ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Panduan Makan All You Can Eat di Restoran ala Korea agar Tetap Qanaah

Mohammad Ibnu Haq oleh Mohammad Ibnu Haq
26 Agustus 2020
A A
Jujur Saja, Konsep Makan Bayar Seikhlasnya Itu Bikin Nggak Nyaman terminal mojok.co

Jujur Saja, Konsep Makan Bayar Seikhlasnya Itu Bikin Nggak Nyaman terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Baru-baru ini saya diajak istri untuk mencoba salah satu restoran all you can eat ala Korea yang menawarkan konsep suki and grill. Dan seperti yang sudah saya duga sebelumnya, saya benar-benar tidak bisa menikmatinya.

Sebenarnya sih bukan karena perkara rasa dan selera yang kurang berjodoh di lidah Jawa saya. Bukan juga karena saya yang harus membayar ini semua—hampir salah meskipun ada benarnya juga. Kegelisahan saya justru karena beberapa hal kecil yang mungkin sudah umum bagi sebagian besar penikmatnya, namun terasa aneh bagi orang-orang yang menganut prinsip makan sederhana seperti saya.

Sejak kecil saya diajarkan orang tua untuk mengambil lauk dan nasi secukupnya. Jikalau nanti lapar lagi dan tentunya masih ada sajian yang tersisa, bolehlah mengambil kembali. Itu pun dengan catatan anggota keluarga yang lain sudah mendapatkan bagiannya masing-masing. Makan sesuai kapasitas perut pokoknya. Prinsip inilah yang sulit saya terapkan di sana. Dan saya yakin, saya tidak sendiri. Oleh karena itu, saya akan mencoba membagikan panduan bagi kalian yang memiliki masalah yang sama.

Langkah pertama, ubah mindset.  All you can eat mirip dengan berjudi, jadi jangan bertaruh apa pun jika tidak mau kalah

Yang pasti ada di dalam kepala ketika makan all you can eat adalah mengambil sebanyak-banyaknya agar tidak rugi. Karena kita sudah membayar mahal untuk berapa pun yang akan kita ambil nanti. Senada dengan yang sudah diajarkan dalam pelajaran ekonomi dasar, yaitu ‘dengan modal sekecil-kecilnya, mendapatkan untung yang sebesar-besarnya’. Maka jangan heran jika orang-orang akan mengambil sebanyak yang mereka bisa. Lha wong modalnya nggak kecil.

Dan sayangnya mereka tetap akan kalah.

Semakin banyak yang diambil pasti beriringan dengan semakin panjang antrian makanan yang akan masuk ke mulut dan semakin menipisnya pula waktu yang tersisa untuk menikmatinya. Akibatnya semua akan makan dengan tergesa-gesa. Melupakan jeda untuk meresapi cita rasa. Mempertaruhkannya hanya demi agar tidak rugi. Sayang sekali. Sayang sekali.

Langkah kedua, jangan mengambil nasi, it’s a trap!

Restoran Korea yang saya datangi selain menyediakan beraneka macam daging seperti daging sapi kualitas premium yang—katanya—dikirim langsung dari luar negeri, daging ayam, ikan, dan tentunya the one and only, kimchi, ternyata juga menyiapkan seperangkat alat sholat penanak nasi beserta centhong, sendok, garpu, dan piringnya. Yang tentunya membuat saya bernostalgia dengan warung ayam geprek di dekat rumah.

Saya pikir tidak akan banyak yang mengambil nasi di restoran all you can eat, namun pendapat itu rupanya keliru. Sebagian besar pengunjung justru memilih nasi untuk menemani pesta daging mereka. Termasuk istri saya sendiri. Lalu, ketika saya tanya apa alasannya, dia pun menjawab dengan enteng,

“No nasi, no party!”

Baiklah. Toh itu perkara selera. Tapi mungkin yang tidak dipikirkannya adalah memakan nasi akan membuatnya lebih cepat kenyang. Dan ketika dalam posisi kenyang nanti dia dihadapkan pada dua pilihan, nasi atau daging, hakul yakin pasti lebih milih dagingnya. Benar saja. Meja kami pun berakhir sama seperti pemandangan di meja yang lain, banyak nasi yang mojok di piring sambil menangis karena ulah pengambilnya yang tidak bertanggungjawab.

Langkah ketiga, beli air putih. Kurangi minuman manis meskipun disediakan gratis

Ketika untuk minum air putih saja harus membayar mahal, sedangkan teh atau minuman manis lainnya malah gratis maka sudah barang tentu itu merupakan srategi jenius jebolan S-3 Pemasaran Elit Global. Siapa sih yang menolak saat ditawari barang gratisan? Apalagi kalau yang gratisan justru lebih enak daripada yang harus bayar. Tidak ada syarat dan ketentuannya lagi. Bisa diambil sesering-sering dan sebanyak-banyaknya.

Dan kenapa yang manis malah gratis, alasannya sama seperti pada ulasan sebelumnya. Tujuan pemilik restoran all you can eat satu, membuat pengunjung cepat kenyang sehingga makannya tidak akan banyak. Untung mereka pun jadi semakin besar.

Sama seperti kisah nasi sebelumnya, banyak orang yang mengambil minuman dengan membabi buta. Mumpung gratis donk! Tetapi berakhir pada gelas-gelas yang berbaris di atas meja. Dengan air yang masih menggenang di dalamnya. Yang jika sisa-sisa minuman ini dikumpulkan, mungkin akan cukup untuk kebutuhan minum satu keluarga di daerah yang sedang kesulitan air bersih.

Langkah keempat, totalitaslah kalau cuma mau gaya-gayaan

Semisal ada yang berencana pergi ke tempat seperti itu hanya buat gaya-gayaan semata atau demi kepentingan stok foto untuk kebutuhan riya, maka ada baiknya untuk melakukannya dengan totalitas. Jangan setengah-setengah. Pakailah mantel panjang, syal, dan sarung tangan. Berbicaralah dengan nada sengau. Teriakkanlah satu dua ungkapan romantis dengan panggilan mesra di akhir kalimat yang akan semakin membuat kagum orang-orang di sekelilingmu. Contohnya, “Sranghae, Opaa!”

Serius. Menurut saya ini justru akan meningkatkan cita rasa. Ketimbang  orang-orang yang berniat makan di restoran all you can eat, tapi tidak mau rugi. Bayarnya sama kok. Kenyangnya mungkin beda, walaupun entar juga setelah dikeluarkan sama-sama akan lapar lagi. Yang membedakan hanyalah after taste-nya.

After taste kan tidak melulu soal rasa yang tersisa di ujung lidah, melainkan juga kenangan akan momen tersebut. Makan penyetan di pinggir jalan bersama gebetan saat hujan tentu akan jauh lebih maknyus dan berkesan daripada makan steak di hotel bintang lima bersama mantan dan pacar barunya, bukan?

Karena tidak mau kehilangan after taste inilah, maka ketika saya mulai merasa tidak nyaman di restoran all you can eat, saya membayangkan istri saya ini secantik Song Hye Kyo atau Han So Hee. Namun dengan versi kearifan lokal. Hasilnya, lumayanlah. Saya masih bisa bersyukur atas apa yang dititipkan Tuhan kepada saya.

Sumber gambar: Pexels.com.

BACA JUGA Coffee on The Bus: Cara yang Berbeda untuk Menikmati Jogja dan tulisan Mohammad Ibnu Haq lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: Kulinermakanan korea
Mohammad Ibnu Haq

Mohammad Ibnu Haq

Sukanya mojok

ArtikelTerkait

Rekomendasi Kuliner di Pasar Lempuyangan Jogja yang Sayang untuk Dilewatkan

Rekomendasi Kuliner di Pasar Lempuyangan Jogja yang Sayang untuk Dilewatkan

19 September 2023
Mengenal Es Sinar Garut, Primadona Es Campur dan Teler Asal Garut yang Merajai Pasar Es Planet Bekasi terminal mojok

Mengenal Es Sinar Garut, Primadona Es Campur dan Teler Asal Garut yang Merajai Pasar Es Planet Bekasi

26 April 2021
5 Kuliner Tersembunyi di Kabupaten Jember yang Cocok untuk Pelancong terminal mojok.co

5 Kuliner Tersembunyi di Kabupaten Jember yang Cocok untuk Pelancong

30 Januari 2022
makanan pedas

Menanggapi Tulisan Kecap Manis yang Terdiskriminasi: Makanan Pedas Lebih Nikmat dengan Kemurnian Rasanya

4 Agustus 2019
Diajarin Makan Pakai Sumpit Sama Papa Shinchan terminal mojok.co

Makan Nasi Pakai Sumpit Ternyata Ribet, Tidak Seromantis di Anime

4 Desember 2020
Pengalaman Table Manner dan Alasan Restoran Mahal Porsinya Sedikit terminal mojok.co

Menyaksikan Liciknya Restoran All You Can Eat, Licin Macam Politisi

22 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Tipe-tipe Orang Nyumbang Lagu di Acara Pernikahan terminal mojok.co

Bus Handoyo Mengajari Saya untuk Mengenal Aliran Musik Koplo

Menyoal Larisnya Konten Horor Pendakian Gunung dan Nyinyiran pada Konten Romantisismenya mojok.co

Menyoal Larisnya Konten Horor Pendakian Gunung dan Nyinyiran pada Konten Romantismenya

artikel ramalan zodiak dibikin dengan cara mengarang bebas mojok.co

Jangan Kaget, Artikel Ramalan Zodiak Emang Sering Ditulis sambil Ngarang Bebas kok

Terpopuler Sepekan

Jogja Istimewa, Harga Kosnya Bikin Pusing Kepala harga kos di jogja

Jogja Itu Aslinya Murah, tapi Jadi Mahal Gara-gara (Gaya Hidup) Pendatang

13 Mei 2025
4 Perpustakaan Gunungkidul yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang, Biar Mainnya Nggak ke Pantai Melulu Mojok.co

4 Perpustakaan Gunungkidul yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang, biar Mainnya Nggak ke Pantai Melulu

11 Mei 2025
Arema, Persik, dan Kota Malang yang Tak Pernah Belajar Apa-apa dari Tragedi Kanjuruhan

Arema, Persik, dan Kota Malang yang Tak Pernah Belajar Apa-apa dari Tragedi Kanjuruhan

12 Mei 2025
Pengalaman Retur Barang Shopee yang Terlalu Mudah Malah Bikin Saya Kepikiran Mojok.co

Pengalaman Retur Barang Shopee yang Terlalu Mudah Malah Bikin Saya Kepikiran

12 Mei 2025
4 Tanda Kamu Nggak Cocok Hidup di Semarang, Jangan Nekat Jika Nggak Mau Sengsara

4 Tanda Kamu Nggak Cocok Hidup di Semarang, Jangan Nekat Jika Nggak Mau Sengsara

10 Mei 2025
Tinggal di Bangkalan Madura Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bakal Cocok Tinggal di Sini Mojok.co

Tinggal di Bangkalan Madura Bikin Saya Sadar, Nggak Semua Orang Bakal Cocok Tinggal di Sini

14 Mei 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=_ns1MCy_8lA

DARI MOJOK

  • Lulusan SMK Diremehkan, Tapi Bersyukur Nasib Lebih Baik ketimbang Sarjana yang Banggakan Gelar tapi Nganggur
  • Sisi Gelap Bandung yang bikin Resah Perantau Asal Surabaya, padahal Terkenal sebagai Kota Pelajar
  • Cilandak Jakarta Selatan Daerah Elite tapi “Tak Aman”, Gaji di Bawah UMR buat Kredit Motor Langsung Hilang sebelum Sebulan
  • Pengalaman Pertama ke Borobudur Sendirian terasa Aneh, tapi Berkat “Orang Baru” Perjalanan Saya Jadi Berkesan
  • Setelah Tidak Pernah Naik Bus, kini Saya Menyesal Mencoba Naik Sleeper Bus Sinar Jaya Suite Class
  • Upaya Merawat Candi Borobudur agar Bisa Bertahan 2000 Tahun Lagi

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.