Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengapa Kebanyakan Penerima Beasiswa Kurang Mampu Bergaya Hidup Hedonis?

Adien Tsaqif Wardhana oleh Adien Tsaqif Wardhana
1 Februari 2020
A A
Mengapa Kebanyakan Penerima Beasiswa Kurang Mampu Bergaya Hidup Hedonis?
Share on FacebookShare on Twitter

Kadang ketika saya melihat story teman-teman saya memamerkan gaya hidupnya yang hedon (padahal mereka adalah penerima Beasiswa Bidikmisi) itu cukup bikin saya mengelus dada. Tidak hanya memamerkan di medsos, salah satu teman saya yang memperoleh bantuan Bidikmisi, ketika uang tersebut cair dia langsung membeli Iphone baru dan dipamerkan langsung di depan saya. Padahal hapenya yang dulu menurut saya sudah bagus dan cukup untuk porsi seorang mahasiswa.

Tetapi ketika saya membaca artikel Mbak Aprilia Kumala yang membahas tentang tafsir hedonis dan hedonisme, membuat saya berpikir dua kali soal gaya hidup hedon penerima beasiswa. Dalam artikel Mbak Aprilia tersebut hedonis alias penganut hedonisme itu bukan soal gaya hidup yang konsumtif, boros, beli ini beli itu. Akan tetapi teori hedonisme yang dikembangkan oleh Epicurus itu merujuk pada kebahagiaan, tidak terganggu dengan adanya sakit secara mental maupun fisik. Para penganut hedonisme ini biasanya melakukan hal apa saja yang dirasa dirinya bisa membahagiakan dan yang penting mereka bisa terbebas dari kesengsaraan.

Setelah membaca tafsir hedonis tersebut saya berpikir bahwa para penerima beasiswa yang hedonis, membuat saya bingung soal apakah mereka benar apa salah. Saya berpikir bahwa gaya hidup hedonis para penerima beasiswa tersebut adalah terapi mereka. Mereka yang dulunya hidup (maaf) dalam kesengsaraan dan kemiskinan, setelah mereka mendapat uang beasiswa dan membelanjakan uang tersebut untuk beli ini beli itu bahkan untuk beli hal-hal yang tidak berkaitan dengan penunjang akademik, mereka merasa kegiatan itulah yang membuat mereka bahagia dan bebas akan kesengsaraan.

Tetapi di satu sisi saya juga menyesalkan hal tersebut. Bukan karena saya iri kepada mereka, tetapi sebaiknya mereka menggunakan uangnya tersebut untuk membeli hal yang semestinya dibeli, hal-hal yang berkaitan dengan penunjang akademik mereka. Misalnya saja untuk beli buku. Kan kalau dipamerkan di story biar dikatakan sering baca buku dan agak pantas dilihat. Hahaha.

Memang tidak semua para penerima beasiswa langsung menghambur-hamburkan uangnya untuk gaya hidup dan kesenangan mereka. Masih banyak orang yang mempergunakan uang beasiswa untuk hal-hal yang dirasa dibutuhkan dalam akademik. Asumsi saya adalah pilihan gaya hidup seorang mahasiswa itu terbentuk karena lingkungan dan teman-teman pergaulan.

Mereka para penerima beasiswa apabila berada di lingkungan yang bergaya hidup hedonis atau bergaul dengan teman-temannya yang bergaya hidup hedonis, maka lingkungan dan pergaulan tersebut menulari mereka dengan gaya hidup tersebut. Lingkungan dan pergaulan menurut saya adalah garda terdepan dalam penularan gaya hidup yang hedonis. Begitu pula sebaliknya, apabila mereka para penerima beasiswa berada dalam lingkungan biasa saja dan bergaul dengan orang yang biasa saja, maka gaya hidup mereka juga akan biasa-biasa saja.

Hal yang saya sesalkan lainnya adalah soal penerima beasiswa kurang mampu yang tidak tepat sasaran. Banyak sekali para mahasiswa yang mampu membiayai kuliah bahkan yang uangnya turah-turah, tetapi para orang tua mereka masih ngebet untuk cari beasiswa tidak mampu. Apakah ada orang seperti itu di wkwk land ini? Buanyaak sekali boss. Bahkan mereka sampai berbohong untuk mendapatkan beasiswa untuk mahasiswa kurang mampu yang gurih tersebut. Misalnya dengan memalsukan data, memalsukan foto rumah, menyembunyikan barang-barang mewah ketika petugas survei datang, dan hal bohong lainnya.

Hal itu juga membuat saya mengelus dada, beasiswa kurang mampu yang harusnya diberikan kepada mereka yang membutuhkan, mereka yang tidak bisa kuliah dengan alasan tidak punya biaya. Mereka harusnya yang menerima beasiswa tersebut, Pak, Buk! Harusnya panjenengan mengalah kepada mereka yang kurang beruntung. Harusnya penjenengan bersyukur karena sudah hidup dengan berkecukupan dan mampu menguliahkan anak. Bukannya malah maruk beasiswa tidak mampu, nanti kalau panjenengan tidak mampu beneren gimana?

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Hal ini lah juga menjadi alasan mengapa sekarang ini banyak sekali para penerima beasiswa kurang mampu yang bergaya hidup hedonis. Ya, mereka dapat uang jajan dobel, uang jajan yang diberikan orang tua dan uang jajan yang dari beasiswa. UKT-nya gratis ditambah uang jajanya yang dobel. Wah, sungguh gurih sekali, bukan?

BACA JUGA Dilema Penerima Beasiswa yang Susah untuk Kritis atau tulisan Adien Tsaqif Wardhana lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 1 Februari 2020 oleh

Tags: beasiswabidikmisiHedonMahasiswa
Adien Tsaqif Wardhana

Adien Tsaqif Wardhana

Mburuh di sejarahkita.com

ArtikelTerkait

sastra inggris mojok

3 Pandangan Umum yang Keliru tentang Jurusan Sastra Inggris

9 Juli 2020
Demo Boleh, Gosong Jangan

Aku Kalau Demo: Demo Boleh, Gosong Jangan #SkincareMahal

26 September 2019
Hal-hal Unik di Jatinangor yang Harus Diketahui Maba Unpad terminal mojok.co

Hal-hal Unik di Jatinangor yang Harus Diketahui Maba Unpad

1 September 2020
Alasan Orang Tua Melarang Keinginan Anaknya untuk Ngekos anak kos terminal mojok.co

Alasan Orang Tua Melarang Keinginan Anaknya untuk Ngekos

2 November 2020
Jangan Lakukan 4 Hal Ini Saat Kuliah S2, Sudah Bukan Waktunya Lagi

Jangan Lakukan 4 Hal Ini Saat Kuliah S2, Sudah Bukan Waktunya Lagi

13 Oktober 2025
4 Stereotip Mahasiswa Jurusan Pertanian Terminal Mojok

4 Stereotip Mahasiswa Jurusan Pertanian

2 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo Mojok.co

Selo, Jalur Favorit Saya untuk Pulang ke Magelang dari Solo

14 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

Toyota Corolla Altis, Sedan Tua Terbaik yang Masih Sulit Dikalahkan di Harga Kurang dari Rp100 Juta

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.