Tak perlu senewen dengan pertanyaan kapan menikah sewaktu Lebaran. Itu fase yang harus dilalui
Lebaran sebentar lagi. Gema takbir siap menyambut para pemudik yang pulang ke kampung halaman. Sukacita bercampur haru tergambar jelas di raut wajah para perantau. Sebuah momen bahagia yang teramat susah dijelaskan di atas selembar kertas Sinar Dunia.
Di kampung saya, Gunungkidul, ada beberapa kebiasaan menyambut hari sukacita ini. Mulai dari membersihkan makam, ziarah kubur, kenduri, membuat apem dan peyek, belanja baju Lebaran, hingga mencuci toples sisa tahun lalu. Semua dilakukan dengan hati berbunga-bunga, tulus, dan tentu saja merdeka.
Tak terasa, tepat pada April 2023 ini, usia saya sudah mencapai kepala tiga. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, pertanyaan seputar kapan nikah akan menjadi topik hangat saat berkumpul bersama keluarga. Dulu, saya sangat membenci pertanyaan seputar rabi. Buat saya pribadi, momen Lebaran nggak lebih cuma sekadar ajang interogasi soal jenjang pendidikan, pekerjaan, dan pernikahan.
Melihat kawan-kawan sebaya yang sudah bersama pasangan dan menggendong anaknya saat berkumpul bersama keluarga, kadang bikin saya merasa gagal menjadi seorang anak laki-laki. Rambut orang tua yang sudah memutih, membuat saya tak tega ketika beliau harus menjawab satu per satu pertanyaan seputar nasib anaknya yang masih perjaka tingting ini.
Bertahun-tahun diinterogasi keluarga besar seputar pernikahan, akhirnya membuat saya tatag, khatam, dan berdamai dengan kenyataan. Nggak ada lagi kecemasan, rasa takut, atau minder. Justru, saat ini saya semakin menikmati suasana saat berkumpul bersama keluarga. Bukan perkara saya sudah pasrah atau putus asa, tapi lebih kepada perubahan sudut pandang saya memahami kebiasaan masyarakat Indonesia setiap Lebaran ini.
Merindukan pertanyaan seputar pernikahan
Sudah tahun kedua, saya melewati Lebaran tanpa kedua simbah kakung dari pihak ibu dan ayah. Semasa simbah masih hidup, mereka yang biasanya mengawali bertanya soal kapan menikah. Jujur, waktu itu saya sering menghindar dan nggak suka ketika beliau melontarkan pertanyaan itu. Dulu, saya merasa, pembahasan seputar rabi tak lebih cuma merusak momen Lebaran itu sendiri.
Setelah simbah nggak ada, saya merasakan rindu yang luar biasa dengan momen Lebaran waktu itu. Saya kangen betul sama simbah kakung yang acap melontarkan pertanyaan kapan menikah. Ya, saya baru menyadari bahwa pertanyaan-pertanyaan seputar pernikahan saat Lebaran, menjadi salah satu bentuk kepedulian dan rasa cinta kepada cucunya.
Percayalah, kehilangan orang seperti simbah lebih sakit daripada pertanyaan seputar nikah. Selagi mereka masih ada, nikmati setiap momen yang ada. Waktu akan terus berputar dan momen indah itu mungkin saja hanya akan terjadi sekali seumur hidup.
Nikmati Lebaran dan berdamailah dengan kenyataan
Nggak ada hal yang jauh lebih nikmat ketimbang rasa syukur kita kepada Tuhan. Saya percaya, soal rezeki, jodoh, dan mati, Tuhan yang mengatur. Mungkin saat ini kita sering merasa gagal karena belum bisa mencapai apa yang kita inginkan. Tapi saya yakin, waktu dan kesempatan akan selalu ada di dalam doa, ikhtiar, serta usaha.
Setidaknya saya sudah gagal dua kali menikah. Sebelum simbah meninggal, saya sempat meminta restu dan hari baik kepada mbah kakung. Tapi nasib baik belum jua menghampiri. Akhirnya, lamaran tertunda dan saya gagal menikah. Lebih lanjut mengenai alasan di balik peristiwa gagal nikah itu, kalian bisa baca di sini.
Tak berselang lama setelah saya gagal menikah, simbah sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Ini terjadi beberapa bulan sebelum hari Lebaran 2020. Suasana Lebaran tanpa simbah, tentu sangat berbeda. Pertanyaan seputar kapan menikah yang dulu bikin saya malas dan bahkan menderita, seketika berubah menjadi momen yang benar-benar saya rindukan.
Selagi anggota keluarga masih utuh, nikmati momen Lebaran bersama sanak-saudara. Nggak perlu lagi cemas, malas, dan takut dengan pertanyaan-pertanyaan itu. Sejatinya mereka hanya ingin melihat kita bahagia, tak lebih dari itu. Kehidupan berjalan dinamis, apa yang sering kita caci maki hari ini, barangkali akan menjadi hal yang paling kita rindukan suatu saat nanti.
Nikmati setiap waktu dan kesempatan. Terima dengan lapang dada dan penuh rasa syukur. Pertanyaan seputar pernikahan saat Lebaran adalah doa dari orang-orang tercinta. Jalani dengan ikhlas, sabar, penuh senyum, dan riang gembira.
Dear KTP belum kawin, selamat menyambut Lebaran, menikmati opor ayam bersama sanak-saudara, dan mari berdamai dengan kenyataan.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Lebaran 2022: Menanti Ibu Bertanya Kapan Nikah