Tak apa tembok berwarna warni
Yang penting aku senang hati
Jadi percaya diri
Tak ingin bibir pucat pasi
Agar si Dia jatuh hati
Aku tak peduli
Warna tembok itu tercemari
Sajak di atas adalah ungkapan keresahan yang saya rasakan ketika melihat vandalisme lipstik di tembok musala. Suatu siang menjelang pukul dua belas. Saat itu saya segera bersiap-siap menerapkan salah satu rukun islam yang kedua. Sehabis mengambil air wudu, kemudian mengantre mukena ada pemandangan yang tidak jarang ditemui di tembok musala, tepatnya di sekitar tembok yang terdapat cermin. Ada coretan lipstik dengan garis-garis tebal, ada yg bentuknya memanjang ada yang bentuknya tidak jelas.
Lukisan hasil guratan jari jemari dengan warna pink dan merah ini pasti pernah kamu temui di tembok sekitar cermin di dalam musala perempuan. Sebuah bentuk vandalisme tanpa tinta dan tanpa kata-kata frontal mencak-mencak pemerintah. Guratan-guratan garis bak pelukis aliran abstraksionisme bak lukisan Affandi (?) yang mengandung arti, “Ih lipstikku ketebelan,” atau “Setelah meratakan warna lipstik dengan jari, jariku kotor ewhh.”
Sungguh melihat tembok musala yang jadi kotor karena bekas lipstik itu nggak ada indah-indahnya. Kamu pikir yang berwana-warni itu selalu menghasilkan keindahan? Kalau ini sih tidak. Vandalisme tanpa kata-kata ini seharusnya tidak patut ada, apalagi di tempat ibadah. Saya yakin sekali sebagian besar wanita pasti menyimpan tisue di tasnya, apakah kehilangan sehelai tisue untuk membersihkan sisa-sisa lipstik yang ketebelan di jari rasanya lebih mahal dibandingkan dengan membeli cat baru untuk menutup bekas lipstikmu di tembok itu? Dikiranya tembok musala itu kanvas apa ya? Apa bedanya kamu sama orang yg suka vandalisme di tembok underpass yang suka kamu omongin itu?
Nih, saya beri beberapa saran yang berguna untuk mengurangi vandalisme lipstik. Yang pertama, lebih baik membawa cermin pribadi dalam tas. Dengan menggunakan cermin pribadi saat ingin men-touch up lipstik, selain lebih simpel kamu kan juga tidak perlu buru-buru memakai lipstik karena merasa tidak enak sama mbak-mbak yang lagi ikutan mengantre buat ngaca sehabis kamu. Dengan menghindari terburu-buru, kesalahan dalam memakai lipstik pasti tidak akan terjadi. Jadi, berkurang deh oknum-oknum vandalisme lipstik.
Kedua, jika membawa cermin sendiri bagimu merepotkan, sebaiknya touch up saja di cermin yang ada di kamar mandi, biar sehabis merapikan lipstik dengan jarimu kamu bisa sekalian cuci tangan. Jadi tidak usah repot mengelap bekas lipstik di jarimu ke tembok, kan?
Ketiga, untuk petugas di musala, ada hal yang bisa dilakukan untuk mencegah vandalisme lipstik ini terjadi, dengan cara menempel selembar karton kosong di samping cermin yang ditempel di tembok. Karton itu dapat berguna sebagai media mengelap jari bekas lipstik, sehingga bekas tersebut tidak mengotori tembok. Atau biar gampang sekalian ya lebih baik tidak usah menyediakan cermin di musala saja.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi vandalisme lipstik ini terjadi, jadilah salah satu orang yang ikut berkontribusi untuk menguranginya. Toh turut ikut dalam menjaga kebersian fasilitas umum kan dampaknya kamu juga yang akan ikut merasakan, ya toh?
Lagipula bukannya membersihkan jari bekas lipstik lebih baik dengan cara cuci tangan atau membersihkannya dengan tisue kering atau basah dibandingkan mengelapnya di tembok? Hiii, padahal tembok kan bukan media yang higienis bersih tanpa kuman dan bakteri loh!
Dilansir dari Klik Dokter, tembok dapat menjadi sarang bagi kuman dan bakteri karena tembok merupakan salah satu bagian gedung yang terlindungi dari cahaya matahari dan memiliki kelembapan, sehingga memungkinkan bakteri untuk berkembang biak. Bakteri yang sering menghuni tembok antara lain adalah Escherichia coli (E.coli), Staphylococcus aureus dan MRSA, bakteri ini apabila terkontaminasi langsung tentunya akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
Jadi dampak buruk mengelap jari bekas lipstik selain mengotori fasilitas publik, hal itu juga tidak baik bagi kesehatan kamu loh. Semoga semakin banyak yang sadar, kalau tembok itu bukan untuk dipakai sebagai sarana mengelap jari bekas lipstik yang ketebelan. Percuma saja dengan lipstik tampilannya cantik dan menarik kalau tingkah lakunya tidak baik!
BACA JUGA Mukena Musala yang Bau, Bikin Salat Jadi Susah Khusyuk atau tulisan Fanisa Putri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.