Saya termasuk orang yang sangat muak melihat perkembangan organisasi eksternal di Bangkalan Madura. Alih-alih menunjukkan prestasi, mereka malah hanya sibuk bagi-bagi dan rebut-rebutan posisi. Maka tidak heran jika jumlah maba yang minat untuk berorganisasi semakin sedikit. Siapa juga yang mau ikut organisasi yang problematik.
Saya akan contohkan dua ormek terbesar yang ada di Bangkalan Madura, yakni PMII dan HMI. Sebagai ormek terbesar di Bangkalan, keduanya tidak cocok dijadikan organisasi ideal bagi mahasiswa. Kenapa saya bilang begitu? Sebab, bukannya membentuk oposisi untuk melawan pemerintah, mereka lebih suka melawan teman sendiri demi jabatan dan posisi. Hadeh!
Saya tak asal bicara mengenai masalah ini. Buktinya sudah dan sedang terjadi di lingkungan ormek di Bangkalan Madura.
Ada dua orang yang sama-sama mengaku ketua di Bangkalan
Jujur, saya penasaran dengan niat hati mereka mengikuti organisasi mahasiswa. Entah memang ingin membawa perubahan, atau karena tergiur oleh jabatan. Saya pribadi curiga pada alasan yang kedua. Buktinya, dua ormek di Bangkalan Madura ini kini punya dua orang yang sama-sama mengaku sebagai ketua. Alasannya, ya karena tidak ada yang mau mengalah.
Pertama, PMII Bangkalan. Sebelumnya, sudah satu tahun lebih PMII Bangkalan terpecah menjadi dua kubu. Masing-masing kubu memiliki ketua yang berbeda. Entah karena kesepakatan politik apa, baru saja dua orang yang sama-sama mengaku ketua tersebut berfoto sambil berjabat tangan. Dapat proyek baru kah?
Kedua, HMI Bangkalan sepertinya juga akan mengikuti jejak PMII Bangkalan. Hasil konferancab minggu lalu menghasilkan dua orang yang sama-sama mengaku sebagai ketua. Ya, tidak jauh berbeda dengan PMII Bangkalan.
Baca halaman selanjutnya: Nggak usah sok-sokan ingin merobohkan oligarki…