Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Menebak Alasan Kota Pekalongan Jarang Ada Bazar Buku meski Angka Literasinya Tinggi

Muhammad Arsyad oleh Muhammad Arsyad
9 Mei 2023
A A
Menebak Alasan Kota Pekalongan Jarang Ada Bazar Buku meski Angka Literasinya Tinggi

Menebak Alasan Kota Pekalongan Jarang Ada Bazar Buku meski Angka Literasinya Tinggi (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu saya pernah menulis di Terminal Mojok soal merepotkannya mencari buku di Kota Pekalongan. Tulisan yang dimuat sekitar tiga tahun lalu itu, nyatanya masih relevan di hari ini. Bukannya geer, tapi memang begitulah Kota Pekalongan.

Di situ saya menulis kehadiran bazar buku sama sekali nggak membantu. Dan itu benar belaka. Alih-alih menjadi telaga di tengah ladang yang tandus, keberadaan bazar buku di Kota Pekalongan justru seperti ladang tandus itu sendiri.

Sampai hari ini, dan mungkin hingga Israfil meniup sangkakala, bazar buku menjadi barang yang langka di Kota Pekalongan. Saking langkanya, saya sampai-sampai “ngemis” di sebuah akun literasi. Sebut saja Patjar Merah.

Setiap kali Patjar Merah akan menggelar sirkus literasinya, saya hampir selalu nimbrung komentar di akun Instagramnya. Tentu saja untuk mengusulkan Kota Pekalongan sebagai salah satu tempat Patjar Merah untuk singgah dan mengadakan event literasi yang dahsyat itu.

Tapi itu masih belum terwujud. Saya nggak akan menggugat Patjar Merah, tapi justru kota saya sendiri. Mengapa sangat jarang sekali bazar buku di Kota Batik?

Jarangnya bazar buku di Kota Pekalongan

Tulisan yang saya sebut di awal itu tayang pada 2020. Itu persis setahun setelah bazar buku terakhir di Kota Pekalongan. Jika ingatan saya nggak berkhianat, bazar buku terakhir ada pada sekitar 2019.

Hingga tulisan ini selesai, masih belum ada bazar buku di Kota Pekalongan. Kalau dihitung berarti sudah kurang lebih empat tahun. Kalau tahun ini ada bazar buku, sudah kayak Piala Dunia.

Namun, tahun ini pun belum muncul gelagatnya, entah dari pihak pemerintah daerah maupun dari luar itu. Mungkin harus menunggu biar genap lima tahun?

Baca Juga:

Orang INFJ Jangan Tinggal di Perbatasan Batang dan Pekalongan kalau Mau Tetap Waras

Jalan Imam Bonjol Pekalongan Memaksa Saya Ganti Motor: Baru Ganti Motor Sebulan Udah Masuk Bengkel

Angka literasi yang tinggi, sebuah ironi?

Di sisi lain, padahal angka literasi di kota ini terbilang lumayan. Menurut laporan terbaru, saya mengutip dari website resmi Pemkot Pekalongan, bahwa Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Kota Pekalongan tahun 2022 mencapai peringkat 13 se-Jawa Tengah, dengan nilai 86,72.

Pencapaian itu meningkat dari tahun sebelumnya. Di tahun sebelumnya, kota ini hanya menempati peringkat 32 di seluruh Jawa Tengah. Peningkatan IPLM ini dianggap sangat baik. Karena targetnya adalah masuk 20 besar se-Jawa Tengah.

Tentu saja, sebagai warga Kota Pekalongan yang berhati putih, saya turut bangga dengan pencapaian itu. Sayangnya, pencapaian itu hanya bisa dibanggakan. Dengan minimnya bazar buku, angka IPLM itu terasa sangat hambar. Dan dalam titik tertentu meragukan.

Harusnya, entah itu menjadi indikator atau tidak, angka IPLM menunjukkan bahwa literasi di Kota Batik tidak mengkhawatirkan. Semestinya sebagai kota dengan tingkat IPLM tertinggi ketiga belas se-Jawa Tengah, kota ini sering mengadakan bazar buku.

Inovasi literasi yang nggak berefek

Langkanya bazar buku juga makin memperlihatkan inovasi-inovasi yang berkelindan tentang literasi dari pihak Pemkot sama sekali nggak berguna. Meski hal itu bukannya nggak ada sama sekali. Toh, nyatanya inovasi soal literasi di Kota Pekalongan cukup masif.

Kota Pekalongan punya “Bunda Literasi”. Jabatan itu diambil alih oleh… Yap, benar, istri Wali Kota. Peduli setan siapa yang mengambil jabatan “Bunda Literasi”. Saya anggap itu sebagai inovasi untuk meningkatkan literasi. Dan ya, itu berhasil. Walau kita nggak tahu indikator keberhasilannya apa.

Yang pasti, bazar buku di Kota Pekalongan masih sangat jarang. Sejujurnya, naif sekali kalau cuma itu yang dianggap inovasi dari Pemkot Pekalongan. Masih banyak inovasi dari Pemkot Pekalongan untuk mendongkrak angka literasi di kota ini.

Salah satunya melalui program-program di saluran pemerintah daerah, seperti di Lembaga Penyiaran Publik Lokal. Ya, walau bagaimana, LPPL di Kota Pekalongan masih berguna juga. Setahu saya, di Radio Kota Batik ada program yang berbau literasi. Programnya itu diberi nama Kojah Sastra.

Namun, itu sekali lagi, hanya bisa mendongkrak literasi di sektor angka. Belum pada praktiknya.

Tak ada minat membeli buku

Kendati demikian, saya curiga, jangan-jangan nggak ada yang keliru dari perhitungan IPLM di Kota Pekalongan. Mungkin benar angka literasi di Kota Pekalongan tinggi. Mungkin benar bahwa masyarakat kota ini sejatinya gemar membaca. Tapi boleh jadi membacanya bukan membaca buku saja.

Membaca media online termasuk membaca bukan? Membaca status istri orang di Facebook juga toh aktivitas membaca, benar begitu? Karena yang dibaca itu belum tentu buku, nggak heran apabila angka literasi di Kota Pekalongan sangat membahagiakan, walaupun bazar buku jarang sekali diadakan.

Sedikitnya minat membaca buku membuat para event organizer bazar buku itu pasti mikir beribu kali. Buat apa menggelar bazar buku di sebuah kota yang nggak berminat membaca buku? Kalau membaca buku saja tak berminat, apalagi membeli? Besar kemungkinan buku-bukunya sulit buat laku.

Coba ngana pikir, ada bazar buku saja, warganya justru lebih banyak mengerubuti pedagang jajanan. Walaupun kadang banyak juga sih yang menyemut di satu lapak pedagang buku. Tapi mereka itu kebanyakan hanya melihat-lihat. Yang beli? Tentu bisa dihitung jari.

Rasa iba yang muncul begitu saja

Setiap kali mengunjungi bazar buku, termasuk yang terakhir kali ada di Kota Pekalongan, saya selalu menaruh rasa iba melihat si penjaganya. Ia akan terpaku di tempat duduknya sembari menjaga mata, kalau-kalau ada yang mengutil buku. Akan tetapi, yang datang ke tempat duduknya untuk membayar buku yang dibeli nggak banyak.

Jangankan yang beli, yang mengutil buku saja saya yakin nggak ada. Pemandangan berbeda terlihat di pedagang Pop Ice dan harum manis. Setiap kali orang yang berhenti di sana, tipis kemungkinan batal membeli.

Entahlah. Krisis bazar buku di Kota Pekalongan sampai kapan akan tuntas. Pandemi saja sudah selesai, masa krisis bazar buku masih akan berlanjut? Mau sampai kapan? Sampai hari pembalasan?

Soal ini, saya sejuta persen mendukung Pemkot Pekalongan kalau mau ngadain bazar buku. Mau sekalian buat pencitraan gapapa deh.

Penulis: Muhammad Arsyad
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Monumen Perahu di Pekalongan: Simbol Siaga Hadapi Banjir?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Mei 2023 oleh

Tags: bazar bukuKota Pekalonganminat bacatingkat literasi
Muhammad Arsyad

Muhammad Arsyad

Warga Pekalongan. Bisa disapa lewat IG @moeharsyadd

ArtikelTerkait

Jokowi Perlu Pamerkan Daftar Bacaan Favorit seperti Barack Obama terminal mojok.co

Jokowi Perlu Pamerkan Daftar Bacaan Favorit seperti Barack Obama

31 Desember 2020
Batik Terkenal, Lingkungan Tercemar: Kisah Warga Pekalongan yang Mulai Berdamai dengan Pencemaran Lingkungan hari batik

Yang Terlupakan dari Peringatan Hari Batik di Kota Pekalongan

3 Oktober 2023
Aib Kota Pekalongan yang Sampai Sekarang Masih Menghantui (Unsplash)

Aib Kota Pekalongan yang Sampai Sekarang Masih Menghantui

13 Maret 2023
fiksi

Bacaan Kok Cuma Fiksi, Pasti Kerjaannya Mengkhayal Mulu!

2 Juli 2019
Dear Korban Bullying, Baca 3 Buku ini untuk Menemanimu Bangkit terminal mojok.co

Memang Dasar Minat Baca Rendah, Bedain Format PDF dan DOC Aja Nggak Bisa

6 September 2019
gerakan literasi

Gerakan Literasi Jangan Sebatas Gaya-Gayaan

21 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Betapa Merananya Warga Gresik Melihat Truk Kontainer Lalu Lalang Masuk Jalanan Perkotaan

Gresik Utara, Tempat Orang-orang Bermental Baja dan Skill Berkendara di Atas Rata-rata, sebab Tiap Hari Harus Lawan Truk Segede Optimus!

30 November 2025
5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

5 Hal yang Bikin Orang Solo Bangga tapi Orang Luar Nggak Ngerti Pentingnya

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.