Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Sapa Mantan

Pilunya Batal Nikah Gara-gara Perabotan

Jevi Adhi Nugraha oleh Jevi Adhi Nugraha
8 Februari 2023
A A
Batal Nikah Gara-gara Perabotan

Batal Nikah Gara-gara Perabotan (Wikimedia Commons)

Share on FacebookShare on Twitter

Sedih banget nggak sih batal nikah gara-gara perabotan?

Mempersiapkan pesta pernikahan barangkali menjadi salah satu momen paling membahagiakan yang pernah dirasakan setiap calon pengantin. Yah, meski harus disibukkan dengan beragam agenda, mulai dari mencari hari baik, foto prewedding, fitting baju, sampai menyebar undangan, semua lelah itu akan dibayar lunas ketika berhasil bersanding dengan sang pujaan hati di pelaminan. Sungguh menyenangkan.

Saya juga pernah merasakan hal semacam itu, dong. Perasaan berbunga-bunga jelang hari istimewa tergambar jelas di raut wajah saya. Saking bahagianya, saya yang biasanya naik motor saat mau pergi ke masjid, sengaja jalan kaki (((tebar pesona))) berharap disapa dan ditanya tetangga sekitar mengenai persiapan pesta pernikahan. Bangga dong, calon pengantin og.

Di desa saya, Gunungkidul, memang situasinya seperti itu. Kalau ada tetangga yang mau lamaran, entah kenapa beritanya langsung nyebar sampai ke ujung perbatasan kampung. Bahkan, sekalipun lamaran itu belum terlaksana atau baru mau nyicil buka buku Primbon Jawa untuk menentukan hari baik, Pak RT, Pak RW, Kepala Dukuh, hingga Pak Takmir, sudah mendengarnya. Ajaib memang.

Ini yang saya alami sendiri. Setelah pacaran hampir tiga tahun, saya mantap (berencana menikah) sama perempuan asal… daerah di Jawa Tengah sana lah. Layaknya pria yang ngebet kawin pada umumnya, saya juga rela datang jauh-jauh dari Wonosari, menempuh jarak 302,6 kilometer menemui orang tua doi, lalu menyampaikan niat baik bahwa saya serius ingin mengikat janji suci dengan anak pertamanya yang cantik jelita itu…

Niat dan rencana baik nggak selalu berakhir sempurna

Setelah hari serta tanggal lamaran disepakati kedua belah pihak, episode penuh drama kehidupan pun dimulai. Awalnya sih semua berjalan baik-baik saja dan sebenarnya nggak ada kendala yang berarti. Seperti bapak-bapak pada umumnya, orang tua doi mulai menanyakan berapa jumlah saudara yang saya ajak saat lamaran, menanyakan perihal waktu keberangkatan, dan jenis cincin yang akan saya bawa. Tentu ini sangat wajar.

Nah, tepat seminggu sebelum lamaran, tiba-tiba pacar saya (baca: mantan yang menyakiti), mengirim daftar barang atau jajanan via WhatsApp yang harus saya bawa sebagai syarat lamaran. Mulai dari paket buah-buahan, camilan ringan, hingga aneka jenis roti mewah, yang kalau ditotal bisa tuh satu mobil pick up. Serius, bahkan mantan saya juga sempat mengirim contoh gambar mobil pick up yang berisi aneka jajanan melimpah. Niat banget.

Sampai di sini, saya masih sanggup membawa semua persyaratan lamaran, dan berpikir positif bahwa cinta sejak zaman Nabi memang butuh modal besar. Tapi, saya jadi berpikir dua kali untuk menikah dengannya ketika dia minta agar saat resepsi juga membawa seserahan berupa perabotan, mulai dari magicom, kulkas, hingga mesin cuci. Konon katanya, ini bagian dari tradisi mereka.

Baca Juga:

Menghitung Penghasilan Minimal Setelah Menikah Versi 2025, Punya Gaji 7 Juta Baru Bisa Hidup Nyaman!

Sisi Gelap Pernikahan di Desa, Sudah Gadaikan Sawah Demi Biaya Hajatan, Masih Aja Jadi Omongan Tetangga

Setelah saya hitung-hitung, untuk seserahan saja, saya harus mengeluarkan biaya lebih dari delapan juta rupiah. Itu belum termasuk biaya transportasi, konsumsi untuk saudara selama perjalanan, cincin kawin, dan seperangkat alat salat, lho. Modyaaar!

Memang betul, kalau sudah cinta seharusnya nggak dikalkulasi, tapi untuk urusan tuntutan-tuntutan semacam ini, bukankah saya juga harus lebih realistis? Ini seserahan kan, bukan penjarahan?

Hubungan kami kandas di tengah jalan gara-gara perabotan

Buat mantan yang nun jauh di sana, ingat, saya bukan pria yang mampu menyeberangi lautan dan mendaki gunung demi cinta, kayak tokoh fiktif milik para pujangga. Saya cuma mas-mas buruh dari Gunungkidul yang digaji UMR Jogja. Mbok yo welas sitik ngono lho, Dik… BPKB Vario wis ning BRI iki. Demi cinta emang kudu adol ginjal po?

Setelah tiga tahun lamanya menjalin kasih dipenuhi mimpi-mimpi indah, hubungan saya dan dia akhirnya kandas di tengah jalan gegera perabotan. Dia memberi pilihan, kalau mau lanjut, ya saya harus memenuhi syarat-syarat itu. Sebagai manusia yang masih punya nalar akal sehat, jelas saya memilih bubar. Laha yo mending kandas daripada tewas!

Sebenarnya sakitnya sih nggak seberapa, tapi malunya sama tetangga sekitar itu, lho, yang… ah, sudahlah. Wis kadung tebar pesona ke sana ke kemari, kuping sak RT sudah dengar semua, sampai nyicil beli sepasang cincin di Toko Semar pula, lha kok malah ngadi-ngadi.

Pertanyaannya, cincin yang sudah telanjur dibeli ini mau dimasukkan ke jari siapa? Manuk pleci?!

Bukannya pelit, tapi…

Sebenarnya ini bukan cuma masalah beban berat nominal seserahan yang harus saya kasih saja, sih. Tapi, ada yang lebih subtil dari perkara ini, yaitu masalah kepercayaan sama pasangan dan kehidupan di masa depan. Logikanya, belum sah jadi pasangan suami istri saja sudah minta macem-mecam, gimana nanti kalau berumah tangga? Dengan gaji UMR Jogja yang cuma segini, yo jelas ndak mampu aku, Dik.

Terlepas dari itu semua, yang sampai saat ini masih mengganjal dan jadi pertanyaan adalah kenapa tak lama setelah hubungan kita berakhir, kamu langsung memutuskan nikah sama pria lain sih, Dik? Terus selama tiga tahun ini perasaan apa yang ada di hatimu? Jangan, jangan… ah, sudahlah. Btw, selamat menikah sama perabotan orang tersayang dan menjalani hidup baru. Ancene Asw.

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Perabotan Rumah Tangga yang Wajib Dibeli Saat Menempati Rumah Baru.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 8 Februari 2023 oleh

Tags: menikahperabotan rumah tanggaPernikahanseserahan
Jevi Adhi Nugraha

Jevi Adhi Nugraha

Lulusan S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berdomisili di Gunungkidul.

ArtikelTerkait

Pernikahan Madura Adalah Petaka Besar Buat Introvert (Unsplash)

3 Fakta yang Membuat Pernikahan di Madura Adalah Petaka Besar Bagi Cowok Introvert

30 April 2024
feminisme

Belajar Menjadi Feminis Dari Ibu yang Tidak Tahu Apa Itu Feminisme

27 September 2019
Nikah Gratis di KUA: Sebuah Tren yang Layak Dinormalisasi dan Dirayakan

Nikah Gratis di KUA: Sebuah Tren yang Layak Dinormalisasi dan Dirayakan

2 Februari 2023
Memakai Jalan Depan Rumah untuk Hajatan, Itu Ganggu Banget!

Memakai Jalan Depan Rumah untuk Hajatan, Itu Ganggu Banget!

29 November 2019
Cewek Indonesia Impiannya Menikah dengan Bule Apa Nggak Pernah Pikir Panjang? terminal mojok.co

Pernikahan yang Gagal, Si Tunggal vs Si Bungsu yang Tak Bisa Bersatu

1 Juli 2020
Di Sunda, Pesta Pernikahan Dianggap 'Wah' Ketika Menggelar Acara Dangdutan terminal mojok.co

Di Sunda, Pesta Pernikahan Dianggap ‘Wah’ Ketika Menggelar Acara Dangdutan

25 November 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.