Percaya atau tidak, lulus tidaknya mahasiswa itu bukan hanya dinilai dari naskah skripsi, melainkan juga dari bagaimana dia menjawab pertanyaan dari dosen penguji saat sidang skripsi. Salah satu buktinya adalah teman saya, yang kemarin bercerita soal kenapa dirinya sampai mengulang sidang skripsi.
Sebetulnya saya kaget saat mengetahui tersebut. Sebab, menurut saya, teman saya ini lumayan pandai dalam hal menulis. Skripsinya pun selesai duluan ketimbang saya. Tapi setelah mendengar ceritanya, ternyata persiapannya memang kurang matang sebelum sidang skripsi. Dia tak menyangka akan mendapat pertanyaan-pertanyaan yang menurutnya bersifat jebakan.
Bagi saya, pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud ini sebetulnya bukan pertanyaan jebakan. Tapi lebih ke pertanyaan yang memang dirancang untuk menguji daya kritis mahasiswa dalam mempertahankan hasil penelitiannya.
Tapi okelah, itu nggak masalah. Yang pasti, kalau kalian dalam waktu dekat akan sidang, bacalah tulisan ini baik-baik. Siapa tahu dosen penguji kalian nanti juga melontarkan pertanyaan berikut ini dalam sidang skripsi kalian.
Daftar Isi
- #1 “Apa kelemahan dari skripsi kamu?”
- #2 “Judul skripsi ini kan sudah banyak yang meneliti, terus kenapa kamu masih mau meneliti ini?”
- #3 “Jika kamu diberi kesempatan untuk melakukan penelitian lagi, apa yang akan kamu ubah dari skripsi ini?”
- #4 “Menurutmu, kenapa kami harus meluluskan kamu dalam sidang skripsi ini?”
#1 “Apa kelemahan dari skripsi kamu?”
Saya yakin, pertanyaan ini jelas langsung bikin mahasiswa bingung sekaligus gelisah. Bingung, karena nggak tahu apa saja kelemahannya. Gelisah, karena seolah dosen penguji membuat mahasiswa agar dapat banyak revisi, bahkan mengulang sidang.
Tenang saja, maksud dosen penguji bukan itu. Toh, mereka jelas sudah tahu betul apa kelemahan-kelemahan dari skripsi kalian. Hanya saja, melalui pertanyaan ini, mereka ingin tahu seberapa baik kalian mengintrospeksi diri sebagai peneliti. Sebab, setiap penelitian itu pasti memiliki keterbatasan, nggak mungkin tidak.
Untuk menjawab pertanyaan ini dalam sidang skripsi gampang. Sebelum sidang, pastikan sudah tahu dulu apa saja keterbatasan dalam skripsi kalian. Usahakan keterbatasan ini jangan yang sifatnya substansial. Misalnya, keterbatasan muncul dari akses sumber literatur atau kondisi lokasi penelitian, ungkapkan itu dengan jelas.
Tapi juga harap diingat, kalian harus menekankan bahwa meski ada keterbatasan, hasil penelitian tetap bisa menjawab fokus penelitian. Kuncinya, jangan katakan keterbatasan skripsi sebagai kegagalan. Tetapi sebagai bagian alami dari proses penelitian yang hasilnya dapat menjadi inspirasi bagi peneliti berikutnya.
#2 “Judul skripsi ini kan sudah banyak yang meneliti, terus kenapa kamu masih mau meneliti ini?”
Pertanyaan ini juga tidak kalah membingungkan dalam sidang skripsi. Dosen penguji, seolah menganggap bahwa kajian literatur terdahulu dalam skripsi mahasiswa tidak punya perbedaan.
Jika kalian sempat mengira begitu, tentu saja keliru. Dosen penguji jelas sudah membaca skripsi kalian sebelum mengajukan pertanyaan itu. Bahkan, mereka bisa jadi sudah paham tanpa membaca lebih lanjut bagian dalam kajian literatur terdahulu.
Melalui pertanyaan ini, dosen penguji sebenarnya cuma ingin menguji konsistensi kalian dalam menjelaskan orisinalitas, termasuk relevansi skripsi dengan penelitian terdahulu. Bahkan juga bisa jadi, mereka ingin tahu apakah alasan yang tertulis dalam skripsi benar-benar hasil olah pikir kalian sendiri.
Jadi, nggak usah panik saat mendapat pertanyaan ini waktu menghadapi sidang skripsi. Pede aja udah, asal kalian memang paham dan mengerjakannya sendiri. Cara menjawabnya pun gampang. Jelaskan kembali poin-poin dalam penelitian terdahulu yang mendasari skripsi kalian. Setelah itu, tinggal kalian tutup deh dengan menyebutkan perbedaan signifikan antara literatur terdahulu dan penelitian sekarang.
#3 “Jika kamu diberi kesempatan untuk melakukan penelitian lagi, apa yang akan kamu ubah dari skripsi ini?”
Secara tujuan, pertanyaan jebakan dalam sidang skripsi satu ini sebenarnya nyaris sama dengan pertanyaan pertama. Untuk melihat seberapa kritis kalian dalam mengevaluasi penelitian sendiri. Hanya saja, memang berbeda dari segi redaksionalnya saja.
Namun menjawabnya tidak sama seperti menjawab pertanyaan pertama tadi. Pertama, kalian perlu menyatakan bahwa dalam konteks penelitian yang telah dibuat, tidak memerlukan perubahan terlalu signifikan. Pernyataan ini kemudian harus dilanjut dengan frasa negasi (seperti frasa “tapi”, “namun”, “akan tetapi”) untuk memberi makna positif.
Kedua, setelah mengawali dengan frasa negasi, sampaikan juga pernyataan dengan kata-kata yang bersifat “tentatif”. Misalnya, kalian bisa menyebutkan bahwa seandainya punya dana lebih, maka bisa jadi penelitian akan lebih optimal karena mampu membayar akses ke sumber literatur primer atau berbayar.
Intinya, selain menyebutkan hal-hal yang tidak substansial, juga sampaikan argumen yang tidak pasti. Dan jangan lupa, tutuplah dengan menegaskan kembali bahwa penelitian kalian tetap memberikan hasil dan kontribusi yang signifikan. Penegasan yang berulang ini akan memberi kesan kalau kalian pede tidak mengulang skripsi.
#4 “Menurutmu, kenapa kami harus meluluskan kamu dalam sidang skripsi ini?”
Pertanyaan jebakan terakhir dalam sidang skripsi ini tidak hanya membingungkan, tetapi juga aneh. Bagaimana mungkin keputusan lulus tidaknya mahasiswa justru ditentukan oleh dirinya sendiri. Saya yakin, kalian pun bingung. Mau jawab terlalu pede, itu kok ya kesannya tidak sopan. Mau jawab pesimis, ya jelas ogah-ogahan.
Tenang, pertanyaan ini sederhana saja tujuannya. Dosen hanya ingin tahu seberapa paham mahasiswa tentang kelayakan menjadi seorang sarjana. Tentu saja, syarat yang dimaksud bukan yang tertulis dalam administrasi jurusan. Melainkan lebih spesifik pada hasil skripsi kalian.
Untuk menjawabnya bisa berangkat dari dua hal. Pertama, kalian perlu menjelaskan apa kontribusi dari penelitian yang sudah dilakukan, baik secara akademis maupun praktis. Kenapa ini penting? Karena tujuan kalian sebagai mahasiswa memang untuk membagikan keilmuan pada dua dimensi itu. Akademis, berarti untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Praktis, berarti untuk memberi dampak langsung pada kehidupan.
Lalu yang kedua, kalian perlu menjelaskan bahwa perjalanan menyelesaikan skripsi telah mengasah kemampuan analitis-akademis. Ini penting diucapkan supaya dosen penguji yakin, bahwa kalian sebagai sarjana, sudah siap terjun untuk memahami dan mengatasi masalah kehidupan yang ada. Meski kenyataannya kalian malah stress, karena susah cari kerja, nggak apa-apa. Yang penting jawab aja kek gitu.
Itulah beberapa pertanyaan jebakan yang biasa muncul saat sidang skripsi. Nggak usah takut. Meski terkesan membingungkan, sebenarnya amat gampang kalau kalian memang sudah mempersiapkannya matang-matang. Semoga ini bisa membantu, dan semoga dosen penguji tidak menyuruh kalian untuk mengulang.
Penulis: Achmad Fauzan Syaikhoni
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Merayakan Sidang Skripsi Itu Nggak Masalah, Semua Memang Pantas untuk Dirayakan!
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.