leletun bangetun itu juga tidak ada kritik dari parlemen. Kritiknya Mbak Puan malah ke Pak Ganjar, eh.

Tiga, menyebut kebinekaan sambil memakai baju adat itu so yesterday

Selama ini, saya pikir, kegagalan negara menerjemahkan kebinekaan salah satunya karena pemerintah juga tidak punya konsep yang tepat. Negara dan pemerintah itu berbeda, FYI. Oleh sebab itu, akibat konsep dari pemerintah yang tambal sulam dan hal itu tercermin dalam kebijakan, kebinekaan berhenti di seremonial. Pakai pakaian adat lah, menyebut satu dua kata dalam bahasa daerah di pidato kenegaraan lah, dan lucunya malah kehilangan alasan kenapa tindakan tersebut dilakukan. Akhirnya pesan yang sampai hanya sebagai hiburan saja.

Intinya, ibarat sedang jualan, “branding” Mbak Puan Maharani gagal total bahkan sejak dimulai. Publik nggak paham sama dagangan Mbak Puan, product knowledge yang sedang berusaha disampaikan sekarang lewat baliho atau apa pun itu nggak sampai ke konsumen. Gimana mau beli, ngerti guna dari produknya saja tidak. Gimana mau nyoblos, ngerti program dan kinerja Mbak Puan saja tidak.

Lagipula di masa pandemi begini, saat ribuan orang mati dan yang berhasil pulih pun belum tentu kondisi kesehatannya kembali seperti awal lagi, tolong dong jangan menumpang pada penanganan pandemi untuk “branding” maju pilpres. Mbak Puan bukan pejuang pandemi sejak awal, tidak perlu berpura-pura pusing sekarang karena percuma. Publik pasti menolak, “branding” pakai cara begini pasti hanya jadi proyek mangkrak.

Apalagi kalau punya motor partai, nyalon presiden terus berkali-kali dengan metode yang sama, no mention.

Branding, menurut Kotler (2009), merupakan nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Jika sudah jelas saingan Mbak Puan sekarang, setidaknya dalam perang baliho, adalah Cak Imin dan Pak Airlangga, ya hempaskan lah baliho blio berdua dengan materi yang tidak mereka punya.

Mbak Puan sebagai perempuan pemimpin di parlemen, misalnya.

Data BPS 2018 mencatat bahwa 15,7 persen kepala keluarga dari 10,3 juta rumah tangga di Indonesia adalah perempuan dan 42,57 persen dari mereka tak memiliki ijazah, yang berarti rentan jatuh dalam kemiskinan. Setelah 2019, ganti presiden, apakah ada perubahan? Saya bertanya karena hanya sampai data 2018 itu saja yang bisa saya temukan. Setelah pandemi mungkin situasinya memburuk.

Perempuan, sebagai pekerja, sebagai ibu rumah tangga, atau keduanya sekaligus, terseok-seok menghadapi pandemi. Mereka yang pekerja harus WFH, mendapat beban ganda menyelesaikan pekerjaan sekaligus membereskan urusan domestik. Mereka yang ibu rumah tangga pun sekarang juga merangkap guru les akibat anak-anaknya harus PJJ. Belum lagi jika kepala rumah tangga terimbas PHK, pasangannya harus nyambi berjualan online karena hanya itu yang paling aman dan masuk akal dijalani di masa pandemi sambil tetap mengurus rumah dan anak. Belum lagi jumlah ibu hamil dan melahirkan yang terpapar Covid-19.

Sebagai sesama perempuan, setidaknya Mbak Puan lebih relate dengan situasi tersebut, bukan? Bahkan seandainya kepedulian tersebut hanya gimik, masih ada waktu sebelum coblosan di 2024.

Jangankan terpikir memahami kebutuhan rakyat dan keresahan publik, yang dilakukan Mbak Puan Maharani hanyalah mencoba terlihat berbeda dari anggota dewan yang lain yang meminta fasilitas khusus saat pandemi tanpa basa-basi. Duh.

Kok sayang amat uang yang dihamburkan buat kampanye kalau begitu-begitu saja strateginya, mending disumbangkan untuk penanganan pandemi saja.

BACA JUGA 4 Alasan Puan Maharani Adalah Ketua DPR RI Terbaik Sepanjang Sejarah dan tulisan Aminah Sri Prabasari lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2021 oleh

Tags: BalihobrandingpandemiPilpresPojok Tubir TerminalPolitikpuan maharani
Aminah Sri Prabasari

Aminah Sri Prabasari

Perempuan yg merdeka, pegawai swasta yg punya kerja sambilan, pembaca yg sesekali menulis.

ArtikelTerkait

laptop merah putih proyek ambisius mojok

Laptop Merah Putih dan Hasrat Berdikari yang Amat Besar dari Pejabat Negara Kita

27 Juli 2021
3 Hal yang Sering Banget Diungkit sama Mama Papa Kita Zaman Dulu terminal mojok.co

3 Hal yang Sering Banget Diungkit sama Mama Papa Kita Zaman Dulu

10 Juli 2021
Fitur Story Twitter Sebaiknya Nggak Usah Ada, Terkesan Ikut-ikutan Banget terminal mojok.co

3 Hal Menyebalkan yang Sering Muncul Saat Tubir di Twitter dan Bikin Diskusi Jadi Nggak Seru

17 Agustus 2021
bupati banjarnegara tuduhan rumah sakit cari pasien mojok

Tudingan Bupati Banjarnegara tentang Rumah Sakit yang “Rebutan” Pasien Covid-19 Blas Ra Mashoook!

6 Juli 2021
Baliho Caleg di Jalan Tangkel-Suramadu Malah Bikin Saya Ogah Nyoblos. Mending Balihonya Direvisi Sekarang, Pak/Bu!

Baliho Caleg di Jalan Tangkel-Suramadu Malah Bikin Saya Ogah Nyoblos. Mending Balihonya Direvisi Sekarang, Pak/Bu!

14 Januari 2024
KPK penilapan duit bansos koruptor jaksa pinangki cinta laura pejabat boros buang-buang anggaran tersangka korupsi korupsi tidak bisa dibenarkan mojok

Cinta Laura, Pejabat Boros, dan Kita yang Dikit-dikit Self Reward

2 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.