Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Plis deh, Nggak Perlu Bacain Ulang Makalahnya Saat Presentasi

Rusda Khoiruz Zaman oleh Rusda Khoiruz Zaman
17 Maret 2020
A A
Plis Deh, Nggak Perlu Bacain Ulang Makalahnya Saat Presentasi
Share on FacebookShare on Twitter

Mahasiswa dan tugas presentasi itu nggak bisa dipisahin.

Semua sudah mafhum bahwa proses belajar mengajar saat duduk di bangku sekolah (SD/SMP/SMA Sederajat) tentunya sangat berbeda dengan yang ada di Perguruan Tinggi. Sepengalaman saya, Ketika duduk di bangku sekolah, para siswa lebih pasif dalam proses belajar mengajar: Alias siswa lebih banyak mendengarkan guru. Beda cerita saat masuk ke dunia perkuliahan, mahasiswa-lah yang dituntut lebih aktif dalam proses belajar dan mengajar. Mungkin karena perubahan status kali, ya? Dari yang cuma siswa ketambahan maha di depannya.

Beberapa perbedaan dzhahiran (yang tampak) antara siswa dan mahasiswa yang paling mencolok antara lain:

Pertama, model berpakaian. Sebagian kampus dalam mengatur cara berpakaian mahasiswanya biasanya bebas asal sopan. Sedangkan siswa, hampir tak terkecuali semuanya wajib berseragam, mulai ujung kaki sampai ujung rambut.

Kedua, jam masuk. Mahasiswa diberi kelonggaran dalam hal menentukan jadwal masing-masing melalui pengisian KRS (kartu rencana studi) di awal semester. Di situ mereka bebas mengatur jadwal, jam, kelas kuliahnya sendiri, termasuk bebas memilih dosen killer (kalau mau). Sedangkan siswa, semua sudah ditetapkan, mulai jam masuk, kelasnya, dan gurunya. Beruntunglah para siswa yang sekolahnya belum atau tidak menerapkan full day school, kalian bisa bertualang dan bermain di kebon-kebon layaknya si Bolang.

Ketiga, penyajian materi. Ini point paling penting dan di atas sudah saya singgung sedikit. Intinya, proses pembelajaran yang dikehendaki dalam bangku perkuliahan itu harus terjadi yang namanya dialog-dialektika, tidak monolog seperti waktu sekolah. Mahasiswa dituntut aktif melalui presentasi menjelaskan makalah di depan teman-temannya sendiri. Sementara dosen berperan sebagai fasilitator saat diskusi kelas berlangsung dan menegur bila terjadi kesesatan yang terlampau ekstrem.

Alih-alih presentasi jadi tolok ukur perbedaan paling fundamental-substansial antar keduanya (siswa-mahasiswa). Namun, bagaimana jadinya kalau mahasiswa saat presentasi cuma membacakan ulang makalah? Lalu, apa bedanya dengan siswa TK yang sedang belajar mengeja bacaan?

Duh, gimana ya? Sama temen sendiri kadang nggak enak juga kalau menegurnya langsung. Namanya aja orang Jawa, rasa pakewuh (nggak enak hati atau takut menyinggung) dalam hal apa pun pasti sulit dihindari. Apalagi pas presentasi, di depan orang banyak.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Tapi ya, masak selama 4 semester saya kuliah, mahasiswa yang presentasinya dengan betul-betul menjelaskan bisa dihitung jari? Padahal, dengan adanya presentasi makalah para mahasiswa dilatih untuk mengasah public speaking-nya sebagai sarana terjun payung kelak. Eh terjun ke masyarakat, ding. Sesuai semboyannya, agent of change, iron stock, agent social control, atau apalah itu. Rasanya sulit terwujud jika salah satu prasyaratnya (public speaking) belepotan.

Mulai dari awal sebenarnya saya udah sebel. Bagaimana tidak? Materi makalah biasanya di-share ke grup kelas beberapa hari sebelum dipresentasikan. Niat hati supaya ketika sampai kelas bisa berdiskusi & berdialektika. Saya pelajari dahulu materi makalah tersebut, dalam mempelajari otomatis kan kita juga udah baca makalahnya, toh. Lah kok jebul tekan kelas dibacain ulang.

Kalau sambatan e Agus Mulyadi, “Duh Gusti… Paringono ekstasi.” Yo mabuk lho, Gus!

Mendapati spesies presentator demikian, seketika mood bertanya pun runtuh apalagi berharap tercipta ruang diskusi-berdialek dalam kelas. Duh, persis harapanku padamu, Dek, yang hanya kau anggap angin lalu.

Mungkin saja para presentator yang cuma membacakan makalah itu nggak tau aturan mainnya. Bisa jadi mereka mengira bahwa makalah juga harus dibacakan layaknya membaca puisi atau khotbah Jumat yang mana tidak perlu ada sesi tanya jawab. Kan nggak lucu tiba-tiba di tengah khotbah Jumat kemudian ada yang interupsi pengin bertanya? Bisa-bisa dicap sinting kalian nanti.

Kalaupun anggapan demikian benar, lalu untuk apa ada presentasi? Toh nggak akan ada yang bertanya, dialektika, adu argumen, dst, sebab sedari awal udah malas menanggapi pemakalah yang cuma membacakan ulang makalahnya.

Tentu bukan perkara mudah untuk mengubah kebiasaan para presentator yang sekadar membaca makalahnya saja, ibarat dosa tujuh turunan. Supaya kebiasaannya berubah, kamu harus jadi turunan kedelapan. Kadang saya bertanya menelisik, siapa sih sebenarnya pemrakarsa presentasi model begini? Duh, bakal jadi amal jariyah, tuh. Tapi entah baik atau nggak.

Untuk mengubah kebiasaan ini saya rasa perlu adanya sinergi antara mahasiswa dengan dosen. Mungkin saja para bapak dosen sampai merasa hal tersebut seakan sudah lumrahnya begitu, sambil geleng-geleng kepala dan mengelus dada. Sembari diam-diam mengingkari presentator model demikian lantaran, “Apa boleh buat coba? Dari kakak-kakak tingkatmu kalau presentasi ya macam ini, sudah ditegur berkali-kali ya tetap begini.”

Dari sisi mahasiswanya, “Ah pokoknya presentasi.” Kata “pokoknya” tersebut bermakna, bagaimanapun caranya, entah makalahnya hasil copas, saat presentasi ya dibaca. Atau hanya maju ke depan setor wajah, ya pokoknya yang penting presentasi.

Andai kalian tahu, sebenarnya dalam relung lubuk hati kami (para audiens presentator) yang terdalam, kami berangkat ke kampus itu membawa secercah harapan agar masa depan kami lebih cerah. Berharap di kelas bisa diskusi dan berdialektika dengan kalian (presentator/pemakalah) sebagai bekal hari esok agar lebih baik dari hari ini yang kos-kosan, air, dan listrik pun telat membayarnya.

Dear, presentator atau pemakalah. Harapan kami sebetulnya nggak ribet-ribet amat. Cukup kalian punya persiapan se-perfect mungkin sebelum presentasi. Supaya ketika kalian mempresentasikan makalahnya, tidak dengan membaca! Meski nantinya pas njelasin plegak–pleguk, tapi kami tetap menghargai usaha kalian dengan tidak membacakannya ulang pada kami. Kita, tuh, sudah mahasiswa, bukan siswa TK lagi, ya.

BACA JUGA Terberkatilah Para Tukang Presentasi Tugas Kuliah Snob atau tulisan Rusda Khoiruz Zaman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 November 2021 oleh

Tags: KuliahMahasiswamakalahPresentasi
Rusda Khoiruz Zaman

Rusda Khoiruz Zaman

Sedang mencari genre hidup yang pas.

ArtikelTerkait

program vaksinasi di kampus kuliah offline mojok

Program Vaksinasi di Kampus, Langkah Ampuh Mewujudkan Kuliah Tatap Muka

2 Agustus 2021
mantan pacar

Pacarku Dapat Pacar Baru di Lokasi KKN

10 Juni 2019
Mahasiswa PGSD Calon Guru, tapi Banyak Nggak Disiplinnya (Unsplash) jurusan PGSD

3 Hal yang Bikin Calon Mahasiswa yang Nggak Cocok Masuk di Jurusan PGSD

19 Januari 2024
Derita Lulusan S2 yang Hidup di Desa, Dianggap Gagal dan Kuliahnya Sia-sia  Mojok.co

Derita Jadi Lulusan S2 yang Hidup di Desa, Dianggap Gagal dan Kuliahnya Sia-sia 

31 Juli 2025
Kuliah Jurusan Bahasa Mandarin Sulit, tapi Terbayar dengan Peluang Kerja yang Menjanjikan Mojok.co

Kuliah Jurusan Bahasa Mandarin Sulit, tapi Terbayar dengan Peluang Kerja yang Menjanjikan

3 Juni 2024
Mahasiswa Semarang KKL ke Jogja Buat Apa? Banyak Tempat yang Lebih Baik dari Jogja

Mahasiswa Semarang KKL ke Jogja Buat Apa? Banyak Tempat yang Lebih Baik dari Jogja

15 Februari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.