Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pembatasan Pengunjung ke Bangunan Candi Borobudur Memang Sudah Seharusnya

Mohammad Faiz Attoriq oleh Mohammad Faiz Attoriq
1 Juni 2023
A A
Pembatasan Pengunjung ke Bangunan Candi Borobudur Memang Sudah Seharusnya

Candi Borobudur (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Candi Borobudur yang letaknya di Kabupaten Magelang ini merupakan peninggalan Dinasti Syailendra, wangsa Buddha yang diresmikan sekitar abad ke-9 Masehi. Candi ini bertipe punden berundak, bangunan ibadah khas Nusantara yang diadopsi untuk pembangunan situs bersejarah ini.

Memang, Candi Borobudur sudah berusia 1 milenium lebih, menjadi saksi bisu ritual keagamaan sejak berdiri, ditumbuhi semak belukar karena eksodus masyarakat Mataram Kuno, hingga ditemukan kembali di era penjajahan dan dipugar besar-besaran setelah Indonesia Merdeka. Pantas jika rumah ibadah ini ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO.

Seiring berjalannya waktu, Candi Borobudur bukan lagi hanya menjadi tempat ibadah umat Buddha saja, juga menjadi destinasi wisata turis lokal atau asing. Kita di sana sering bertemu dengan beberapa biksu atau umat Buddha yang melakukan ritual pemujaan, benar-benar wujud toleransi.

Di ambang bahaya

Di balik pesona dan kemegahan peninggalan leluhur kita ini, Candi Borobudur berada di ambang bahaya. Bukan karena dikhawatirkan roboh saja karena kebanyakan dikunjungi masyarakat, melainkan keausan batu dan vandalisme.

Balai Konservasi Borobudur telah melaporkan adanya laju keausan yang cukup masif. Lantai lorong mengalami keausan dengan laju sebesar 0,042 cm/hari. Untuk tangga naik, laju keausannya sebesar 0,175 cm/tahun. Tangga turun lebih parah lagi, yaitu sebesar 0,2 cm/tahun. Itu masih setahun, bayangkan jika terjadi selama bertahun-tahun: tambah tipis, ditambah lagi dengan kebanyakan sol alas kaki yang sifatnya merusak batuan.

Menurut balai konservasi tersebut, data pengunjung yang menaiki Candi Borobudur mencapai sekitar 58 ribu pengunjung per hari in case hari libur. Bayangkan, jumlah segitu sudah membuat laju keausan semakin besar.

Insiden vandalisme juga tidak kalah heboh. Banyak arca, relief, ornamen, atau struktur candi dirusak. Ada yang patah, bahkan ada yang menggores sesuatu, padahal itu sangat dilarang karena merusak warisan peradaban lampau. Jika dibiarkan, warisan tersebut akan hilang, kita tidak akan bisa melihatnya lagi.

Pembatasan pengunjung sudah tepat

Mulanya, tiket masuk akan dinaikkan menjadi 750 ribu Rupiah di Juni 2022 agar bisa membatasi pengunjung yang menaiki Candi Borobudur. Namun, wacana tersebut dibatalkan karena banyak yang kontra. Sebagai gantinya, dikeluarkanlah kebijakan pembatasan 150 pengunjung per 15 menit untuk mengurangi beban dan keausan, di samping penggunaan upanat, alas kaki yang lebih ramah batuan candi.

Baca Juga:

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Andai Candi Borobudur Bisa Bicara, Barangkali Ia Akan Bilang, “Aku Lahir di Magelang!”

Sebenarnya, pihak pengelola sudah berupaya untuk menyelamatkan Candi Borobudur dari kerusakan yang semakin parah akibat keausan dan vandalisme. Hanya saja, kebijakan selalu berubah kalo dibenturkan dengan ekonomi. Ya begitulah Indonesia, giliran ada alasan ekonomi, semua jadi kurang bijak.

Saya sangat setuju dengan upaya pembatasan pengunjung dan penggunaan alas kaki khusus untuk menaiki candi Buddha ini. Mengingat usianya sangat tua, sudah waktunya situs bersejarah ini mulai dibatasi pengunjungnya yang akan menaikinya. Jika batu peninggalan masa lalu rusak dan berkurang, menggantinya dengan batu baru bukan keputusan yang bijak, malah mengurangi keasliannya.

Pembatasan pengunjung yang menaiki Candi Borobudur ini sudah seharusnya dilakukan, bahkan harusnya dari dulu. Candi ini sudah aus yang cukup parah, terutama di tangga karena mendapat gaya gesek dan tekanan. Pembatasan ini juga bertujuan agar siapa saja yang ingin melakukan vandalisme berpikir berkali-kali.

Kebijakan pembatasan pengunjung Candi Borobudur sebenarnya sudah terlambat karena batuan mulai rusak di sana-sini. Tapi, lebih baik terlambat untuk mencegah kerusakan yang semakin masif daripada tidak ada pembatasan pengunjung sama sekali.

Penulis: Mohammad Faiz Attoriq
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Panduan Menjawab di Mana Letak Candi Borobudur agar Kalian Nggak Salah Tag Lokasi di Instastory

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Juni 2023 oleh

Tags: candi borobudurpembatasan pengunjungvandalisme
Mohammad Faiz Attoriq

Mohammad Faiz Attoriq

Si pria random yang tubirnya meletup-letup

ArtikelTerkait

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
4 Hal Sederhana yang Bikin Orang Magelang Marah

4 Hal Sederhana yang Bikin Orang Magelang Marah

7 Februari 2025
Aturan Tidak Tertulis Candi Borobudur Magelang yang Perlu Dipahami Pengunjung

Aturan Tidak Tertulis Candi Borobudur Magelang yang Perlu Dipahami Pengunjung

4 Maret 2025
Mau Sampai Kapan Salah Menyebutkan Candi Borobudur Terletak di Jogja?

Mau Sampai Kapan Salah Menyebutkan Candi Borobudur Terletak di Jogja?

9 Oktober 2023
vandalisme

Demokrasi Indonesia dan Bayang-bayang Vandalisme yang Sulit Dilepaskan

25 September 2019
Aturan Tidak Tertulis Candi Borobudur Magelang yang Perlu Dipahami Pengunjung

Andai Candi Borobudur Bisa Bicara, Barangkali Ia Akan Bilang, “Aku Lahir di Magelang!”

4 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.