Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Menebak Asal-usul Istilah ‘Udan Kethek’ untuk Menyebut Fenomena Hujan Saat Panas

Imron Amrulloh oleh Imron Amrulloh
17 September 2020
A A
Menebak Asal-usul Istilah 'Udan Kethek' untuk Menyebut Fenomena Hujan Saat Panas hujan monyet terminal mojok.co

Menebak Asal-usul Istilah 'Udan Kethek' untuk Menyebut Fenomena Hujan Saat Panas hujan monyet terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Masa peralihan dari musim panas menuju musim penghujan menyebabkan cuaca menjadi susah diprediksi, cepat sekali berubahnya. Misal hari ini hujan, besoknya panas terik. Paginya hujan, siang panas terik, sore hujan lagi. Lalu muncullah satu fenomena yang cukup unik dan nggateli, yaitu “udan kethek” atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘hujan monyet’. 

Udan kethek adalah hujan yang turun saat matahari sedang terik. Fenomena ini biasanya terjadi pada sore hari, sekitar pukul 14.00-16.00. Hal ini disebabkan oleh awan mendung yang berada tepat di atas kita, namun di saat bersamaan matahari bersinar dari arah barat. Jadilah hujan sambil panas-panasan.

Bicara soal udan kethek, ternyata masih banyak yang bingung soal namanya. Bahkan orang Jawa sekalipun masih nggak ngerti asal-usulnya. Mereka yang bingung beralasan bahwa hujan ini nggak ada sangkut pautnya dengan kethek atau monyet. Lebih baik kita bedah bersama-sama alasan kenapa istilahnya demikian.

#1 Sarana untuk mengolok-olok

Pada zaman dulu, setiap rumah di Jawa memiliki penampungan air bernama gentong yang diletakkan di depan rumah. Fungsi dari gentong ini untuk menampung air. Air kemudian digunakan untuk membersihkan diri sebelum masuk ke rumah. Konon, tradisi ini juga sarana untuk tolak bala. 

Sebenarnya ada fungsi lain dari gentong yang berkaitan dengan perilaku malasnya manusia. Gentong kerap digunakan untuk melihat apakah di luar benar-benar sedang hujan atau tidak. Jika air dalam gentong tenang artinya belum hujan, jika airnya beriak artinya hujan sudah datang.

Lalu, apa hubungannya dengan perilaku malas dan udan kethek?

Sebenarnya gentong bisa digunakan untuk memastikan cuaca tanpa seseorang harus keluar dari rumah dan menengadah ke langit. Ketika hujan datang saat panas terik, orang di dalam rumah hanya bisa melihat panas teriknya. Untuk memastikan hujan atau tidak, orang tersebut tinggal menengok ke luar melalui jendela dan melihat air yang ada dalam gentong. Praktis dan memfasilitasi perilaku malasmu bukan?

Kenapa hal ini disebut udan kethek? Sebab saat ada orang menengok ke luar jendela, yang terlihat hanyalah kepalanya. Mirip dengan perilaku monyet saat bertemu dengan manusia, cuma ngintip-ngintip. Dari situlah masyarakat Jawa mulai menyebut fenomena ini sebagai udan kethek, yaitu hujan saat banyak “kethek” menengok ke luar jendela. Masyarakat seolah sedang mengolok-olok mereka yang pemalas, untuk memastikan hujan saja tidak mau berjalan ke luar rumah.

Baca Juga:

Dilema Warga Brebes Perbatasan: Ngaku Sunda Muka Tak Mendukung, Ngaku Jawa Susah karena Nggak Bisa Bahasa Jawa

10 Kosakata Pemalang yang “Ajaib” hingga Bikin Bingung Banyak Orang

#2 Perilaku monyet yang sering turun gunung saat kemarau

Alasan kedua berasal dari kebiasaan monyet yang turun gunung ketika persediaan makanan di gunung sudah habis. Tujuan dari monyet-monyet ini adalah mencari sumber makanan di pemukiman warga. Perilaku atau kebiasaan turun gunung ini terjadi ketika musim panas, saat banyak tanaman yang mati kekeringan sehingga memengaruhi stok makanan.

Lalu, apa hubungannya sama istilah udan kethek? Sebab, momen turunnya hujan mirip-mirip dengan momen ketika kethek turun gunung saat cuaca sedang panas. Cukup masuk akal kan?

#3 Pisuhan seseorang

Alasan ini dijelaskan oleh teman saya yang bisa jadi berdasarkan asumsi dia sendiri. Katanya, saat orang sedang sibuk menjalankan aktivitas dan tiba-tiba datang hujan deras tanpa mendung, orang tersebut cenderung akan misuh dengan mengatakan, “Pancen udan kethek!!! Aku gek kerjo iki lho.” Saking kesalnya karena aktivitas terganggu, hujan pun dipisuhi dan dikata-katai “monyet”.

Untuk alasan ketiga ini, saya sih curiga hal ini terinspirasi dari pengalaman pribadi teman saya yang kesal saat beraktivitas, tapi tiba-tiba hujan. Soalnya teman saya ini seorang petani yang kadang membajak sawah. Wajar misuh-misuh waktu lagi asyik ngurusin padi. 

Photo by Min An via Pexels.com

BACA JUGA Kok Bisa ya Arwah di Film Horor Itu pada Sakti? dan tulisan Imron Amrulloh lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2021 oleh

Tags: Bahasa JawaBudaya
Imron Amrulloh

Imron Amrulloh

Seorang pengangguran baru yang sedang mencoba dan terus mencoba.

ArtikelTerkait

Panggilan Kesayangan dalam Bahasa Jawa buat Pasangan selain Mas dan Dik Terminal Mojok

Panggilan Sayang dalam Bahasa Jawa buat Pasangan selain Mas dan Dhik

8 Januari 2022
Tradisi Ater-ater di Momen Ramadan yang Menguntungkan Sekaligus Merugikan. #TakjilanTerminal18

Tradisi Ater-ater di Momen Ramadan yang Menguntungkan Sekaligus Merugikan. #TakjilanTerminal18

21 April 2021
9 Kuliner Cirebon yang Layak Dikenal Lebih Luas selain Empal Gentong dan Nasi Jamblang Mojok.co

Privilege Jadi Orang Cirebon yang Tidak Dimiliki Daerah Lain, Bisa Jadi Bunglon!

16 September 2025
simbah

Yang Keliling Bocah-Bocah, yang Lebih Capek Malah Simbah-Simbah

6 Juni 2019
Warung Kopi, Tempat yang Nggak Bisa Dipisahkan dari Kehidupan Orang Aceh

Warung Kopi, Tempat yang Nggak Bisa Dipisahkan dari Kehidupan Orang Aceh

28 Juli 2023
Perlahan tapi Pasti, Warmindo Menggeser Angkringan dari List Tempat Makan Murah terminal mojok.co

Mengenal Kata Umpatan Jogja yang Nggak Ada Serem-Seremnya

22 Oktober 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.