Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Nasi Anjing yang Katanya Simbol Kesetiaan: Ah, Gimmick Macam Apa?!

Muhamad Iqbal Haqiqi oleh Muhamad Iqbal Haqiqi
27 April 2020
A A
Share on FacebookShare on Twitter

 

Pada saat kondisi krisis multidimensi akibat corona seperti saat ini, banyak sekali masyarakat kita yang saling bahu-membahu memberikan bantuan satu sama lain. Kultur masyarakat kita yang penuh solidaritas membuat begitu banyak orang-orang dermawan muncul untuk ikut berkontribusi dalam berbagai hal. Ada yang berdonasi alat kesehatan, uang, hingga bahan makanan.

Namun, baru-baru ini, sekitar beberapa jam yang lalu. Muncul sosok dermawan yang berdonasi dengan metode sedikit absurd. Entah apa yang memotivasinya, dermawan tersebut memberi bantuan makanan yang agak nyleneh. Dengan ciri khas cap berwarna biru ala-ala kelurahan, makanan tersebut dilabeli dengan logo seekor anjing dan dinamai dengan nasi anjing.

Sontak orang-orang kelas bawah yang menerimanya heran dengan hal itu. Mungkin bila boleh menerka, pikiran mereka pasti ngendumel seperti ini, “Lah maksude opo iki, mosok aku dikei pakanan asu!?”

Meskipun ketika dicek, komposisi makananya berasal dari material yang halal. Dan ketika dimintai klarifikasi, sang dermawan mengatakan alasan pemilihan anjing sebagai logo makanannya adalah karena anjing adalah simbol kesetiaan. Sang dermawan ingin menyampaikan bahwa sebagai masyarakat, kita haruslah patuh dan setia pada Tuhan, pemerintah, UUD 1945, dan Pancasila.

Hadeeeh Pak, Pak. Ngasih bantuan kok ndadak pakai filosofi yang ndakik-ndakik. Lagipula, filosofi kesetiaan yang dipake kok bagi saya kesannya seperti menghakimi. Seolah-olah seperti masyarakat yang menerima bantuan itu tidak pernah setia dan patuh aja.

Padahal kalau dilihat selama ini, masyarakat penerima bantuan ini paling patuh dan setia, loh. Sudahlah sering dicampakkan pemerintah, dianggap sumber penyakit dan kriminalitas. Namun, mereka tetap patuh dan mengikuti undang-undang yang berlaku.

Makanya, filosofi pesan kesetiaannya kok menurut saya salah sasaran. Harusnya kalau mau menyampaikan pesan kesetiaan, ya ditujukannya ke para eksekutif dan legislatif, dong. Wong mereka yang sering mengkhianati masyarakat kelas bawah!

Baca Juga:

4 Cara Mudah Mengenali Angkringan Enak, Jangan Sampai Terjebak!

Angkringan Sering Disalahpahami dari Cawas Klaten atau Jogja, padahal Cikal Bakalnya dari Desa Ngerangan Klaten

Lagian kalaupun tetap memaksa ingin menyampaikan pesan kesetiaan, kenapa tidak pakai merpati saja? Bukankah merpati lebih terkesan etis dan indah? Selain itu, merpati juga memberikan makna kesetiaan yang relasinya setara, bukan relasi kesetiaan layaknya tuan dan budak! Heleh Pak, Pak, ngelesmu nggak jago!

Saya jadi punya pikiran liar, jangan-jangan si bapak dermawan ini sedang melakukan tes pasar. Beliau mencoba melihat bagaimana respons masyarakat tentang nasi anjing yang dibagikan. Dan ketika corona berakhir, si bapak dermawan ini ingin buka angkringan sego asuuu!

Selain persoalan filosofi kesetiaan, si bapak dermawan ini juga mengklaim bahwa nasi anjing yang diberikan porsinya lebih banyak daripada nasi kucing. Mendengar nasi kucing yang beberapa kali berjasa dalam hidup saya dibanding-bandingkan seperti itu, saya nggak terima dong. Apa-apan itu!

Nasi kucing merupakan makanan berporsi minimalis yang terhormat. Ia hadir untuk memberikan ketenangan perut bagi masyarakat kelas bawah. Meski berporsi mini, dengan harga 2000 sampai 3000 semua orang bisa menjangkaunya guna bertahan hidup.

Nasi kucing juga lebih etis ketika dijajakan. Berbeda dengan nasi anjing bapak yang harus dikasih logo anjing dulu biar terlihat paten. Nasi kucing, tanpa label, kadang hanya berbungkus koran pun orang-orang sudah tahu kalau nasi itu adalah nasi kucing.

Jadi sangatlah tidak bijak jika bapak membandingkan nasi anjing yang diciptakan oleh bapak, dengan nasi kucing yang diciptakan oleh kultur dan kondisi sosial. Alih-alih terlihat membantu, bapak hanya menyulut emosi natizen yang sudah karuan dibuat geram sama ulah pemerintah.

Di saat seperti ini banyak orang butuh bantuan tanpa embel-embel dan logo simbolis apalagi filosofis. Lantaran, makna filosofis tidak lebih berarti daripada rasa ikhlas dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan. Biarkan rasa ikhlas jadi filosofi yang membersamai, Pak, tidak perlu ndakik-ndakik pakai label anjing. Kalau semuanya harus dilabeli seperti nasi bungkus Bapak, bisa runyam. Bapak mau saya kasih cap halal dijidat? Nggak mau, kan?

Maka dari itu, pesan saya kepada Bapak. Bila memang mau berbagi dengan ikhlas, nggak usahlah ndadak dikasih cap kayak surat kelurahan saja. Apalagi pakai ditulisi nasi anjing segala.

BACA JUGA Makan di Angkringan: Niatnya Hemat, Ujung-ujungnya Sekarat dan tulisan Muhamad Iqbal Haqiqi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 April 2020 oleh

Tags: Nasi anjingnasi kucingpandemi corona
Muhamad Iqbal Haqiqi

Muhamad Iqbal Haqiqi

Mahasiswa Magister Sains Ekonomi Islam UNAIR, suka ngomongin ekonomi, daerah, dan makanan.

ArtikelTerkait

Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti

21 Mei 2020
Butuh HP Android Murah? Lirik Ponsel Zaman Old untuk Alternatif di Tengah Pandemi! Memangnya Ada Stiker Miskin Kalau Pakai HP Xiaomi dan Sepeda Motor Beat?

Butuh HP Android Murah? Lirik Ponsel Zaman Old untuk Alternatif di Tengah Pandemi!

16 Mei 2020
Kerugian yang Bakal Diderita Mahasiswa kalau Program KKN Ditiadakan terminal mojok.co presma ketua BEM UGM organisasi mahasiswa

Kerugian yang Bakal Diderita Mahasiswa kalau Program KKN Ditiadakan

8 April 2020
Nasi Kucing Adalah Satire Terbaik untuk Pemerintah Yogyakarta Terminal Mojok.co

Nasi Kucing, Satire Terbaik untuk Pemerintah Yogyakarta

10 Mei 2022
Sebaiknya Bantuan Sosial dari Pemerintah Dihentikan Saja terminal mojok.co

Sebaiknya Bantuan Sosial dari Pemerintah Dihentikan Saja

24 November 2020
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa?

15 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

Jalur Wlingi-Karangkates, Penghubung Blitar dan Malang yang Indah tapi Mengancam Nyawa Pengguna Jalan

17 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan
  • Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah
  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.