Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Kritik buat Kader Organisasi Ekstra Kampus yang Ngerasa Kalah Pamor sama Komunitas

Moh Rivaldi Abdul oleh Moh Rivaldi Abdul
7 April 2020
A A
Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap tahun ajaran baru, selalu banyak sales tiba-tiba muncul di kampus. Sales-sales ini bukan sedang menawarkan barang tentu saja, mereka biasanya adalah kader organisasi yang ditugaskan untuk merekrut maba-maba biar join dan ikut organisasi mereka.

Tiap sales eh kader organisasi maksudnya, berlomba-lomba mempromosikan organisasinya sebagai yang paling hebat. Ooo jelas, tentu saja biar para adek-adek maba terpikat. Kan nggak mungkin bikin orang lain tertarik kalau kita menunjukan kebobrokan kekurangan organisasi. Saya haqqul yaqqin nggak akan ada yang mengenalkan organisasinya kayak gini:

“Halo, dek. Saya dari organisasi X. Jangan masuk situ, deh. Soalnya seniornya nggak mutu buanget, saya saja yang sudah setahun masuk situ malah dibiarin, padahal kan saya mau berproses betul-betul.”

Kader yang kelewat jujur tidak bisa mengagung-agungkan organisasinya tentu saja kader yang layak digampar. Kalau perlu, seniornya juga ikut digampar karena nggak bisa ngajarin kader biar ngomong yang bener.

Biasanya ada dua tipe sales organisasi. Yang pertama, yang bisa promosi di depan mahasiswa baru lewat podium pas ospek, ini biasanya kader organisasi pejabat kampus; kedua, sales organisasi yang harus turun gunung eh turun lapang buat ngenalin organisasinya dengan ngedeketin satu per satu mahasiswa baru, jenis ini biasanya kader organisasi rakyat jelata alias kader organisasi mahasiswa ekstra.

Sekarang sering jadi dilema buat kader organisasi ekstra—baik itu organisasi pergerakan atau pun paguyuban—yang ditugasi merekrut mahasiswa baru adalah pamor mereka kalah sama pamor sales-sales komunitas mahasiswa.

Hal ini bisa dilihat dari jumlah pendaftar organisasi ekstra yang semakin sedikit setiap tahunnya (artinya makin sedikit saja yang minat). Mana dari jumlah yang sedikit itu, lebih sedikit lagi yang mau serius di organisasinya lagi.

Sebagian kader organisasi ekstra ini berpikir kalau mahasiswa jaman sekarang mungkin didominasi kaum rebahan. Jadinya pada males berorganisasi.

Baca Juga:

Kasta Mahasiswa di Bangkalan Madura, Ada yang Si Paling Ormek hingga yang Cuma Jadi Remahan Rempeyek

Ormek Lebih Cocok Disebut Kumpulan Mahasiswa Haus Pujian daripada Organisasi Mahasiswa

Menurut saya sih itu keliru. Saya pikir banyak mahasiswa baru yang emang nggak mau join organisasi ekstra tapi tetep aktif pas kuliah dan aktif juga di organisasi yang lain. Saya lihat trennya memang berubah saja. Mahasiswa sekarang seperti lebih senang jadi relawan dalam gerakan non politis yang biasanya memang diwadahi oleh komunitas-komunitas di kampus.

Adik tingkat saya pernah seperti itu. Dia menolak ajakan saya masuk organisasi ekstra dengan alasan mau fokus kuliah, tapi ternyata malah jadi aktif di satu komunitas.

Alasan lain kenapa banyak mahasiswa sudah malas ikut organisasi ekstra dan lebih memilih komunitas adalah pamor organisasi ekstra hari ini memang sudah jauh tergerus dari sebelumnya.

Orang pengin masuk organisasi kan biar bisa terfasilitasi minat dan bakatnya ya, tapi kenyataan yang ada sekarang, organisasi ekstra tidak memberikan hal itu. Jadi ya buat apa bergabung di sana? Buang-buang waktu dan tenaga saja, kan?

Di sinilah kekalahan sales-sales organisasi ekstra, kurang mampu meyakinkan mahasiswa bahwa organisasi bisa memfasilitasi bakat atau minatnya.

Sales organisasi ekstra kalau nawarin organisasinya pasti doktrinnya: jangan jadi mahasiswa rebahan, mari kita bergerak bersama. Hadeh, kalau awal doktrinya kayak gini, ujung-ujungnya bisa ketebak, pasti bahas aksi jalanan. Bicaranya sih meyakinkan, penuh semangat. Namun, si mahasiswa baru nanggapinnya malah nggak semangat.

Gini-gini, harusnya kader organisasi ekstra itu tahu kalau nggak semua mahasiswa itu tertarik jadi aktivis-parlementer jalanan. Makanya mereka lebih memilih masuk komunitas.

Ini juga yang terjadi di organisasi paguyuban, mereka hanya menawarkan soal persaudaraan antar daerah, padahal, kan, itu mah di kosan juga bisa dapat.

Hal lain yang memperparah semakin sedikitnya mahasiswa yang pengin gabung di organisasi ekstra adalah pengurusnya kadang lebih asik ngurusin konflik dan cuma mau gerak buat aksi saja. Seakan-akan organisasi ekstra ini kegiatannya cuma ngumpulin orang pakai toa saja. Kalau citranya cuma kayak gitu, nanti mahasiswa baru pada mikir kalau di musim corona kayak sekarang, organisasi nggak bakal punya kegiatan apa-apa.

Saran saya, kalau nggak pengin kalah sama komunitas, kader dan pemimpin organisasi ekstra harus bisa mengubah paradigma lama. Gerakan organisasi ekstra bukan cuma soal aksi jalanan—dan paguyuban bukan hanya soal persaudaraan saja. Tawarkan citra lain seperti literasi, tempat untuk mengasah kemampuan berpikir kritis, menulis, atau skill-skill penting lainnya. Saya yakin deh kalau organisasi ekstra nawarin banyak hal juga, semakin banyak yang tertarik buat gabung di sana. Kalian harus move on, ini tuh tahun 2020 bukan tahun 1990 seperti era masa jaya dulu.

Tapi ingat, jangan hanya kasih harapan palsu, ya. Nawarin kalau join organisasi bisa berproses dengan baik, dan mendapat wadah untuk berproses dengan baik. Eh, pas sudah dikader, malah dibiarain. Dan seniornya malah asik ngurus konflik, ambyar lagi malah asik ngajak kader baru pacaran. Hadehhh, woi, tuh mahasiswa join organisasi bukan mau jadi ahli konflik atau ahli romantisme, namun mau jadi mahasiswa yang lebih baik.

BACA JUGA Ormek Kayak HMI dan PMII yang Akurnya Cuma Lewat Ucapan “Selamat Ulang Tahun” Itu Kenapa, sih? atau tulisan Moh. Rivaldi Abdul lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 April 2020 oleh

Tags: kader organisasikomunitas kampusorganisasi ekstra kampusOrmek
Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo.

ArtikelTerkait

kanda hmi

Untuk Kanda HMI yang Gemar Pamer Kegoblokan dengan Mukulin Jurnalis Persma Unindra

24 Maret 2020
Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Kaderisasi dan Romantisme PMII lewat PBAK

21 September 2020

3 Ormek yang Sering Dianggap Underbow Partai, Meski Sering Deklarasi Independen

12 September 2021
Surat Terbuka untuk Ormek: Cari Kader Memang Perlu, tapi Tolong Kemampuan Diri juga Diperhatikan

Surat Terbuka untuk Ormek: Cari Kader Memang Perlu, tapi Tolong Kemampuan Diri Juga Diperhatikan

2 November 2023

Ormek Kayak HMI dan PMII yang Akurnya Cuma Lewat Ucapan “Selamat Ulang Tahun” Itu Kenapa, sih?

9 Februari 2020
HMI PMII

3 Alasan yang Bikin HMI Lebih Laku Dibanding PMII di Fakultas Saya

20 April 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.