TU alias tata usaha merupakan salah satu divisi terpenting dalam sebuah organisasi pendidikan. Pasalnya, semua urusan administrasi, baik di sekolah, kampus, hingga perkantoran, merupakan tanggung jawab staf divisi ini. Kalau di sekolah, mau pinjam proyektor atau minta spidol, semua ke TU. Mau minta tanda tangan dosen, jelas ke TU.
Bahkan, untuk mengurus legalisir, ijazah, dan berkas-berkas kelulusan lain ya diurusnya juga melalui TU. Tapi entah kenapa ya alih-alih sadar kalau dirinya termasuk penting, TU itu malah cenderung (terlihat) sak karepe dewe dalam bekerja?
Selama saya sekolah hingga kuliah, seringkali saya jumpai kasus-kasus TU yang nggak bener. Kenapa sih kok begitu? Kalian itu sebenarnya niat kerja apa nggak?
Daftar Isi
Ketemu petugas TU berasa mau ketemu dosbing, susah!
Ketika sekolah dan kuliah, saya agak jarang berurusan sama TU kecuali untuk mengurus kebutuhan kelulusan. Pokoknya saya bukan mahasiswa yang sering punya kegiatan macam-macam lah. Oleh karena itu, saya masih agak jarang bertemu kasus-kasus soal TU yang gini-gono.
Tapi, jarang bukan berarti saya nggak pernah menjumpai kasus ini ya. Ketika kuliah, saya kerap kali menjumpai meja TU fakultas yang kosong. Seingat saya, teman saya juga pernah sambat soal bapak-bapak TU yang suka hilang ini. Katanya, saat itu dia ingin mengurus sesuatu, tapi kampretnya petugasnya susah dicari.
Begitu pula kakak saya. Meski beda kampus, ia menceritakan bahwa betapa petugas TU susah banget dicari. Sudah kayak mau ketemu dosbing lah pokoknya. Eh usut punya usut, mereka malah nongkrong sama petugas lain di lantai paling atas. Duh, nyamperin TU udah kayak nyamperin pak lek nasi goreng aja. Baru mau kerja kalau udah pesen.
Jutek pake banget
Cerita soal petugas TU jutek juga sering beredar. Di Terminal Mojok saja, kisah ini sudah beberapa kali dibagikan. Juteknya TU itu lho sudah setara dengan staf-staf puskesmas, atau bahkan lebih jutek lagi. Waktu saya SMA, kebetulan saat kelas 11 staff TU bertambah. Dan kalau saya nilai dari umurnya yang muda, mereka ini sepertinya karyawan kontrak. Kebetulan ada 1 petugas TU yang bisa cepat akrab dengan para siswa. Bahkan, ia tidak segan menggunakan bahasa Jawa kepada beberapa siswa.
Nah, mbak ini, sebut saja mbak Mawar, kalau kerja sesuai suasana hati. Pernah waktu itu baik banget, tapi sialnya dia lebih sering jutek. Juteknya itu betulan jutek gaes, sebagaimana orang-orang kalau disuruh kerja pas lagi marah. Kita cuma tanya baik-baik, adanya malah langsung di-ulti.
Teman saya pun juga pernah menjadi korban kejutekan TU kampusnya. Katanya, petugas TU tersebut kalau sama mahasiswa nggak senyum, dan sangat tegas. Tapi kalau sesama petugas dan atasan, sangat murah senyum dan sering ketawa. Padahal kan TU harusnya tuh ramah karena tugasnya melayani. Apalagi berurusan sama administrasi itu kadang susah, jadi kita sering tanya dan komplain. Kalau sifatnya nggak sabar kayak gitu aduh, mending resign aja deh mbak.
Kerjanya mbulet dan nggak solutif
Saya paham kalau petugas TU itu jobdesc-nya banyak banget. Administrasi yang diurus nggak cuma soal mahasiswa, tapi juga urusan dosen sampai fakultas. Tapi, ya tolonglah. Sebanyak-banyaknya tugas Anda jangan juga mempersulit mahasiswa yang lagi mau mengurus administrasi dong.
Teman saya cerita bahwa pernah ada salah satu kawannya yang hendak mengurus administrasi. Nggak tahu apa persisnya, pokoknya yang diurus itu bukan sesuatu yang ribet sampai berurusan dengan universitas apalagi rektor. Surat tersebut sebenarnya bisa dibuat secara online. Tapi karena butuh cepat, akhirnya ia ke kampus.
Sialnya, alih-alih bisa lebih efektif dan efisien ia malah tetap disuruh bolak-balik kampus. Mana setiap kali ditanya kapan surat tersebut jadi, mereka cuma mengeluarkan kalimat andalan yaitu “tunggu aja”. TU yang mbulet ini juga terjadi waktu pengambilan ijazah di fakultas saya. Banyak teman saya yang dari luar kota protes karena ijazah tidak bisa dikirim melalui ekspedisi. Padahal, katanya ada petugas yang bilang bisa pakai ekspedisi.
Solusi sih dikasih, tapi pihak TU itu nggak mau diajak diskusi lebih lanjut soal mekanismenya seperti apa. Mana kalau ditanya, jawabnya selalu hemat lagi!
Kisah-kisah soal petugas TU nyebelin sudah beredar di mana-mana. Seolah, TU di seluruh Indonesia itu sifatnya sama semua. Satu hal yang bikin saya heran adalah kenapa sih TU tuh nggak mau berbenah diri? Kok bisa mereka itu nggak menyadari kalau mereka termasuk orang penting? Buktinya, masih banyak TU yang susah dicari, jutek, bahkan nggak solutif. Pokoknya nggak beda jauh sama petugas administrasi pemerintahan deh. Harapan saya, TU tuh selain diajari multitasking juga diajari soft skill seperti empati dan kesabaran!
Penulis: Bella Yuninda Putri
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Misteri Pegawai Tata Usaha Sekolah yang Seringkali Judes
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.