Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

“Konser Untuk Republik” Itu Solusi Omong Kosong

Iqbal AR oleh Iqbal AR
2 Oktober 2019
A A
Album Baru Band Itu Pasti Mengecewakan, Nggak Usah Terlalu Berharap Makanya terminal mojok.co

Album Baru Band Itu Pasti Mengecewakan, Nggak Usah Terlalu Berharap Makanya terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Pemerintah agaknya mulai kehilangan akal akhir-akhir ini. Mulai dari carut marutnya DPR, baik yang lama mau pun yang baru dilantik, hingga pihak kepresidenan yang seperti nggak tahu mau berbuat apa. Belum lagi konflik Papua yang belum juga mereda, demonstasi terjadi di mana-mana, polisi yang bertindak semena-mena, ditambah lagi penangkapan aktivis yang sarat akan pembungkaman. Negara dalam keadaan kacau saat ini. Pemerintah tak kunjung memberi solusi. Sekalinya memberi solusi, malah berencana membuat konser musik.

Iya, sebuah konser musik. Beberapa hari lalu, para musisi mengunjungi (diundang?) ke Istana. Ada Sandy Pas Band, Godbless, Kikan, Sandhy Sandoro, John Paul Ivan, dan beberapa musisi lain Tujuan mereka adalah mengundang Presiden Jokowi untuk menghadiri “Konser Untuk Republik”, yang rencananya akan dihelat pada 18-20 Oktober 2019, di Bumi Perkemahan Buperta Cibubur, Jakarta Timur. Kabarnya, acara ini melibatkan lebih dari 60 musisi lintas genre, yang bisa disebut sebagai “musisi Istana”. Agaknya, mengundang Presiden untuk datang konser lebih mudah dari pada mengundang diskusi terbuka dengan mahasiswa.

Lilo KLa Project, sebagai penggagas acara tersebut mengatakan bahwa acara “Konser Untuk Republik” ini bertujuan untuk meredam perpecahan di masyarakat dan membuat masyarakat bersatu kembali. Acara ini juga dihelat tanpa adanya sponsor sama sekali. Lilo juga mengatakan bahwa mereka nggak mau acara ini ditunggangi oleh kepentingan pihak-pihak terkait. Ya iya lah katanya tanpa sponsor, lha wong disponsori langsung oleh Istana. Auto lancar ini mah.

Jujur, wacana tentang konser ini yang bertujuan meredam perpecahan atau apa lah itu tujuannya, menurut saya oke oke saja, tapi nggak solutif. Beneran, deh, nggak solutif! Lha gimana mau solutif, yang terjadi akhir-akhir ini apa, solusinya apa. Nggak nyambung gitu. Maksudnya, mbok ya cari solusi yang rasional, yang linier, yang konkret gitu. Misalnya untuk permasalahan konflik Papua, ya solusinya adalah menarik militer dari Papua, dan membuka akses jurnalis ke Papua. Itu baru solutif. Kalu untuk kekacauan yang terjadi belakangan ini, demo-demo dan sebagainya, ya tinggal penuhi tuntutan demonstran apa susahnya, sih? “Gitu aja kok repot” kalau kata Gus Dur.

Musisi Istana seperti mereka mah iya iya aja, yang penting manggung lancar. Lihat aja para ‘musisi istana’ ini. Saya sih yakin, mereka sudah terbeli daya kritisnya. Mulai dari PAS Band, Slank, hingga musisi metal yang nggak diduga akan bergabung dengan musisi Istana, yaitu Siksakubur. Entah apa yang mereka cari, gitu. Bukannya menyuarakan apa yang sedang terjadi di negeri ini, malah bergabung dengan penguasa. Nggak usah berdalih mau menyuarakan kegelisahan dari dalam, deh, nggak ada yang percaya. Memangnya sudah nggak dapat hormat ya di skena, kok sampai bergabung ke Istana?

Belum lagi ada wacana menggelikan, bahwa “Konser Untuk Republik” ini bisa dibilang sebagai Woodstock-nya Indonesia. Hey, Bung! Jangan coba-coba menyamakan festival sekelas Woodstock dengan acara “bikinan” pemerintah, dong. Coba deh, belajar lagi gimana Woodstock bisa ada, dan apa semangat yang melatarbelakanginya. Jangan asal menyamakan kalau “Konser Untuk Republik” ini sama dengan Woodstock. Semangat Woodstock itu semangat anti perang, anti oligarki. Yang jelas, Woodstock tidak “disponsori” oleh pemerintah, berbeda dengan “Konser Untuk Republik” ini. Toh Woodstock juga hanya sukses di gelaran pertama tahun 1969 saja. Selebihnya, ya biasa aja.

Khususnya ntuk para musisi Istana ini, agak aneh memang pola pikir mereka. Misalnya, ketika kawan musisi lainnya, Ananda Badudu ditangkap polisi, kok ya minim sekali dukungan untuk Ananda Badudu dari musisi kalangan mereka. Bukannya bersolidaritas, mereka malah berpakaian rapi memasuki Istana, bercengkrama ria, sedangkan Ananda Badudu, kawan sesama musisi sedang menghadapi ancaman represif dari aparat. Nggak ada perasaan memang.

Logika pemerintah dan para musisi Istana ini memang sudah nggak beres. Ketika negara sedang carut marut seperti ini, malah bikin konser musik. Nggak usah berdalih bahwa lewat konser musik ini, mereka akan menyuarakan kegelisahan-kegelisahan mereka dan menyuarakan isu-isu yang sedang terjadi. Nggak usah berdalih seperti itu. Paling juga nanti hanya akan ada lagu-lagu nasionalisme menye-menye, yang hanya lewat di telinga. Sudahlah, kita sudah cukup muak, selalu dibuat dengan “Garuda di Dadaku” dari NTRL, atau “Bendera” dari Cokelat. Kita sudah muak dengan ide-ide overproud nationalism yang bikin kita abai soal kondisi negeri ini. (*)

Baca Juga:

Nasihat Orang Kaya Memang Banyak yang Menyesatkan: Niatnya Terinspirasi, Malah Jadi Pusing Sendiri

Emmanuel Macron, Presiden Paling Nggak Ada Kerjaan di Dunia

BACA JUGA RUU PKS Adalah RUU yang Islami atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 2 Oktober 2019 oleh

Tags: aksi mahasiswakerusuhankonser untuk republikomong kosongPolitik Indonesiaruu kpkruu kuhp
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

pilkades

Pilkades Rasa Pilpres

4 Agustus 2019
hewan atau diam

Mau Mengkritik, Tetapi Takut Dianggap Anakan Hewan

28 Mei 2019
prabowo ziarah

Apa Salahnya Prabowo Ziarah Ke Makam Pak Harto?

31 Mei 2019
pak prabowo Menteri Kabinet Indonesia Maju

Pak Prabowo Foto Tanpa Pasangan: Ya Memangnya Kenapa?

25 Oktober 2019
RKUHP RUU KUHP

Bacaan bagi Penentang RUU KUHP: Seberapa Detail Kamu Membaca Draf RUU KUHP?

20 September 2019
kabut asap

Kalap Berkat Kabut Asap

19 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

Banyuwangi: Ditinggal Ngangeni, Ditunggui Bikin Sakit Hati

20 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri
  • Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier
  • Ironi Perayaan Hari Ibu di Tengah Bencana Aceh dan Sumatra, Perempuan Makin Terabaikan dan Tak Berdaya
  • Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu
  • Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel
  • Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.