Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pengalaman Motoran Lamongan-Jogja: Mulai Jalur Rusak sampai Alas Ngawi yang Menghipnotis untuk Tidur Sesaat

M. Afiqul Adib oleh M. Afiqul Adib
25 Oktober 2025
A A
Pengalaman Motoran Lamongan-Jogja: Mulai Jalur Rusak sampai Alas Ngawi yang Menghipnotis untuk Tidur Sesaat

Pengalaman Motoran Lamongan-Jogja: Mulai Jalur Rusak sampai Alas Ngawi yang Menghipnotis untuk Tidur Sesaat (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya masih ingat ketika kuliah di Jogja, sebagai warga Lamongan, rasanya ada gengsi tersendiri kalau bisa pulang kampung naik motor. Bukan hanya karena ongkosnya lebih hemat, tapi juga ada semacam tantangan: sanggupkah menempuh jarak ratusan kilometer hanya dengan motor kecil? Apalagi beberapa teman dan kakak kelas juga sudah lebih dulu melakukannya.

Waktu itu, motor andalan saya adalah Honda Revo. Bukan motor sport, apalagi moge, tapi justru itulah yang membuat perjalanan ini terasa heroik. Revo memang terkenal irit, tapi soal kenyamanan? Ya, bokong harus siap panas dan kaki pegal.

Jalan Lamongan, jalur rusak dan menguras kesabaran

Perjalanan dimulai dari Lamongan. Jalurnya, seperti biasa, penuh cobaan. Aspal yang bolong-bolong, tambalan seadanya, hingga truk besar yang lalu-lalang. Rasanya menguras kesabaran sejak awal. Mau lewat Babat atau lewat Widang, sama saja. Jalannya bikin motor goyang ke sana ke mari.

Yang bikin geleng-geleng kepala, jalur ini nggak kunjung mulus dari tahun ke tahun. Rasanya seperti ritual tahunan setiap kali pulang, pasti disambut jalan rusak. Kadang malah mikir, jangan-jangan jalanan ini sengaja dibiarkan begitu supaya warga tetap rendah hati.

Jalur Bojonegoro, rute panjang tak berujung

Setelah lolos dari Lamongan Selatan, tibalah giliran melewati Bojonegoro. Nah, bagian ini yang paling bikin mental drop. Entah kenapa, jalur Bojonegoro terasa paling panjang. Rasanya nggak habis-habis.

Setiap kali lihat papan petunjuk, masih saja “Bojonegoro”. Sudah setengah jam jalan, eh, papan berikutnya tetap saja “Bojonegoro”. Sampai-sampai ada rasa curiga, jangan-jangan Bojonegoro ini dimensi lain soalnya monoton sekali.

Setelah Lamongan dan Bojonegoro, masuk Alas Ngawi, tempat yang menghipnotis untuk tidur sesaat

Setelah Lamongan dan Bojonegoro, tibalah di Ngawi. Di sini ada bagian jalan yang disebut Alas Ngawi. Seperti alas pada umumnya, kanan-kirinya hutan. Pohon jati berjajar rapi, udara semriwing, dan jalan yang lumayan sepi.

Nah, masalahnya justru di sini. Karena jalurnya panjang dan lurus, efeknya bikin ngantuk. Angin semilir, suara mesin motor yang monoton, plus kondisi badan yang sudah capek, bikin mata mulai berat. Bahaya banget kalau dipaksakan.

Baca Juga:

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Solusinya? Rehat sebentar. Di pinggir jalan banyak warung sederhana yang bisa jadi tempat singgah. Beli teh hangat, tarik napas panjang, lalu lanjut lagi. Jangan sampai tergoda tidur di atas motor.

Solo, langganan orang kesasar

Perjalanan dari Lamongan ke Jogja kemudian masuk ke Karanganyar dan Solo. Nah, Solo ini punya reputasi gampang bikin orang kesasar. Banyak jalan mirip, banyak persimpangan, dan kalau tidak hafal jalur, bisa muter-muter nggak jelas.

Beberapa kali saya harus berhenti sekadar memastikan arah. Untung ada Google Maps, meski kadang juga menjerumuskan. Rasanya memang Solo ini kota yang ramah, tapi jalurnya suka bikin main tebak-tebakan.

Sampai Jogja dengan kondisi bokong panas

Setelah melewati Solo, perjalanan lanjut ke Klaten. Jalur ini cenderung lurus, tapi padat kendaraan. Macet jadi makanan sehari-hari, terutama menjelang Jogja.

Di titik ini, kondisi badan sudah babak belur. Bokong panas, punggung pegal, tangan kaku. Kadang godaan untuk ugal-ugalan muncul, pengin cepat sampai. Tapi ya, harus ditahan. Lebih baik tenang dan sabar, toh Jogja sudah di depan mata.

Begitu sampai Jogja, rasa capek langsung terbayar. Ada semacam kepuasan tersendiri karena berhasil menempuh perjalanan jauh dengan motor kecil. Bukan cuma soal hemat ongkos, tapi juga soal cerita: pengalaman yang bisa diceritakan lagi ke teman, dengan bumbu dramatisasi tentu saja.

Yah, pada akhirnya, motoran Lamongan-Jogja memang bukan perjalanan yang nyaman, tapi justru di situlah letak keistimewaannya. Jalan rusak, jalur panjang, hingga godaan tidur di Alas Ngawi, semuanya jadi kenangan tersendiri.

Kalau ditanya apakah saya mau mengulanginya lagi di usia menjelang 30 ini? Jawabannya: mungkin iya, mungkin juga tidak. Sebab, membayangkan perjalanan tujuh setengah jam, saya sudah malas duluan.

Tapi satu hal pasti, pengalaman ini membuat saya percaya kalau perjalanan jauh bukan melulu soal kendaraan apa yang dipakai, tapi tentang seberapa siap mental dan badan untuk menikmatinya.

Jadi, kalau ada yang ingin mencoba rute ini, siapkan fisik, mental, dan jangan lupa bekal sabar. Karena motoran Lamongan-Jogja bukan sekadar perjalanan, tapi juga cerita hidup yang selalu layak untuk dikenang.

Penulis: M. Afiqul Adib
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Jogja dan Lamongan Itu Saudara Kembar: Sama-sama Punya Masalah Upah Rendah, dan Sama-sama Susah Jadi Pemimpin!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 Oktober 2025 oleh

Tags: alas ngawiBojonegoroJogjalamonganMotorsolo
M. Afiqul Adib

M. Afiqul Adib

Penulis yang tinggal di Lamongan.

ArtikelTerkait

6 Dosa Penjual Gudeg Jogja yang Sulit Dimaafkan Pembeli Mojok.co

6 Dosa Penjual Gudeg Jogja yang Sulit Dimaafkan Pembeli

25 Agustus 2025
Kapolda DIY Benar, Fight Club Memang Bukan Solusi Pemberantasan Klitih di Jogja

Kapolda DIY Benar, Fight Club Memang Bukan Solusi Pemberantasan Klitih di Jogja

20 Agustus 2024
pengendara motor mojok.co

7 Dosa yang Sering Dilakukan oleh Pemilik Sepeda Motor

24 Maret 2022
Jetis Jogja dan Jetis Bantul: Dua Daerah Berbeda dengan Nama dan Nasib yang Mirip Mojok.co

Jetis Jogja dan Jetis Bantul, Dua Daerah Berbeda dengan Nama dan Nasib yang Mirip

24 Oktober 2025
Denah Pedagang Pasar Beringharjo: Lantai 1 Gedung Barat terminal mojok.co

Denah Pedagang Pasar Beringharjo: Lantai 1 Gedung Barat

23 Januari 2022
Menyesal Beli Motor Impian Honda Astrea Prima karena Akhirnya Cuma Nambah Beban Hidup Mojok.co

Menyesal Beli Motor Lawas Impian Honda Astrea Prima karena Akhirnya Cuma Menambah Beban Hidup

27 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

Rekomendasi 8 Drama Korea yang Wajib Ditonton sebelum 2025 Berakhir

2 Desember 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.