Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mahasiswa Jurnalistik yang Kalah dari Akun Media Sosial Bodong

Atik Soraya oleh Atik Soraya
16 Juni 2019
A A
jurnalistik

jurnalistik

Share on FacebookShare on Twitter

Siapa bilang hanya media mainstream yang patut waspada atas menjamurnya akun media sosial yang lebih update dan dekat dengan mangsa pasarnya. Nyatanya malah mahasiswa jurnalistik yang paling sering kena imbas dari menjamurnya akun-akun media sosial yang menyamar jadi media pembawa berita terpercaya.

Orang-orang masih suka ribut kalau ada berita media cetak yang gulung tikar. Kesedihan-kesedihan karena ditinggalkan oleh media cetak yang telah mengisi waktu—pada zamannya—itu ya boleh saja. Namun, beberapa orang nampaknya nggak sadar kalau saingan media konvensional belum seberapa sama saingan mahasiswa jurnalistik—terutama yang baru lulus.

Secara sederhana, keduanya—media cetak maupun mahasiswa jurnalistik—punya kesamaan. Kesamaan untuk harus berjuang di tengah pergerakan yang sangat kilat dari dunia informasi dan teknologi. Tapi, biar saya kasih tau kalau sepertinya mahasiswa jurnalistik punya lebih banyak drama yang sering buat nyesek.

Begini, mahasiswa jurnalistik sepertinya terlatih dan memang dirancang untuk menjadi seorang pejuang yang suka bertarung. Bagi mahasiswa jurnalis yang sudah lulus atau sebentar lagi mau lulus -macam saya ini- persaingan untuk bisa kerja menjadi budak korporat di industri media tidak hanya berasal dari rekan mahasiswa jurnalis dari kampus lain. Betul, my lov—lawan kami tidak hanya mahasiswa jurnalistik saja.

Di tengah rekrutmen yang makin hari makin tidak masuk akal, mahasiswa jurnalistik juga harus bersaing dengan mahasiswa dari fakultas lain. Mulai dari fakultas Teknik, Ekonomi, Sastra, Bahasa, dan lain-lainnya yang ternyata juga banyak sekali di antara mereka yang ikut proses rekrutmen kerja di industri media.

Karena jurnalis adalah profesi yang terbuka untuk seluruh latar belakang pendidikan tinggi, maka mau tidak mau, suka tidak suka hal tersebut harus kami lalui dengan penuh pikiran positif. Pikiran positif kalau setelah diterima kerja akan ada hari yang lebih melelahkan. wkwkwk

Walau pada akhirnya mungkin ada beberapa perusahaan media yang memberikan prioritas untuk mahasiswa jurnalistik, tapi persaingan itu sering buat drama-drama jadi kocak tapi bikin miris.

Tidak berhenti sampai di situ, my lov. Ada hal yang lebih penting dari sekadar persaingan kerja. Sebagai mahasiswa dengan fokus studi jurnalistik, saya merasa terancam dengan hadirnya akun-akun media sosial yang penuh dengan elemen sotoy dan propaganda. Kemudahan dari membuat akun media sosial rupanya juga dimanfaatkan untuk membuat akun-akun fiktif yang menyebar informasi tidak berdasar.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Tidak tahu dengan nilai, asas, pedoman, dan kode etik apa yang para admin akun bodong anut saat mengunggah sebuah informasi yang nahasnya masyarakat maya malah dengan mudah terpancing provokasi sampai menyebarkannya lagi ke orang-orang yang ada di kontak gawainya.

Pola itu nampaknya terus berulang sampai akun informasi bodong itu di blokir, atau sampai ada masyarakat yang ditangkap aparat karena dianggap menyebarkan hoax. Dan hal tersebut bisa terjadi lagi dengan informasi yang beda—pertama akun bodong buat berita hoaks, masyarakat percaya dan menyebarkan, akun diblokir, masyarakat ditangkap, lalu negara api menyerang.

Apalagi yang bikin mengelus dada saat semakin sering melihat jurnalis yang dipersekusi. Kejadian yang paling baru mungkin tentang jurnalis perempuan dari salah satu televisi swasta dipersekusi saat sedang melaporkan situasi saat 22 Mei. Bahkan massa sampai meneriakkan, “hoaks hoaks hoaks”—astaghfirullah, sedih akutu~

Saya bingung sekali ketika ada segolongan orang yang tidak percaya sama media massa karena dianggap menyiarkan sebuah hoaks tapi percaya mati-matian sama sebuah akun fiktif di media sosial yang tidak mempunyai kejelasan apapun. Sebegitu bencinyakah sama media massa di negeri ini?

Padahal sebuah produk jurnalistik baik berupa berita, artikel, video, reportase, dan sebagainya itu bisa ada di hadapan kita melewati sebuah proses yang sangat panjang. Apapun medium yang kita gunakan, mulai dari daring, cetak, elektronik pasti berkali-kali melalui proses verifikasi yang dilakukan oleh wartawan sampai ke para editor yang bertanggung jawab.

Sebagai mahasiswa yang pernah menghabiskan waktu dengan kegiatan magang di salah satu media yang sahabatan sama Mojok—saya jadi nambah paham kalau media massa itu bukan industri main-main. Media massa itu tidak sesederhana hanya menulis atau mengabarkan informasi terkini untuk khalayak. Banyak hal yang sangat rumit di balik hal-hal yang mungkin nggak terpikirkan.

Kita juga nggak tahu loh gimana beban mental kerja para jurnalis yang terus berjaga di tengah situasi yang mencekam. Misalnya perjuangan ketika harus tetap mengabarkan dan membuat laporan padahal perut lagi keroncongan, atau ngantuk yang luar biasa, sampai nyawa yang terancam saat liput kerusuhan atau saat liputan investigasi.

Tanggung jawabnya juga besar sekali. Bukan cuma tanggung jawab atas apa yang telah disiarkan tapi juga tanggung jawab di akhirat atas informasi yang telah dibagikan. Beban dan tanggung jawab itu hanya dapat dipahami kami mahasiswa jurnalis, jurnalis muda, jurnalis senior, dan jurnalis yang sudah pensiun, dan kamu nggak akan paham, my lov—malah ada beberapa dari kamu lebih memilih akun media sosial bodong kan.

Namun, mari kita coba untuk berpikir sedikit lebih dalam. Mungkin jika ditarik ke belakang, masyarakat tidak bisa langsung disalahkan. Karena kalau kita perhatikan dengan saksama bahwa apa yang dilakukan masyarakat yang menyebut media sebagai penyiar hoaks atau berita tipu-tipu itu juga reaksi dari praktik konglomerasi dan politisasi media.

Konglomerasi dan politisasi media sudah tidak asing lagi kan untuk masyrakat Indonesia. Praktik keduanya bisa sangat jelas kita lihat di media-media televisi misalnya. Kalau begitu sih, dua-duanya—masyarakat maupun media—juga salah sih tapi yang perlu digarisbawahi sepertinya masyarakat keliru menetapkan label hoaks pada apa yang terjadi dengan situasi media di Indonesia saat ini.

Tapi apapun alasan dan motifnya kamu tidak bisa sekaligus memberikan generalisasi ke semua media bahwa semua media itu di politisasi dan beritanya pasti membias. Masih banyak juga media massa yang “murni” dan selalu berusaha untuk tetap netral kok—tirto.id contohnya. hehe

Kalau setelah baca ini tapi kelakuan kamu masih tetap percaya sama akun bodong media sosial—mohon maaf yang sebesar-besarnya nih, tapi dengan kelakuan masyarakat yang begitu saya jadi mikir lagi, “Waduh betapa sia-sia selama ini saya belajar ilmu jurnalistik kalau nggak ada yang percaya.”

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: cari kerjaJurnalisJurnalistikMahasiswaRusuh 22 Mei
Atik Soraya

Atik Soraya

ArtikelTerkait

Pak Nadiem, Tolong Bikin Aturan bagi Dosen untuk Balas Chat Mahasiswanya, dong!

Pak Nadiem, Tolong Bikin Aturan bagi Dosen untuk Balas Chat Mahasiswanya, dong!

8 Maret 2020
Drakor 'Law School' dan Realita Mahasiswa Korea yang Ambis Pol terminal mojok

Drakor ‘Law School’ dan Realita Mahasiswa Korea yang Ambis Pol

5 Mei 2021
5 Karakter Drakor yang Mahasiswa Banget Terminal Mojok

5 Karakter Drakor yang ‘Mahasiswa Banget’

13 Agustus 2022
5 Stereotipe yang Saya Dapatkan sebagai Mahasiswa S2 di Universitas Trisakti, Salah Satunya Dicap Aktivis Gemar Demo

5 Stereotipe yang Saya Dapatkan sebagai Mahasiswa S2 di Universitas Trisakti, Salah Satunya Dicap Aktivis Gemar Demo

25 September 2025
memulai usaha

Memulai Usaha, Mulainya dari Mana?

30 Juli 2019
3 Kafe di Demangan Baru Jogja yang Nyaman buat Nugas

3 Kafe di Demangan Baru Jogja yang Nyaman buat Nugas

8 Juni 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.