Selain penulis, komika, dan pembuat film, Raditya Dika juga sepertinya layak diberi sematan financial planner. Pasalnya, ia suka berbagi konten tips perencanaan keuangan. Hal yang sering ia bagikan, mulai dari cara berinvestasi sampai cara hitung-hitungan tabungan untuk kehidupan anaknya kelak. Terlebih apa yang Radit bagikan bukan modal ngomong atau pengalaman doang, tapi karena ia pernah kuliah jurusan keuangan di University of Adelaide, Australia.
Selain punya ilmu dan pengetahuan yang baik soal keuangan, Radit pun memiliki pendapatan yang besar dari karya-karyanya. Dari karya pertamanya yang lahir pada 2005, hasil royalti dari buku Kambing Jantan lebih banyak ia sisihkan untuk investasi. Pada 2005, Radit berusia 21 tahun. Kamu bisa bayangkan, usia 21 tahun sudah punya pendapatan yang besar dan kesadaran tentang pentingnya investasi!
Radit mungkin salah satu komika terkaya di Indonesia. Pendapatannya berasal dari banyak sumber: royalti buku yang masih terus ngalir karena cetak ulang, film, pertunjukkan stand up comedy yang bisa Radit buat kapan saja dengan tiket eksklusif, sampai hasil dari adsense video YouTube-nya.
Dengan harta yang bejibun, wajar rasanya Radit bisa sampai melakukan perencanaan keuangan dengan jangka yang sangat panjang. Sekali lagi, bukan hanya jangka panjang, tapi jangka sangat panjang!
Saat ini, Raditya Dika berusia 37 tahun. Dia punya satu istri (ya iyalah) dan dua anak. Saking ngalirnya pendapatan dan cerdasnya mengatur keuangan, Radit bahkan sudah mempersiapkan rancangan keuangan untuk sekolah dan pernikahan anaknya. Ketika anak pertamanya, Alinea, ulang tahun ke-2 pada bulan Mei lalu, Radit dengan leluasa memberikan hadiah 11 lot saham. Emang, bapak yang sangat visioner.
Radit sering kali berbagi pandangannya tentang bagaimana mengatur uang. Kamu bisa lihat di YouTube-nya atau banyak juga Radit ngomong di podcast atau forum lain. Di satu sisi, beberapa hal yang Radit bagikan emang bisa diaplikasikan, sesederhana memperluas pemasukan dan tentu menekan pengeluaran. Tapi, di sisi lain, ada beberapa yang justru itu sulit digapai manusia-manusia generasi sandwich macam saya.
Tulisan ini nggak bermaksud bernada pesimistis, tapi berusaha menjelaskan realitas yang ada. Lebih dari itu, saya jadi paham bahwa setiap orang berbeda titik pijaknya dalam hidup, karier, dan keuangan, maka pencapaian dan perencanaannya pun pasti berbeda.
Saya ngefans ke Raditya Dika, dia manusia kreatif dan pandangannya soal keuangan keren banget. Tapi, nggak semua orang yang nonton konten YouTube-nya bisa dengan mudah menerapkan wejangannya soal keuangan.
Usia 21 tahun Radit sudah punya literasi keuangan yang mantap. Hal itu disokong dari ilmunya yang didapat saat kuliah di luar negeri. Tapi, nggak sesederhana itu. Banyak juga orang yang kuliah di luar negeri dan jurusannya ekonomi atau keuangan yang justru nasib keuangannya nggak bagus-bagus amat, kan?
Sosok Radit yang begitu rapi dan hebat tentu nggak lepas dari bagaimana orang tuanya mendidik. Ibu Radit adalah dosen di FMIPA UI, dan bapak Radit adalah salah satu politisi senior partai Golkar. Bapaknya tercatat pernah jadi anggota DPR pada periode 1997-1999 dan 2004-2009. Dengan karier dan reputasi orang tuanya yang mentereng, Radit mendapatkan banyak akses untuk ilmu yang saat ini dimilikinya.
Dengan demikian, 10 Contoh sederhananya, ya saya.
Usia saya saat ini 22 tahun, dan belum melahirkan karya best seller sebagaimana Kambing Jantan-nya Radit. Lebih dari itu, pemasukan saya secara konsisten masih dari orang tua dan uang beasiswa. Sesekali ada kerjaan freelance yang mampir dan saya dapat honor yang sangat fluktuatif.
Besar kemungkinan, setelah lulus kuliah besok, saya akan menambah jumlah generasi sandwich di negeri ini. Sudah terbayang pula bagaimana besok saya mendaftar kerja ke sejumlah perusahaan atau instansi. Gaji pertama yang saya dapatkan sepertinya tidak akan semudah royalti buku Radit yang segera dialokasikan untuk investasi, tapi buru-buru dipakai untuk menutup kebutuhan pribadi dan keluarga.
Untuk kebutuhan primer saja terkadang masih kurang, sehingga berpikir menyisihkan uang untuk investasi saja tidak sempat. Meski begitu, sekali lagi, ini bukan keluhan atau ratapan kesedihan atas keadaan hidup, tapi bentuk penjelasan bahwa keadaan hidup setiap orang berbeda dan treatment-nya pun pasti berbeda.
Kesadaran tentang pentingnya investasi dan perencanaan keuangan yang disampaikan Radit itu penting sekali. Saya amat setuju. Saya pelan-pelan belajar dan mengalokasikan uang sedemikian rupa agar tidak lebih besar pasak daripada tiang. Perencanaan keuangan harus dimiliki semua orang, tapi proses menjalankannya pada setiap orang pasti berbeda.
Radit sudah bisa investasi sejak usia 20-an. Ia sudah mencapai kebebasan finansial di usianya yang relatif masih muda, 30-an. Saya dan kamu yang generasi sandwich mungkin usia 20-an masih sibuk mencari relasi pekerjaan. Alih-alih sudah sibuk berinvestasi seperti Radit, saya dan kamu mungkin masih berusaha menabung keterampilan agar bisa segera mendapatkan penghasilan yang kemudian bisa diinvestasikan.
Perjalanan keuangan dan kesuksesan setiap orang berbeda. Raditya Dika mungkin senasib dengan Mark Zuckerberg yang berhasil di usia muda. Perlu diketahui, Mark Zuckerberg berhasil membangun Facebook ketika usianya 20 tahun. Tapi, kamu tahu Harland Sanders sang founder KFC itu? Ia berhasil membangun KFC justru di usia senjanya, 65 tahun.
Nasib dan zona waktu keberhasilan setiap orang berbeda. Mari nikmati zona waktu yang kita miliki, siapa tahu bernasib baik dan beruntung seperti orang-orang yang sudah disebut dalam tulisan ini, bukan?
Sumber Gambar: Unsplash