Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Pada Akhirnya Mau Kuliah di Mana pun, Jurusan Apa pun, Habis Lulus, Semua Bisa Nelangsa

Aly Reza oleh Aly Reza
15 April 2020
A A
Menjadi Sarjana dari Desa dengan Tuntutan Sukses Versi Tetangga terminal mojok.co

Menjadi Sarjana dari Desa dengan Tuntutan Sukses Versi Tetangga terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Menyaksikan euforia sambat ala sarjana Terminal Mojok, pada akhirnya saya nggak bisa menahan diri buat ikut latah menuliskannya. Ibarat jerami tersulut api, ngomongin soal struggle prospek jurusan masing-masing memang nggak bakal terhindar dari yang namanya ngebanding-bandingin.

Sarjana pendidikan akan ngerasa dirinya lah serjana penuh derita se-alam raya. Sarjana ekonomi bakal bilang kalau dia bisa edan gegara ngitung uang perusahaan yang dia saja nggak pernah megang tuh wujudnya kayak gimana. Boro-boro megang, ngelihat bentuknya aja nggak pernah. Atau dilema mahasiswa dari perbankan syariah yang selama kuliah cuma dikasih bekal teori sehingga pas lulus terkesan serba nanggung dan nggak dilirik perusahaan mana pun.

Daftar ini bisa diperpanjang loh kalau seandainya seluruh sarjana ngerasa jurusan yang pernah dia ambil selama kuliah ternyata nggak jamin hidup mereka terhindar dari aral melintang. Saya bisa juga ngungkapin kalau jadi sarjana sejarah kok ngenes juga yak. Bayangannya sih pas lulus bisa jadi kayak Peter Carey. Eh jatuhnya malah jadi penjaga perpustakaan.

Atau anak sastra yang dalam ekspektasi udah kebayang bakal jadi sastrawan sekelas Seno Gumira Adjidarma atau kalau penyair ya Eyang Sapardi lah. Tahu-tahu cuma jadi guru bahasa Indonesia di SMP kecamatan. Ada lagi anak teknik. Lulusan teknik elektro yang cuma jadi pekerja di PLTU jumlahnya juga nggak sedikit. Anak pertanian, kelautan, kedinasan, ah ini kalau saya bedah satu-satu bisa nggak kelar-kelar nulisnya heuheuheu.

Emang dari awal gitu sih, yang namanya kuliah di mana ambil jurusan apa sebenernya nggak ada sangkut pautnya sama hidup sejahtera. Ini pasti gara-gara guru BK yang memprovokasi kalian sewaktu masih SMA. Iya, kan? Coba inget-inget.

Pengalaman saya pribadi, dulu pas deket-deket sama SNMPTN, para siswa diimbau buat konsultasi sama guru BK biar nggak salah milih kampus dan jurusan kuliah. Dalam setiap kesempatan konsultasi, guru BK nggak jarang ngasih doktrin masukan ke para siswa buat milih jurusan yang kira-kira prospek kerjanya menjamin. Namanya remaja labil, denger iming-iming semacam itu kan pasti tergiur, dong.

Dan karena ekspektasi sudah terlalu tinggi, walhasil ngerasa semuanya tampak memilukan ketika tahu kalau ternyata meleset jauh dari apa yang diharapkan. Untungnya sebelum daftar seleksi masuk perguruan tinggi, saya lebih percaya sama omongan ibu saya ketimbang guru BK. Ibu saya sering bilang, “Kuliah apa pun di mana pun itu sama aja. Yang bisa bikin kamu sukses itu bisa nggaknya kamu survive sama keadaan.”

Nggak salah kok kalau kita masuk kuliah dengan alasan kerja. Suwer dah nggak ada yang salah dengan itu. Sebab kalau mau realistis, yang namanya kuliah kan emang satu tujuannya: ijazah. Kita bayar UKT delapan semester, Bro, kalau nggak dapet ijazah bisa kita robohin tuh gedung fakultas. Tanpa ijazah S1 apalah kita di hadapan calon mertua lapangan kerja.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Yang perlu sedikit diperlebar adalah sudut pandang kita terhadap kehidupan. Kalau kata Kepala Suku—Puthut EA—kerjakan yang terbaik, bersiaplah dengan yang terburuk. Strategi ini (((insyaAllah))) bakal bikin kita survive dengan apa pun yang terjadi. Sekalipun itu jauh di luar rencana-rencana yang sudah kita rancang sebelumnya.

Berharap bahwa sarjana pendidikan bisa langsung teken kontrak jadi tenaga pengajar boleh-boleh saja. Untuk itu Anda harus mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin. Selama kuliah belajar disiplin dari waktu sampai pakaian. Ngerjain modul pengajaran, berlatih jadi guru yang ramah dan menyenangkan, tentu menjadi hal-hal dasar yang harus Anda siapkan.

Tapi Anda juga jangan lupa kalau takdir bekerja di luar kendali Anda. Maka bersiaplah untuk hal terburuk yang sudah menanti. Misalnya, berbekal gelar serajana pendidikan berikut ijazah dengan IPK di atas rata-rata Anda merasa sudah sangat siap jadi guru. Tapi jika akhirnya mentok harus jadi ibu rumah tangga, ternyata Anda sudah jauh dari siap buat itu. Bukan pasrah dan berpangku tangan. Ini kalau saya pakai teorinya Dea Anugerah, namanya konsep hidup pesimistis. Wah, gimane tuh?

Bagi Dea, seperti dilansir dari Kumparan, pesimistis itu nggak sepenuhnya memandang masa depan dengan tanpa gairah. Bukan berarti membayangkan setiap mimpi-mimpi kita bakal menemui jalan buntu. Bukan, bukan begitu. Maksud Dea, pesimis di sini adalah bagaimana agar kita bisa berdamai dengan kemungkinan adanya kegagalan. Pesimis adalah bagaimana kita siap dengan apa pun yang bakal terjadi, termasuk jika ekspektasi kita nggak sepenuhnya terpenuhi.

Misalnya, saya bercita-cita kelak memiliki rumah mewah ala-ala Raffi Ahmad lengkap dengan koleksi mobil dan motor gedhenya. Tapi kalau toh nggak bisa ya nggak apa-apa, tinggal di kontrakan sederhana juga nggak ada buruknya, kok. Nah dengan begitu kita pasti nggak bakal kecewa banget kalau impian tinggal di rumah mewah itu nggak bisa kita raih.

Berbeda dengan cara pikir optimistis. Misalnya, saya sudah terlanjur optimis dan berambisi banget, pokoknya saya harus lolos seleksi PTN unggulan. Kalau ternyata akhirnya gagal masuk, saya pasti bakal tangisan empat puluh hari empat puluh malam, seolah langit runtuh di atap rumah saya. Padahal, kuliah di kampus-kampus swasta juga nggak kalah kerennya.

Jadi, saya sah-sah saja kalau hari ini membayangkan kelak lulus bakal jadi Antropolog kenamaan tanah air. Mungkin, dong, wong saya dari jurusan Sejarah. Tapi misalnya kok kelak saya cuma jadi penjaga perpustakaan, itu juga pekerjaan yang sama kecenya.

Sebelum saya akhiri, sesekali cobalah Anda menengok kawan-kawan Anda dari jurusan perbandingan agama atau tafsir hadis. Anda mungkin sedikit lebih beruntung karena dihantui ketidakpastian nasib jauh setelah mentas dari universitas. Paling nggak Anda sekalian punya gambaran yang jelas ketika masih aktif jadi mahasiswa, sehingga selalu bisa menjawab dengan mantap setiap ditanya sama tetangga.

Misalnya, kalau dari keguruan ya ancer-ancernya jadi guru. Kalau dari ekonomi masih punya harapan buat kerja di bank. Anak teknik bisa lah ngisi staf-staf penting di sebuah perusahaan. Saya sendiri, meskipun sering dicengin bakal jadi juru kunci dan penjaga situs, tapi seenggak-enggaknya saya punya dalih: lulusan sejarah itu bisa kok masuk ke lembaga-lembaga konservasi. Gimana, kan keren?

Lah sekarang coba bayangin saja kawan-kawan kita dari dua jurusan yang saya sebut tadi. Mereka sejak dari mahasiswa bahkan nggak punya celah buat menaksir potensi mau jadi apa mereka kelak? Jurusan perbandingan agama itu ngapain coba, agama orang og dibanding-bandingin. Ketahuan bandingin ajaran Kristus sama agama lain bisa ditempeleng lu sama Yesus. Anak tafsir hadis yang berseloroh pas lulus bisa masuk jajaran Dewan Pertimbangan Presiden rasa-rasanya kok ya aneh, meskipun mungkin saja terjadi.

Intinya, seperti kata ibu saya, kuliah di mana pun di jurusan apa pun nggak menjamin lulus bisa langsung kerja di tempat enak dan sesuai yang kita bayangin. Yang penting kita siap aja ngadepin hidup, (((insyaAllah))) kita bakal nikmatin apa pun yang harus jadi suratan nasib. Itulah kenapa selama kuliah jangan cuma ngandelin ijazah dari jurusan Anda. Lebih dari itu shoft skill juga harus diasah. Walaupun dari jurusan tafsir hadis kalau ternyata punya skill dagang atau marketing, kelak lulus malah jadi entrepreneur andal kan siapa yang tahu? Iya, kan?

Nah soft skill semacam itulah yang harus dimiliki dan terus dikembangin sama anak kuliahan. Sebab, sekalipun Anda lulus dengan predikat cume laude, kalau benerin sanyo tetangga yang rusak saja nggak bisa, sungguh gelar sarjana Anda bakal dipertanyakan sama masyarakat setempat heuheuheu. “Hidup memang berengsek, dan kita dipaksa menikmatinya,” Puthut EA said.

BACA JUGA Sarjana Perbankan Syariah yang Sama Ngenesnya Kayak Sarjana Pendidikan dan tulisan Aly Reza lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 15 April 2020 oleh

Tags: jurusan kuliahLulus KuliahMahasiswaPengangguransarjana
Aly Reza

Aly Reza

Muchamad Aly Reza, kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Penulis lepas. Bisa disapa di IG: aly_reza16 atau Email: [email protected]

ArtikelTerkait

sejarah peradaban islam UIN mojok

Sejarah Peradaban Islam: Alternatif Jurusan yang Pengin Belajar Kajian Keislaman, tapi Malas Ketemu Bahasa Arab

13 April 2021
Derita Saya Menjadi Mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Negeri

Derita Saya Menjadi Mahasiswa Jurusan Pertanian di Universitas Negeri

5 September 2023
Joki Skripsi Merebak karena Banyak Dosen Pembimbing Nggak Becus Membimbing Mahasiswa Mojok.co

Joki Skripsi Merebak karena Banyak Dosen Pembimbing Nggak Becus Membimbing Mahasiswa

14 Januari 2024
ikut demo

Kamu Ikut Demo Karena Kritis atau Latah?

25 September 2019
Sarjana Lulus Kuliah Nggak Harus Cari Kerjaan Enak, Jadi Ketua Karang Taruna pun Nggak Ada Salahnya

Sarjana Lulus Kuliah Nggak Harus Cari Kerjaan Enak, Jadi Ketua Karang Taruna pun Nggak Ada Salahnya

18 Desember 2023
Saya Sakit Hati Mahasiswa Universitas Terbuka Dituduh Cuma Kejar Gelar, Nyatanya Kami Sungguh-sungguh Belajar Mojok.co

Saya Sakit Hati Mahasiswa Universitas Terbuka Dituduh Cuma Kejar Gelar, Nyatanya Kami Sungguh-sungguh Belajar

24 September 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.