Takahashi Hiroshi mungkin tak akan menyangka, ia akan mengubah hidup banyak orang ketika menciptakan Crows. Dimulai dari Bouya Harumichi, dan dipertegas oleh Genji Takiya, remaja seluruh dunia menemukan role model mereka. Pada titik tertentu, remaja-remaja tersebut ingin hidup di Toarushi dan bersekolah di Suzuran All-Boys, sekolah terburuk seantero Jepang.
Remaja bermuka tanggung mulai mencukur rambut mereka seperti Genji, meski tahu mereka tak (akan) seganteng Shun Oguri. Beberapa membentuk geng, memulai pertarungan, dan terkapar setelah pukulan pertama. Tindakan yang bodoh, tapi justru itulah daya tariknya: kebodohan masa muda, adalah hal paling indah untuk dikenang.
Tapi, pertanyaannya, apakah elemen dalam Crows itu nyata? Atau, apakah sekolah mirip Suzuran itu ada?
Untuk apakah elemen dalam manga itu nyata, tentu saja tidak semuanya nyata. Mungkin ada orang berpenampilan konyol macam Tsukishima Hana atau Zetton, tapi tak semuanya nyata. Crows adalah karya fiksi, setidaknya, biarkan seperti itu.
Tapi bicara apakah sekolah seperti Suzuran itu ada, jawabnya: ada!
Maka dari itu, kita akan kupas Suzuran dan kenyataan di lapangan, biar kalian paham serba-serbi kehidupan remaja di Jepang.
Sekolah seperti Suzuran
Sebenarnya kalau dipikir dengan nalar, memangnya ada sekolah seperti SMA Suzuran ini di negara manapun itu? Ngeri sekali membayangkan mereka setiap hari berkelahi dan berebut kekuasaan.
Namun demikian, ada dua model sekolah yang mirip dengan SMA Suzuran ini, lho, yakni SMA Sakashita di Prefektur Fukushima dan SMA Swasta Wakamatsu Daiichi (saat ini SMA Aizu Hokurei). Meskipun disebut model, sebenarnya hanyalah model gedung sekolah saja, bukan model siswanya seperti siswa SMA Suzuran ya. Jadi, tolong jangan salah paham. Ada orang bodoh di Jepang, tapi bukan berarti mereka bermimpi meratakan sekolah lawan.
Sebenarnya SMA Sakashita di prefektur Fukushima adalah almamater Takahashi Hiroshi. Wajar saja jika sekolah itu menjadi model penggambaran SMA Suzuran, kan? Menariknya lagi, perpustakaan SMA Sakashita ini juga memiliki koleksi karya seperti Crows yang disumbangkan oleh Takahashi Hiroshi sendiri, lho.
Siapa yang nggak bangga punya alumni macam Takahashi Hiroshi?
Suzuran isinya laki-laki semua
Kalian kadang bingung, melihat Suzuran isinya cowok semua. Pastilah menyebalkan. Lanang thok, koyo Makise kabeh. Tapi, ini fakta, Gaes. Di Jepang memang ada SMA khusus anak laki-laki, kok.
Dari data Kementerian Pendidikan dan Budaya Jepang, ada 4.874 SMA di Jepang. Dari jumlah tersebut, ada 4.466 SMA biasa (campur), 289 SMA khusus anak perempuan, dan 101 SMA khusus anak laki-laki. Dari 101 sekolah tersebut, ada satu sekolah negeri, 14 sekolah publik, dan 86 sekolah swasta. Nah, salah satu yang pernah bersekolah di SMA khusus anak laki-laki ini ya temannya Jerome Polin yang bernama Tomo.
Apakah Tomo pernah gelut dan dipukuli? Saya nggak tahu dan nggak mau tahu juga.
Kenakalan anak Suzuran
Sebenarnya “kenakalan level ultimate” anak SMA Suzuran itu beneran ada nggak, sih?
Kalau ini, saya bisa bilang itu fiktif, ya. Kenakalan umum anak SMA di Jepang mungkin hampir sama seperti di Indonesia, ya. Mulai dari jahil (termasuk menjahili gurunya), nggak punya tata krama, bolos dan nggak mau belajar, menonton hal vulgar, sampai naik motor dan mbleyer yang sampai mengganggu pengguna jalan lain. Yang paling parah adalah bullying yang sampai menyebabkan kematian. Itu paling parah, sih, karena kalau terbukti salah bisa dimasukkan ke penjara khusus anak.
Kesimpulannya, Suzuran itu fiktif (ya iyalah), tapi sekolah yang mirip kek mereka ada. Kenakalan di Crows bisa jadi hanya imajinasi liar, bisa jadi kenyataan, tergantung seberapa dalam kalian menggali.
Penulis: Primasari N Dewi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA ‘Crows Explode’, Film yang Seharusnya Tidak Pernah Dibuat