ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Hewani

Dianggap Anak Sendiri: Status Istimewa Sapi di Mata Orang Desa

Rizky Hadi oleh Rizky Hadi
26 Oktober 2022
A A
Dianggap Anak Sendiri: Status Istimewa Sapi di Mata Orang Desa

Dianggap Anak Sendiri: Status Istimewa Sapi di Mata Orang Desa (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi sebagian orang, sapi hanyalah hewan ternak, yang jika tiba waktunya, akan jadi makanan banyak orang. Pokoknya, keberadaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tak kurang, tak lebih.

Namun bagi sebagian warga, terutama yang tinggal di desa yang mayoritas kepala keluarganya memelihara sapi, ia lebih dari itu. Mereka sudah menganggapnya sebagai bagian dari anggota keluarga. Mereka merawatnya dengan penuh kasih sayang seperti merawat anaknya sendiri. Bahkan ada sebuah anekdot yang berbunyi jika anak tenang, sapi harus kenyang. Kalau anak sakit, sapi tidak boleh menjerit.

Tentu anekdot tersebut menunjukkan betapa sayangnya sang kepala keluarga terhadap anak dan hewan peliharaannya. Jika di suatu kejadian si anak sakit dan di saat bersamaan si sapi melenguh karena kelaparan, apa tidak bingung tuh mikirnya. Mana kalau sudah berteriak berisiknya minta ampun. Saking kencangnya, suara sound system hajatan pun kalah.

Sedikit cerita. Saya mempunyai tetangga. Namanya Mbah Rani. Usianya enam puluhan. Dia punya sapi yang telah dipeliharanya sejak masih pedet. Walaupun di umurnya yang kian menua, tapi semangatnya untuk ngaret (merumput) tidak pernah pudar. Padahal anak-anaknya sudah memberitahu untuk beristirahat di rumah saja. Tetapi Mbah Rani ngeyel. Ya namanya juga orang tua. Katanya kalau istirahat, badannya malah terasa sakit semua.

Setiap hari, tidak pernah absen dia mencari rumput untuk binatang kesayangannya tersebut. Tak lupa membelikan bekatul supaya tambah lemu. Di suatu ketika, sapi Mbah Rani tiba-tiba sakit. Tidak mau makan. Berdiri pun ogah-ogahan. Mbah Rani kemudian memanggil dokter hewan untuk memeriksa. Si sapi disuntik obat dengan harapan keadaannya membaik. Namun, hingga tiga hari ke depan, tidak kunjung sembuh. Dan seminggu kemudian si sapi pun meninggal.

Mbah Rani langsung terduduk lemas. Setelah si sapi dikuburkan di belakang kandang, keesokannya badan Mbah Rani panas. Tidak nafsu makan. Beberapa hari berselang, seiring berjalannya waktu, Mbah Rani berangsur pulih. Dan untuk melupakan kematian sapinya, Mbah Rani membeli pedet kembali dan ngaret lagi. Benar-benar ngeyel orang tua yang satu ini.

Memang, jika seseorang telah lama bersama dengan hewan peliharaannya, secara otomatis memiliki kedekatan batin.

Di desa saya sendiri, banyak juga orang seperti Mbah Rani. Memelihara sapi, merawatnya sepenuh hati, dan menganggap sebagai anak sendiri. Bahkan jika ada peraturan yang memperbolehkan, saya yakin nama sapi akan dicantumkan dalam kartu keluarga mereka.

Orang-orang di desa saya, sudah dalam tahap menganggap ngaret berada satu tingkat dengan makan. Tidak perlu disuruh maupun diingatkan, sudah pasti akan dilakukan. Gerimis pun diterjang untuk mendapatkan rumput.

Berdasarkan pengamatan saya, ada beberapa alasan mengapa orang-orang di desa saya menganggap sapi lebih dari peliharaan. Pertama, sebagai hiburan. Cukup make sense bila dipikir-pikir. Apa sih hiburan yang cocok untuk bapak-bapak di usia senja kalau bukan ngaret? Tidak ada.

Dengan ngaret, mereka bisa menjadikannya hiburan selepas bekerja. Ketika berkumpul pun, topik obrolan mereka juga berkutat pada sapi. Mulai di ladang mana tempat rumput berlimpah hingga keluhan harga bekatul yang kian naik. Bahkan jika ada sapi yang baru melahirkan, bapak-bapak ini akan berbondong-bondong melihat. Istilahnya jagong dalam bahasa jawa. Silaturahmi terjalin erat.

Betapa senangnya bapak-bapak ini jika sapinya melahirkan. Bahkan beberapa hari sebelum melahirkan, mereka akan tidur di kandang. Menunggu. Di saat seperti ini para istri mungkin cemburu karena suaminya lebih perhatian kepada peliharaannya ketimbang dirinya. Saking bahagianya, setelah melahirkan, si bapak akan menggelar selametan. Dengan tujuan agar pedet ini nantinya akan memberikan berkah kepada keluarganya.

Tidak hanya itu, bapak-bapak bahagia melihat sapinya tumbuh gemuk dan subur. Di tengah kecamuk permasalahan dalam rumah tangga, pergi ke kandang menjadi hiburan. Istilahnya begini daripada mendengar istri ngoceh, mendingan mantengin sapi. Ra risiko.

Kedua, aset. Memelihara hewan ini sama dengan menabung. Harganya yang cenderung stabil dan risiko yang sangat minim membuat banyak orang desa yang memeliharanya. Bagi orang desa yang tidak memiliki sawah untuk digarap, hewan ini jadi aset yang berharga.

Bayangkan jika sewaktu-waktu ada kebutuhan yang mendesak, sapi bisa menjadi solusinya. Dijualnya cepat dan langsung dapat uang kontan. Di desa saya rata-rata orang menjual sapi karena beberapa keperluan seperti untuk biaya kuliah atau biaya pernikahan anaknya. Lebih-lebih untuk membeli motor baru.

Seperti halnya bapak saya. Dia punya tiga ekor sapi. Dua betina. Setiap tahun setidaknya melahirkan satu kali. Setiap tahun juga bapak saya menjual satu sapinya. Biasanya untuk modal menanam padi atau jagung. Selebihnya bisa dipakai menggemukkan yang lain.

Ketika beberapa bulan lalu, merebak virus PMK, orang-orang di desa saya sangat khawatir tentang kesehatan peliharaan mereka. Mereka takut jika sampai terkena virus mulut dan kuku tersebut. Bahkan mereka lebih khawatir terhadap virus PMK daripada corona.

Begitulah, sapi bagaikan perhiasan bagi orang desa. Tidak salah juga mereka merawat sebaik mungkin. Bisa jadi hanya sapi yang menjadi tumpuan mereka untuk keperluan mendesak. Tetapi, ingat untuk bapak-bapak, jangan lupa juga ada yang hal yang perlu diperhatikan lebih, yaitu sang istri yang setiap malam menunggu di kamar.

Penulis: Rizky Hadi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Sapi Ngamuk Adalah Tragedi yang Paling Diharapkan ketika Penyembelihan Hewan Kurban

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 26 Oktober 2022 oleh

Tags: orang desasapistatus istimewa
Rizky Hadi

Rizky Hadi

Seseorang yang kagok menggunakan keyboard 'qwerty' di smartphone.

ArtikelTerkait

Nggak Enaknya Jadi Orang Desa, Mau Belanja Online Harus Ngumpet karena Banyak Tetangga Kepo!

Nggak Enaknya Jadi Orang Desa, Mau Belanja Online Harus Ngumpet karena Banyak Tetangga Kepo!

14 Juni 2025
Begini Rasanya Tinggal di Desa yang Tidak Dijangkau GoFood dan GrabFood terminal mojok

Begini Rasanya Tinggal di Desa yang Tidak Dijangkau GoFood dan GrabFood

14 September 2021
Kenapa Tokoh Masyarakat Sering Kebagian Kepala Kambing Saat Iduladha? libur iduladha

Kenapa Tokoh Masyarakat Sering Kebagian Kepala Kambing Saat Iduladha?

8 Juli 2022
Bidan: Dewi Penyelamat yang Nyata bagi Orang Desa

Bidan: Dewi Penyelamat yang Nyata bagi Orang Desa

30 April 2023
orang desa, anak kuliahan

Orang Desa Nggak Takut Corona Bukan Karena Agama

23 Maret 2020
Sapi Ngamuk Adalah Tragedi yang Paling Diharapkan ketika Penyembelihan Hewan Kurban terminal mojok

Sapi Ngamuk Adalah Tragedi yang Paling Diharapkan ketika Penyembelihan Hewan Kurban

20 Juli 2021
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Rasa Sesal yang Dulu Saya Rasakan ketika Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Indonesia (Unsplash)

Rasa Sesal yang Dulu Saya Rasakan ketika Kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Indonesia

5 Hal Penting yang Harus Dilakukan Sebelum Check Out Hotel Terminal Mojok

5 Hal Penting yang Harus Dilakukan Sebelum Check Out Hotel

4 Rekomendasi Tempat Cari Takjil di Kulon Progo, Nggak Perlu Jauh-jauh ke Jogja! bandara YIA

Kulon Progo: Permata Jawa yang Kalah Tenar dengan Bandara YIA

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pertama Kali Naik Bus Bagong ke Malang Jadi Pengalaman Paling “Membagongkan” dalam Hidup Mojok.co

Pertama Kali Naik Bus Bagong ke Malang Jadi Pengalaman Paling “Membagongkan” dalam Hidup

9 Juni 2025
4 Siasat agar Selamat Kuliah di Jurusan Hukum sampai Lulus

4 Siasat agar Selamat Kuliah di Jurusan Hukum sampai Lulus

16 Juni 2025
UNNES Kampus 1000 Ospek, Maba Bersiaplah Menghadapi Ospek yang Banyak dan Nggak Ada Isinya Mojok.co

UNNES Kampus 1000 Ospek, Maba Bersiaplah Menghadapi Ospek yang Banyak dan Nggak Ada Isinya

10 Juni 2025
Ternak Lele tanpa Ilmu, Berujung Penyesalan dan Rasa Malu (Unsplash)

Ternak Lele Berujung Penyesalan, Tersiksa karena Bau Busuk Kolam dan Rasa Malu ketika Teman Berkunjung

13 Juni 2025
Solo Grand Mall: Mall yang Rame Cuma di Parkiran dan Bioskopnya, tapi Jadi Sahabat Terbaik Kaum Mendang-mending

Solo Grand Mall: Mall yang Rame Cuma di Parkiran dan Bioskopnya, tapi Jadi Sahabat Terbaik Kaum Mendang-mending

16 Juni 2025
Tanjung Pinang, Kota yang Kelewat Slow Living: Saking Lambatnya, Bikin Kota Ini Susah Bersaing

Tanjung Pinang, Kota yang Kelewat Slow Living: Saking Lambatnya, Bikin Kota Ini Susah Bersaing

9 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Innova Zenix Bisa Menjadi Penyesalan Toyota karena Melahirkan Mobil Tidak Otentik dan Ternyata Innova Reborn Belum Habis
  • Pertama Kali Anak Desa Nongki di Tempo Gelato Malah bikin Canggung karena Pilih Varian Aneh dan Bertindak Konyol
  • Jukir di Surabaya Bisa Ngajak Ribut dan Bikin Repot karena Uang Rp2 Ribu, Tukang Parkir Jogja Lain Cerita
  • Orang Kebumen Pertama Kali Nginep di Jepang: Bingung Cara Pakai Toilet sampai Cebok Pakai Botol Air
  • Bukan Janji, Tapi Jalan : 100 Hari Pertama Masa Kepemimpinaan Wali Kota Solo
  • 14 Tahun Pakai Yamaha Xeon, Motor Butut yang Kuat Menerjang Jalanan Terjal Tasikmalaya ke Pantai Pangandaran

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.