Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Menjadi Music Snob Itu Nggak Ada Keren-kerennya!

Iqbal AR oleh Iqbal AR
27 Februari 2020
A A
Menjadi Music Snob Itu Nggak Ada Keren-kerennya!
Share on FacebookShare on Twitter

Setiap hal, setiap sesuatu yang bisa digeluti, kemunculan dan berkembangnya sebuah ekossistem itu adalah sesuatu yang sangat menarik. Musik salah satunya. Perkembangan musik yang sangat progresif akhir-akhir ini menciptakan sebuah lingkungan atau ekosistem yang sangat menarik untuk dimasuki, atau hanya dikulik saja. Kemunculan banyak band-band baru, tren-tren baru, juga menjadi salah satu penyebab kemunculan ekosistem-ekosistem baru dalam industri musik yang mungkin belum ada atau belum banyak sebelumnya.

Salah satu tren, atau golongan yang muncul ini adalah music snob. Saya tidak tahu apakah istilah ini populer atau tidak, tetapi harusnya orang-orang tahu tentang istilah ini. Iya, music snob atau istilah-istilah serupa merujuk pada seseorang yang menyombongkan selera musiknya. ia merasa bahwa selera musiknya paling tinggi, dan mencela orang-orang yang punya selera musik yang berbeda dengan dirinya. Music snob seperti ini biasanya menjangkit pendengar-pendengar baru, yang baru saja tahu tentang genre musik atau makna lirik band-band yang baru muncul. Tapi tidak jarang ini menjangkit pendengar-pendengar lama.

Bukti bahwa music snob ini mulai banyak adalah banyaknya dikotomi yang tercipta. Salah satunya adalah perdebatan indie dan non-indie. Yang mana perdebatannya lebih didominasi oleh pendengar, bukan oleh musisi. Bahkan musisinya sudah tidak peduli dengan indie-indie an seperti ini.

Saya sudah pernah menulis sebelumnya, mengenai apa yang diperebutkan dari orang-orang yang berebut titel paling indie. Bukannya terlihat keren dengan titel yang paling indie, malah terliha yang paling norak. Perdebatan ini juga yang menyebabkan frasa indie ini mengalami peyorasi, dari sebuah gerakan yang sebenarnya progresif, jadi malah diartikan sebagai genre yang dibuat ajang keren-kerenan.

Saya bisa katakan bahwa sumber dari perdebatan pernah saya tulis kemarin ini adalah sifat music snob ini. Banyak sekali saat ini orang-orang yang baru dengar satu atau dua lagu dari salah satu band. Lantas ia merasa bahwa selera musiknya sudah paling oke, paling luhur, dan paling keren. Kemudian justru ia memilih mengolok-olok band, musisi atau genre-genre lain yang belum tentu lebih buruk dibandingkan band yang dia dengarkan.

Saya terpaksa ambil contoh band .Feast. Coba sekali-kali mampir ke kolom komentar lagu-lagunya .Feast di YouTube mereka. Bisa dibilang, di sanalah salah satu sumber music snob yang paling banyak. Orang-orang yang merasa sok tahu, merasa selera musiknya paling bagus sedunia, hingga olok-olokan terhadap band atau genre lain ada di kolom komentar band .Feast atau band-band yang seangkatan dengannya. Itu salah satu contoh saja. Atau sekali-kali silakan mampir ke akun twitter @txtdaribocahindie. Maka akan banyak arsip-arsip orang-orang yang punya julukan music snob ini.

Saya sebenarnya tidak ada masalah dengan orang-orang yang punya tabiat seperti ini, silakan saja. Satu hal yang jadi masalah bagi saya dengan orang-orang ini adalah pertanggungjawaban. Maksudnya, banyak sekali orang-orang yang punya tabiat music snob ini tidak punya tanggung jawab, atau kapasitas terhadap pernyataan atau sikap yang dia tunjukkan. Silakan menjadi music snob kalau kapasitasmu sekelas Lester Bangs, Denny Sakrie, atau kamu punya referensi musik yang sangat mendalam. Itulah yang saya maksud dengan tanggung jawab, ketika menjadi seorang music snob.

Masalahnya, music snob yang menjamur saat ini didominasi oleh orang-orang yang maaf, secara kapasitas masih rendah dan secara referensi juga masih sangat kurang. Kalau kapasitas masih rendah, referensi musik juga masih rendah, lalu punya watak music snob, maka yang terjadi adalah militansi buta. Mirip-mirip fans k-pop lah militansinya. Sok tahu, merasa paling tahu, sok keren, lalu jika ada kritik yang menimpa band favoritnya, maka akan dilibas habis sampai tidak tersisa.

Baca Juga:

Tak Hanya Folk dan Senja, Kini Kopi Juga Identik dengan Metalhead

Lagu Hindia Ternyata Nggak Related Blas dengan Kehidupan Saya

Lagian, buat apa juga jadi music snob? Tidak ada untungnya, tidak ada keren-kerennya. Kecuali kalau punya kapasitas yang cukup atau referensi yang cukup mendalam, baru bisa untung atau bisa dibilang keren. Tapi ya balik lagi, orang kalau sudah punya kapasitas yang cukup dan referensi musik yang mendalam, biasanya akan merendah, tidak menjadi music snob seperti orang-orang saat ini. Ya bedanya di situ, sih. Akan kelihatan mana yang benar-benar punya kapasitas dan mana yang hanya snob dan sok keren saja.

BACA JUGA Saling Berebut Titel Paling Indie, Buat Apa sih? atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Februari 2020 oleh

Tags: .feastHindiaIndiemusic snob
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

Mohon Dimengerti, Indie Itu Bukan Aliran Musik! terminal mojok.co

Mendengarkan Musik Mainstream Tanpa Prasangka

17 Mei 2019
Soal Selera Musik, Kita Adalah Korban Dikotomi Media

Soal Selera Musik, Kita Adalah Korban Dikotomi Media

27 Februari 2020
Feast

Emang Kenapa Kalau Saya Tidak Suka Feast? Selera Saya Rendahan Gitu?

4 April 2020
Rekomendasi Album Folk yang Bukan Cuma Bahas Kopi, Gunung, dan Senja

Rekomendasi Album Folk yang Bukan Cuma Bahas Kopi, Gunung, dan Senja

15 Februari 2020
mawang

Mawang dan Jawaban Atas Penyampaian Rasa Sayang Kepada Orang Tua yang Seringkali Sulit Diungkapkan

17 September 2019
metalhead waiter tiran kopi biji kopi mojok

Tak Hanya Folk dan Senja, Kini Kopi Juga Identik dengan Metalhead

4 Januari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu Mojok.co

Penyakit Gredek Honda Vario Memang Bukan Kerusakan Fatal, tapi Mengganggu

13 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.