Karakter Inuyasha di anime Inuyasha, Shinichi Chiaki di anime Nodame Cantabile, atau Lee Su Ho di Webtoon The Secret of Angel—yang dikenal juga dengan judul True Beauty—memang ngegemesin, kan?
Cerita pesona cowok tsundere seperti Inuyasha, Lee Su Ho, atau Shinichi Chiaki memang selalu muncul di anime dan Webtoon percintaan para remaja atau dewasa muda. Di dunia anime kita mengenal anime shoujo, anime tentang romance yang biasanya diminati mereka yang berusia remaja dan dewasa muda. Saking ramainya soal tsundere ini, sampai-sampai kalau digoogling, muncul beragam artikel tentang betapa serunya berpasangan dengan cowok tsundere. Yakin banget?
Sebelum bahas pesona cowok tsundere di dunia nyata yang sudah pasti luntur, kita perlu tahu dulu definisi “cowok tsundere” biar sefrekuensi dulu, nih. Tsundere adalah istilah dalam bahasa Jepang (berasal dari dua kata yaitu “tsun” dan “dere) mengenai proses pengembangan karakter. Seseorang yang awalnya dingin dan bahkan kasar terhadap orang lain perlahan berubah dan menunjukkan sisi hangatnya.
Kuncinya ada di “pengembangan karakter”. Jadi ini perlu proses, butuh waktu, dan nggak selalu berhasil, FYI. Mungkin ada yang sesakti Kagome bisa bilang, “Jatuh!” tiap kali Inuyasha membuatnya jengkel. Mungkin ada yang genius dalam bermusik seperti Nodame, atau yang beruntung di masa kecilnya ketemu cowok seperti Lee Su Ho yang “bersembunyi dari penderitaan” di tempat persewaan komik seperti Lim Ju Kyung. Cowok tsundere punya tagline “syarat dan ketentuan berlaku”. Bahkan seandainya kamu cewek tangguh bermental baja, yakin mau nambah cobaan hidup dengan berpasangan dengan seseorang yang tsundere?
Singkatnya, Ladies, cowok tsundere itu bikin lelah. Setidaknya ada tiga hal yang perlu banget kamu pertimbangkan sebelum memutuskan berpasangan dengan cowok tsundere.
Pertama, memangnya mau punya status berpasangan rasa sendirian? Umumnya seseorang menginginkan punya pasangan karena nggak ingin sendirian lalu kesepian. Nah, berpasangan dengan cowok tsundere bisa jadi nggak akan mengubah hal itu. Tetap saja kamu bisa merasa sendirian dan kesepian.
Dalam buku How To Be Single and Happy, Jenny Taitz, seorang psikolog klinis, menjelaskan bahwa salah satu penyebab seseorang kesepian adalah nggak berbicara tentang perasaan atau berbagi hal-hal tertentu dalam hidupnya. Idealnya, seorang pasangan berfungsi atau berperan mengisi posisi sebagai pendengar di urusan perasaan dan tempat berbagi hal-hal tertentu (yang tentu saja nggak bisa dibagikan ke sembarang orang).
Berpasangan dengan cowok tsundere bisa membuatmu merasa sendirian dan kesepian karena ia mungkin nggak bisa atau bahkan nggak mau mengambil peran serta fungsi sebagai pasangan tadi. Jangankan menjalankan peran sebagai pendengar, bersikap cuek adalah setting-an default cowok tsundere. Boro-boro mengambil fungsi sebagai tempat berbagi, mengakui perasaannya saja menolak.
Jangan remehkan cobaan hidup yang diakibatkan oleh pasangan yang terlalu cuek. Dalam jangka panjang mungkin menganggu kesehatan fisik dan mental kita.
Kedua, yakin self esteem bakalan tetap aman?
Menerima perlakuan dingin dan kasar dari seseorang yang kita anggap penting itu nggak segampang teori atau isi artikel yang bertebaran di internet. Yang namanya bersabar menghadapi seseorang dari lingkaran terdekat itu intensitasnya berbeda dengan bersabar saat terjebak macet.
Emosi negatif akibat terlalu sering diabaikan, protes serta keluh kesah nggak didengar, dan disakiti lewat sikap dan kata-kata kasar saat cowok tsundere merasa tak nyaman, jika menumpuk terlalu banyak dalam jangka panjang ada pengaruhnya ke self esteem, lho. Padahal punya self esteem yang rendah itu ada akibatnya ke kualitas hidup kita, juga ke masa depan.
Idealnya sebuah hubungan bisa membuat kita lebih percaya dengan diri sendiri, mencintai diri, menghargai diri, dan menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri. Berpasangan dengan cowok tsundere bisa sebaliknya.
Self esteem rendah bisa membuat seseorang nggak puas akan dirinya, punya kecenderungan ingin menjadi orang lain atau berada di posisi orang lain, sensitif terhadap pengalaman yang akan merusak harga dirinya, menolak kritikan, lebih emosional, dan pesimis.
Ketiga, siapkah nanti jika apa-apa yang menurutmu ungkapan love language dianggap penyebab “emotional damage” oleh pasanganmu?
Frasa “emotional damage” diperkenalkan pertama kali oleh YouTuber dan komedian Steven He pada September 2021 dan menjadi tren di TikTok. Video di TikTok biasanya diawali dengan percakapan atau tindakan yang bertujuan untuk bikin orang lain down atau malu, kemudian diakhiri dengan ucapan “emotional damage”.
Nah, bayangkan jika love language yang kamu lakukan untuk pasanganmu, ia anggap sebagai usaha untuk bikin down atau malu. Niatnya baik, eh, malah jadi ribut karena apa-apa yang menurutmu romantis itu nggak sesuai dengan seleranya. Yah, memang bisa diakali dengan memilih love language yang sesuai. Tapi, entah berapa pertengkaran dan situasi nggak enak yang harus kamu alami sampai akhirnya bisa tahu love language apa yang disukai pasanganmu yang tsundere.
Sebuah pujian dari pasangan saja bisa berujung jadi perkara pelik karena cowok tsundere cenderung nggak nyaman saat dipuji. Sebenarnya, sih, dia malu. Tapi, reaksinya bisa menjadi tak terduga karena ketimbang memikirkan perasaan pasangannya, cowok tsundere malah berusaha menutupi rasa malu tersebut dengan berbagai cara termasuk lewat marah-marah.
***
Untuk memahami salah satu cobaan hidup apa yang bakal dialami mereka yang berpasangan dengan cowok tsundere, pakai ilustrasi saja, deh. Misalkan kamu minta pasanganmu yang tsundere meluangkan waktu untuk yang-yangan seperti umumnya orang berpasangan. Kemudian dia menjawab, “Tunggu aku selesai ngosek kamar mandi, ya.”
Jangan berpikir waktu yang diperlukan untuk menunggu di sini seperti umumnya durasi ngosek kamar mandi, mungkin 15 sampai 20 menit.
Yang-yangan adalah perkara pelik untuk cowok tsundere, ia membutuhkan waktu lebih lama, atau malah berusaha kabur dari situasi tersebut dengan cara membuatmu bosan menunggu. Oleh sebab itu, ia nggak akan berbohong soal ngosek kamar mandi, hanya saja ngoseknya pakai sikat gigi.
Penulis: Aminah Sri Prabasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Jenis Teman Nongkrong yang Sebaiknya Diajak biar Ngumpulmu Nggak Wagu.