Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Penyesalan Seorang Pembuat Konten Hijrah terhadap Aktivitas Hijrahnya

Maharlika Igarani oleh Maharlika Igarani
27 Februari 2021
A A
Penyesalan Seorang Pembuat Konten Hijrah terhadap Aktivitas Hijrahnya terminal mojok.co

Penyesalan Seorang Pembuat Konten Hijrah terhadap Aktivitas Hijrahnya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Sebagai anak jebolan madrasah “al-hijrahiyah”, saya selalu ingin menengok diri saya di masa lalu. Entah apa pun makna kata hijrah itu sendiri, saya tidak mau ambil debat. Kembali menengok momen ketika memutuskan untuk berhijrah adalah keputusan yang baik untuk bermuhasabah. Momen di mana seseorang memulai untuk berubah, mulai dari gaya berpakaian, pandangan hidup, lingkup pertemanan, hingga mengonsumsi konten hijrah Instagram.

Ketika saya menengok diri saya sendiri yang dulu-dulu itu, saya seperti bercermin kepada realitas anak hijrah sekarang. Bolehlah saya mengatakan diri saya sebagai anak hijrah yang sudah berpengalaman. Berbagai bentuk godaan untuk kembali pada dunia terlaknat tentu tidak menggoyahkan keputusan saya. Namun, ada beberapa momen yang sangat saya sayangkan. Saya menyesal pernah menemukan diri saya terkungkung atas sesuatu, namun tidak menyadarinya.

Hal-hal tersebut terus saja berulang pada komunitas anak hijrah. Seperti struktur rapi yang memang harus selalu dijalankan. Anak hijrah senior jadi merasa melihat dirinya kembali dan menghujat perilaku tersebut. Alih-alih memberikan edukasi yang baik kepada juniornya, senior tersebut malah membuatnya menjadi konten hijrah, seperti saya ini.

Terkadang, hal seperti ini yang membuat anak hijrah cenderung toksik. Memang ada gagasan-gagasan yang benar dan baik, tetapi penyampaiannya kurang baik. Alasan “yang penting sudah menyampaikan”, seolah menjadi dalih atas setiap perilaku yang nggak nyenengin. 

Berikut beberapa isu dan konten hijrah yang selalu diangkat. Hal ini sepertinya menjadi masalah di awal-awal hijrah dan memang perlu dikritisi. Uraian ini murni pengalaman saya pribadi saat menjadi produsen dan konsumen konten hijrah.

#1 Tidak boleh pacaran. Menikahlah untuk menghindari zina

Namanya juga anak muda yang fungsi biologis dan emosionalnya sedang meledak, kasus percintaan merupakan isu penting yang harus selalu diangkat. Kisah cinta siapa sih yang rasanya biasa-biasa saja? Kalau sedih, ya sedih banget. Kalau bahagia, ya seperti dunia milik berdua yang lain tolong bayar sewa.

Anak hijrah mana yang tidak hafal ayat wa laa taqrobuzzina? Sepertinya itulah ayat yang dihafal di deretan surat-surat yang panjang. Momen mutusin pacar adalah momen yang paling menyedihkan dan sangat spektakuler untuk diceritakan dalam konten berbau hijrah.

Kalau yang tidak bisa sampai mutusin pacar, minimal hubungannya dijaga diam-diam. Tidak diunggah di publik. Tidak diceritakan kepada siapa pun. Konten dan aktivitas pacaran pun diubah menjadi yang islami-islami gitu, biar dapat berkah.

Baca Juga:

Curhatan Santri: Kami Juga Manusia, Jangan Memasang Ekspektasi Ketinggian

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? oleh Ulil Abshar Abdalla: Sekumpulan Esai Memahami Akidah Islam

Ada pula anak hijrah yang saking semangatnya menjadi penyeru paling keras untuk jangan mendekati zina. Lalu kebutuhan akan rasa sayang yang menggebu-gebu tersebut bagaimana solusinya? Nikah dong, apalagi?

Seolah-olah menikah merupakan satu-satunya alternatif untuk persoalan kebutuhan biologis dan kasih sayang. Seminar pranikah atau yang cinta-cintaan jadi lebih banyak yang datang daripada kajian akidah atau fikih yang seharusnya lebih dulu ditelan. Tapi, ya nggak tahu sih, kan harus melampiaskan perasaan fakir asmara dulu ketimbang yang lain-lain.

#2 Haram dan tidaknya mem-posting foto wajah

Bahasan ini selalu bersemi sepanjang waktu melalui konten hijrah di media sosial. Sepanjang anak hijrah baru lahir, selama itu pula isu haram dan tidaknya mem-posting foto wajah menjadi hangat diperbincangkan.

Saya pernah menjadi pelaku pengharaman mem-posting foto wajah karena memergoki salah satu penumpang bus. Seorang laki-laki memandang foto perempuan di postingan facebook lama sekali dan diulang-ulang. Saya risih melihat kejadian seperti itu meskipun orang itu bukan saya. Seketika itu juga saya membuat konten untuk jangan mem-posting foto wajah dan saya sebarkan kepada teman-teman saya. Entah mengapa, saya sudah sibuk menjadi content creator semenjak itu.

Siapa yang paling dicurigai dalam kasus ini? Siapa lagi kalau bukan laki-laki. Anak-anak hijrah baru akan mengambinghitamkan laki-laki sebagai jenis yang tidak punya adab. Selalu membuka matanya untuk hal-hal syahwati, sering menggunakan kuotanya untuk memuaskan hal-hal yang mendesak karena belum bisa tersalurkan dengan cara yang halal.

Setelah berhasil tidak mem-posting foto wajah dan mendakwahkannya kepada orang lain, maka menyalah-nyalahkan dan menganggap rendah ukhti-ukhti yang masih memasang foto wajahnya adalah sebuah beban profesionalitas. Seakan-akan ukhti tersebut sudah tidak punya urat malu. Begitu hinanya.

#3 Merasa eksklusif

Dari musik hingga parfum, dengan mudah semuanya dicap haram. Pokoknya haram, seharam babi. Seolah-olah apabila tidak sependapat maka silakan angkat kaki dari list anggota pertemanan.

Dengan berbekal ilmu dari konten hijrah akun Instagram, dengan penuh percaya diri merasa diri sendiri setingkat lebih baik dari teman-teman yang lain. Padahal ilmu yang didapat dari Instagram tidak menjamin terstruktur dengan baik. Main ambil saja mana yang dipengin dan dirasa cocok untuk melawan kekafiran dunia.

Seperti menemukan sebuah kebenaran, maka yang berada di luar lingkaran dianggap salah. Secara tidak sadar, anak hijrah baru membangun tembok antara dirinya sendiri dan orang lain yang dianggap tidak cukup baik. Pada akhirnya dengan pola seperti ini, anak hijrah akan merasa tidak punya teman, selalu merasa dihindari. Makannya, konten anak hijrah yang kehilangan teman selalu booming, diulang-ulang terus seperti konten bubur diaduk apa nggak.

#4 Keluarga yang gak pengertian

Saya pernah merasa di titik ini dan sering dapat curhatan tentang keluarga yang nggak ngertiin proses hijrah seseorang. Keluarga terlaknat. Mwehehe.

Padahal kalau diulas dan ditelaah lagi, bukan keluarga yang nggak ngertiin. Tapi, diri sendiri yang nggak ngertiin mereka. Komunikasi kurang, yang ada malah saling mengkafirkan.

Kan bapak dan ibumu itu lho yang tahu kamu luar dalem, depan belakang. Dari bangun tidur sampai tidur lagi itu kayak gimana bentuknya. Terus mau diceramahin tentang dosa dan pahala atau tuduhan nggak pengertian.

Anak hijrah juga perlu memandang dunia luar bahwa masih banyak stigma yang membuat gaya pakaian atau pikiran kolot jadi sasaran amuk masa, maksudnya gosipan. Orang tua itu nggak mau jadi bahan gosipan, yang ini lah itu lah. Mereka cuma mau kamu biasa saja, sama seperti yang lain. Nggak macem-macem, itu kan yang dinasihatkan?

Nggak berhenti di orang tua, malah memperlebar sayap pengkafiran kepada tetangga. Trus kamu mau ngeloyor dan bilang seluruh dunia ini kafir? Kamu tidak sesuci itu, Maemunah.

Semoga saja selanjutnya, dunia hijrah yang lebih moderat membuat format edukasi yang baik. Edukasi yang membuat anak hijrah junior tidak merasa menyesal ketika sudah menjadi senior, seperti saya ini. Jadi, tidak ada lagi yang mengkritisi betapa toksiknya menjadi manusia yang katanya lebih baik.

BACA JUGA Betapa Sulitnya Bergaul Dengan Orang yang Baru Hijrah dan tulisan Maharlika Igarani lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Februari 2021 oleh

Tags: agamahijrah
Maharlika Igarani

Maharlika Igarani

Maharlika Igarani

ArtikelTerkait

Enaknya Punya Orang Tua yang Membebaskan Anaknya dalam Berkeyakinan terminal mojok.co

Orang Tua yang Membebaskan Anaknya dalam Berkeyakinan Adalah Sebenar-benarnya Anugerah

21 Oktober 2020
Agama baru Hellbound

Kiat-kiat Bikin Agama Baru ala Hellbound

27 November 2021
nikah muda

Kenapa sih Harus Nikah Muda?

4 September 2019
agama

Kontekstualisasi Agama atau Seragamisasi Agama?

5 Mei 2019
Kalau Agama Dilihat dari Cara Berpakaian, Orang Atheis akan Telanjang Selamanya terminal mojok.co

Kalau Agama Dilihat dari Cara Berpakaian, Orang Ateis Akan Telanjang Selamanya

5 Februari 2021
rasisme

Tidak Ada Tempat Bagi Rasisme di Dunia Ini, Sekalipun Dalam Sepak Bola

5 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.