Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Katanya, Anak-anak di Jepang Itu Sangat Mandiri

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
21 November 2021
A A
Katanya, Anak-anak di Jepang Itu Sangat Mandiri terminal mojok.co
Share on FacebookShare on Twitter

Melihat video “anak SD Jepang yang naik kereta sendirian di tengah keramaian Tokyo” yang berseliweran di eksplor media sosial, bikin saya ingin cerita tentang mereka. Bagaimana pengalaman saya melihat anak-anak di Jepang itu secara langsung. Dalam video itu, sebelum tidur anak tersebut sudah mengerjakan PR, menyiapkan seragam dan segala keperluan sekolahnya untuk esok hari. Bangun tidur, ia pun segera bersiap-siap (termasuk sarapan, dll), kemudian pergi ke stasiun seorang diri. Naik kereta pun sendirian. Pulang pergi ke sekolah tak ditemani oleh orang tuanya.

Meski anak saya juga hanya sekitar 2,5 tahun saja di SD Jepang, ada beberapa pengalaman yang mungkin bisa sedikit menjawab pertanyaan, “Benarkah anak di Jepang itu sangat mandiri?”

#1 Dilatih mandiri sejak dini

Sejak bayi anak Jepang memang sudah dilatih mandiri. Ia diajari tidur sendiri tanpa perlu di-puk-puk ditemani ayah ibunya. Begitu makan, secara bertahap ia pun diajari untuk bisa makan sendiri. Toilet training juga diusahakan sukses sebelum cuti melahirkan ibunya habis. Saat mulai bisa dititipkan di daycare, anak tersebut diharapkan bisa mandiri dan nggak merepotkan gurunya. Bisa pipis dan pup sendiri, makan makanannya sendiri, dan tidur siang sendiri. Ideal dan harapannya seperti itu, sih.

Meski diantar jemput oleh ibunya, di TK nggak boleh sama sekali ditemani. Kegiatannya di sekolah adalah tanggung jawab gurunya. Saat ada masalah, semisal anak sakit, sekolah akan menghubungi nomor darurat keluarganya. Sesimpel itu.

Ada juga acara TV Jepang yang terkenal tentang bagaimana orang tua Jepang melatih keberanian dan kemandirian anaknya. Hajimete No Otsukai (belanja pertamaku), acara anak kecil yang diberi tugas oleh ibunya untuk berbelanja sendirian. Ada juga acara Hajimete No Oshampo (jalan-jalan pertamaku) yakni anak kecil yang diberi tugas jalan-jalan bersama anjingnya. Acara ini meskipun mengundang gelak tawa dan decak kagum, kadang bikin nyesek juga kalau mereka nyasar dan nangis memanggil mamanya. Kasihan, kan, masih kecil.

#2 Lain desa lain kota

Sebenarnya pemandangan anak sekolah berangkat sendiri dengan menggunakan transportasi umum di Tokyo itu bukanlah hal yang mengagetkan. Anak SD sekalipun, hal tersebut sudah sangat biasa. Jangan dibandingkan dengan kondisi di Indonesia, ya. Meski jaraknya jalan kaki 10 menit pun diantar jemput oleh orang tuanya. Eh, tapi di Indonesia bagian lain, juga biasa kok jalan kaki berkilo-kilo bersama temannya tanpa diantar jemput orang tuanya. Jadi, sebenarnya, jangan dibandingkan!

Mending ketika dicari tahu, kenapa orang tua Jepang mengizinkan anaknya yang masih kecil naik kereta sendirian?

Tentu saja karena aman, kan? Orang tua merasa tenang karena keselamatan dan keamanan anaknya terjamin. Kejahatan tentunya bisa mengintai siapa saja dan kapan saja. Kejahatan seperti pedofil dan penculikan tentunya menjadi momok tersendiri. Akan tetapi, anak sekolah tentunya menjadi prioritas keamanan yang dijamin oleh pemerintah dan Jepang memang relatif aman, kok.

Baca Juga:

Demi Pacar, Saya Rela Menyukai Minuman Matcha yang Selama Ini Dibenci karena Rasanya Mirip Rumput

Pengalamanku sebagai Warga Lokal Jepang Merasakan Langsung Sistem Siaga Bencana di Jepang: Jauh Lebih Siaga Menghadapi Bencana, Jauh ketimbang Indonesia

Anak sekolah Jepang juga mempunyai alarm yang bisa ditarik sewaktu-waktu saat darurat. Suaranya sangat nyaring dan cukup memekakkan telinga sehingga bisa didengar dalam radius jarak yang lumayan jauh. Anak saya dulu juga punya ini. Selain itu, anak Tokyo mungkin juga diberi telepon genggam khusus yang terhubung dengan nomor panggilan darurat di dalamnya.

Berbeda dengan Tokyo, anak saya bersekolah di SD negeri sebuah kota kecil di daerah Kansai. Sama seperti SD lain, nggak ada anak SD yang diantar jemput oleh orang tua. Anak saya berjalan kaki dan berangkat bersama teman satu sekolah dari titik yang searah rumahnya. Kakak kelas akan menjaga adik-adiknya. Rute-rute perjalanan ini biasanya sudah ditentukan oleh sekolah. Di sepanjang jalan ada juga perwakilan orang tua (PTA) dan warga sekitar yang akan menjaga titik-titik berbahaya seperti penyeberangan jalan, dll.

Jadi, secara umum memang aman. Kaminya saja yang awalnya khawatir melepas anak sekolah dan merasa kasihan karena harus berjalan kaki sekitar 20 menit. Setelah itu ya biasa saja, sama seperti orang tua lainnya. Toh, kalau ada apa-apa, akan dihubungi juga oleh pihak sekolah.

Sistem sekolah Jepang menggunakan sistem zonasi sehingga jarak rumah ke SD-nya biasanya bisa tertempuh dengan berjalan kaki. Nggak diperbolehkan naik sepeda. Biasanya bersepeda ke sekolah hanya boleh dilakukan oleh anak SMP dan SMA. Itu pun harus mengenakan helm dan (kadang) pelindung lutut juga lengan. Polisi lalu lintas kadang juga membantu berpatroli di persimpangan saat jam-jam berangkat sekolah. Ini di desa atau kota kecil sih ya, memang agak berbeda dengan kota metropolitan Tokyo.

#3 Pelajaran dan kegiatan kemandirian

Kemandirian yang dilatih di kehidupan anak SD Jepang yang lain adalah soal makan siang atau kyuushoku. Setiap hari anak wajib membawa alas makan kain, sumpit, sikat gigi plus gelas kumurnya, dan sapu tangan lap untuk kyuushoku-nya. Sama seperti di TK-nya dulu, di SD anak saya, biasanya anak kelas 1 sampai 6 makan di kelasnya masing-masing bersama guru wali kelasnya. Gurunya juga nggak sungkan untuk makan bersama lho, Gaes.

Anak-anak akan dibagi tugasnya. Sebelum bertugas, mereka memakai pakaian, topi, dan masker serba putih. Ada protokol yang harus di-ceklist juga. Ada yang bertugas mengambil nasi/roti, lauk, sayur, dan susu dari ruang masak ke ruang kelas. Setelah semua siap di kelas, anak yang bertugas akan membagikan jatah makannya ke temannya. Untuk anak kelas satu biasanya masih didampingi dengan petugas masaknya, tetapi untuk tingkat atas sudah bisa dilepas sendiri. Katanya ada juga yang sampai mencuci piring kotornya lho, tetapi kalau di sekolah anak saya cukup mengantarnya ke tempat pencucian dan mengurus sampah kotak susunya saja.

Selesai makan, mereka akan sikat gigi. Setelah itu, mereka juga bersama-sama membersihkan ruang kelas dan sekitarnya. Jadi, selain kemandirian, mereka juga diajari untuk bertanggungjawab dengan tugasnya masing-masing.

Selain kyuushoku, ada juga pelajaran PKK yang mulai diajarkan sejak kelas 5 SD. Mereka diajari untuk lebih mandiri dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang bisa dilakukan oleh anak SD.

Kemandirian memang nggak lepas dari rasa percaya dan tanggung jawab. Saat orang tua melepas anaknya pergi ke sekolah secara mandiri, sang anak juga merasa bahwa dirinya diberi kepercayaan dan tanggungj awab oleh orang tuanya. Ia tentu tak akan menyia-nyiakan kepercayaan tersebut.

Mungkin ada komentar, “kasihan masih kecil kok digituin”, “tega banget sih orang tuanya”, “mereka kan masih anak-anak”, dll. Akan tetapi, kita juga harus melihatnya dari sisi orang Jepang. Siapa tahu sebenarnya itu adalah cara agar mereka mandiri dan terlatih sejak dini untuk menghadapi hidup di Jepang yang nggak namaste.

Sumber Gambar: Unsplash

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 November 2021 oleh

Tags: Anak-Anakjepangmandiri
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

White Day 14 Maret: Hari Balasan Valentine yang Bermula dari Strategi Marketing di Jepang

White Day 14 Maret: Hari Balasan Valentine yang Bermula dari Strategi Marketing di Jepang

14 Maret 2023
Orang Jepang dan Kepercayaan Golongan Darah Menentukan Kepribadian Seseorang Terminal Mojok

Orang Jepang dan Kepercayaan Golongan Darah Menentukan Kepribadian Seseorang

7 Juni 2022
j.league mojok

Arti di Balik Nama-nama Unik Tim Sepak Bola J.League

6 Agustus 2020
blokir gim voucher game online mending rakit pc steam dark souls III genre game menebak kepribadian dota 2 steam esports fall guys mojok

Blokir Gim Online Itu Solusi Bodoh yang Muncul dari Pemikiran Bodoh

29 Juni 2021
Jerome Polin Nggak Salah, Nyatanya Acara TV di Jepang Memang Jauh Lebih Bermutu Terminal Mojok

Jerome Polin Nggak Salah, Nyatanya Acara TV di Jepang Memang Jauh Lebih Bermutu

10 Juli 2022
Punya Anak Tantrum Saja Pusing, apalagi Punya Presiden yang Tantrum

Punya Anak Tantrum Saja Pusing, apalagi Punya Presiden yang Tantrum

12 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menonton Drama Korea Reply 1988 yang Legendaris setelah 10 Tahun Rilis Mojok.co

Menonton Drama Korea Reply 1988 yang Legendaris setelah 10 Tahun Rilis

13 November 2025
Hidup Memang Berat, Nescafe 8 Ribu Bikin Semua Terasa Ringan (Unsplash)

Hidup Memang Berat, tapi Nescafe 8 Ribu Bikin Semua Terasa Ringan

14 November 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Ilmiah dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

17 November 2025
Transmart Pabelan Solo: Dulu Digdaya, Kini Menatap Muram-muram Duka

Transmart Pabelan: Mall Besar yang Sekarang Hidup Segan, Mati (Sepertinya) Sudah Pasti

14 November 2025
Ikut Bimbel untuk Masuk PTN Itu Sebenarnya Tidak Perlu-perlu Banget, kecuali...  

Menjamurnya Bimbel Bukan karena Pendidikan Kita Ampas, tapi karena Mengajar di Bimbel Memang Lebih Mudah

12 November 2025
Kukira Jurusan Ekonomi Pembangunan Cuma Itung-itungan, Ternyata Isinya Analisis Kebijakan Melulu yang Bikin Pusing

Kukira Jurusan Ekonomi Pembangunan Cuma Itung-itungan, Ternyata Isinya Analisis Kebijakan Melulu yang Bikin Pusing

15 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=xlSfd228tDI

DARI MOJOK

  • Driver Ojol di Malang Pertama Kali Dapat Pesanan Bersihin Makam dan Nyekar di Pusara Orang Kristen, Doa Pakai Al-Fatihah
  • Komikus Era 80-an Akui Sulitnya Membuat Karya di Masa Kini, bahkan Harus Mengamati Lewat Drakor untuk Kembangkan Cerita Anak
  • Lari Sambil Nikmati Kopi dan Pastry, Fitbar Hadirkan Shake Out Run Pertama di Indonesia
  • JILF 2025 Angkat Isu Sastra dan Kemanusiaan
  • Momen Terima Gaji Pertama bikin Nangis dan Nyesek di Antara Perasaan Lega
  • Sibuk Skripsian sampai Abaikan Telpon Ibu dan Jarang Pulang, Berujung Sesal Ketika Ibu Meninggal

Summer Sale Banner
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.