Preman Pensiun episode 7 dibuka dengan wajah keseharian di rumah Kang Bahar. Pagi itu Kinanti bersiap untuk berangkat magang, sedangkan di ruang tamu Kang Bahar merayu supaya istrinya yang sakit itu mau sarapan sebelum minum obat. Ketika Kinanti pamit untuk berangkat, Kang Bahar berpesan agar berangkat dan pulangnya dijemput Amin saja, tidak usah minta anter temennya. Sepertinya Kang Bahar risih dengan sosok Aditya yang selalu mengantar Kinanti pulang.
Di lain keluarga, Kang Mus mempermasalahkan menu sarapan nasi kuning pagi itu. “Akang kan punya anak buah banyak, kalo akang ngomong terus gigi akang keliatan kuning gimana, wibawa akang jadi berkurang,” katanya. Tentu saja itu hanya basa-basi, Kang Mus tetap mau memakannya, mungkin tidak ingin merepotkan istrinya.
Pagi itu Juned juga sarapan dengan nasi kuning, akan tetapi ada yang berbeda, dia enggan dipanggil bos oleh Saep. Juned berdalih dirinya bukan bos lagi, saat Saep bertanya siapa bosnya, terdengar suara dari belakang, “Saya.” Lalu muncul seorang wanita, namanya Dewi, sang bos copet yang baru.
Sehabis sarapan Kang Mus mendatangi rumah Kang Bahar, di dalam pertemuan itu mereka membahas perihal pekerjaan menjadi seorang preman. Keresahan antara ketua preman dan tangan kanannya itu sama, bagaimana cara menjawab pertanyaan anak tentang jati diri seorang bapaknya.
“Apa yang kita kerjakan memang tidak bisa kita sendiri banggakan, apalagi dibanggakan oleh anak istri kita,” ucap Kang Bahar. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, Kang Bahar dan Kang Mus berbohong ihwal jati dirinya sebagai preman di depan anak-istri mereka, barangkali mereka takut melihat anaknya kecewa mendengar jawaban sesungguhnya.
Puncak dari obrolan tersebut, Kang Bahar memberi pilihan “alternatif” kepada Kang Mus untuk mencari pekerjaan lain.
“Akang mecat saya?
“Enggak, Akang cuma ngasi pilihan.”
Pilihan tersebut diberikan supaya Kang Mus tidak perlu lagi berbohong menjawab pertanyaan anaknya kelak.
Mendengar ucapan itu Kang Mus tertegun dan mendadak bingung. Jika berhenti menjadi pengikut Kang Bahar, lantas dia harus bekerja sebagai apa, ditambah putrinya saat itu juga minta dibelikan hape baru.
Sementara itu, Ujang sebagai penagih iuran keamanan menemui kendala di jalanan, banyak pedagang kaki lima tidak mau membayar iuran keamanan, alasan utama karena harga BBM naik. Mendengar cerita itu, Kang Mus tidak mau tahu. Dia tidak peduli, iuran harus tetap berjalan. Bahkan ia sempat mengancam jika Ujang tetap tidak bisa menagih iuran keamanan, nasib dia akan sama seperti Kang Komar yang dibebastugaskan.
Di sisi lain, Ubed terus menagih janji manis Amin terkait pekerjaan menjadi wakil manajer. Tampaknya Amin belum siap untuk berkata jujur jikalau dirinya hanya sopir di rumah Kang Bahar. Sedangkan Saep yang masih membutuhkan partner terus membujuk Ubed agar mau kembali ke dunia percopetan. Tapi sayang, tekad Ubed mungkin sudah bulat, dia tetap menolak ajakan itu.
Pergantian bos copet dari Juned ke Dewi membuat Juned harus terjun ke lapangan bersama Saep, mereka satu tim sekarang. Akan tetapi, formasi baru itu kurang apik, mereka selalu gagal dalam beroperasi dan akhirnya seharian itu tidak mendapatkan dompet sama sekali. Mereka pun berasumsi jika keapesan muncul semenjak Ubed keluar dari lingkaran percopetan.
Sementara itu Kang Mus masih dengan perasaan bimbangnya, memikirkan pekerjaan apa yang cocok untuk dirinya, selain preman. Safira mulai mendesak untuk dibelikan hape pintar, kata dia hapenya paling jadul di antara teman-temannya. Kang Mus mengiyakan permintaan putrinya itu, dengan syarat ia harus pintar juga. Safira kembali memastikan omongan bapaknya, “Awas ya kalo bohong,” tegas Safira sambil menunjuk. Melihat itu Kang Mus refleks memegang telunjuk anak nya dan menasihati, “Anak bapak itu harus pintar dalam hal pelajaran, bukan pintar mengancam.”
Setelah memastikan dirinya mempunyai keputusan atas kebimbangannya, kemudian Kang Mus bertemu lagi dengan Kang Bahar, dia mengungkapkan bahwa dirinya ingin beralih profesi menjadi tukang cukur.
Pastinya keputusan Kang Mus sontak membuat Kang Bahar bertanya-tanya, karena Kang Mus sendiri tidak mempunyai bakat mencukur. Namun Kang Mus meyakinkan kalau dia ingin belajar mencukur dari temannya di Garut sana.
Akan tetapi masih ada suatu hal yang mengganjal hati Kang Mus, dia kepikiran jika berhenti nanti bagaimana kelanjutan bisnis Kang Bahar itu. Mengingat istri Kang Bahar yang masih sakit, pun Kang Bahar tidak mempunyai cukup waktu untuk mengontrol anak buahnya ke jalan. Apalagi anak buahnya belum ada yang pantas untuk ditarik ke atas menggantikan dirinya.
“Jadi?” tanya Kang Bahar.
“Saya batal menjadi tukang cukur, mantap kerja sama Akang aja sampai nggak diperluin lagi,” jawab Kang Mus.
Demikianlah Preman Pensiun episode 7 ditutup. Kang Bahar tidak menanggapi lalu berdiri masuk rumah, meninggalkan Kang Mus sendirian di teras rumah.
Baca sinopsis semua episode Preman Pensiun musim 1 di sini.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.