Belakangan, netizen lagi rame-rame naikin topik soal Rachel Vennya yang kabur dari karantina setelah kepulangannya dari Amerika Serikat. Kemarahan ini menurut saya sangat wajar karena apa yang dilakukan Rachel itu merugikan banyak orang. Baik secara langsung untuk orang-orang yang berinteraksi dengan dia karena risiko tertular virus, maupun secara tidak langsung kepada orang-orang yang merasa diperlakukan tidak sama dengan Rachel.
Baca, deh, komen-komen postingan Buna, atau thread di Twitter soal dia. Pasti kamu akan menemukan orang-orang yang cerita kalau mereka habis pulang dari luar negeri dan pengin ketemu keluarganya, tapi nggak bisa langsung memenuhi kepinginannya itu. Aturan prokes yang begitu ketat ketika WNI masuk Indonesia bisa ditembus oleh Rachel. Kabar terakhirnya, sih, ada oknum TNI yang membantu meloloskannya.
Saya pikir, cuma itu yang nyebelin dari kejadian kaburnya Rachel Vennya ini. Ternyata nggak, ada juga yang nggak kalah nyebelin: pembelaan para penggemar Rachel Vennya yang pakai kalimat template. Tentu kita sering mendengar “Buna berhak bahagia” ini, kan?
Entah ada yang kasih komando (laiknya buzzer pemerintah) atau nggak, tapi mereka kompak ramai-ramai meng-counter kemarahan netizen pada Rachel dengan kalimat yang isinya biasanya gitu-gitu aja, apa pun dramanya. Bukan main memang sikap militan para fansnya ini.
Bukannya saya nggak paham kalau yang namanya fans memang sudah biasa melahirkan fanatisme yang bisa membunuh akal sehat. Kalau, toh, ini bukan sebuah penyimpangan pikir, setidaknya berpikirlah sedikit untuk kritis atas tindakan idola kalian. Namun, apa harus “counter argumennya” sejelek itu?
Kalau kalian ingin si buna cepat bahagia, seharusnya ajak buna kalian untuk meminta maaf atas tindakannya yang membahayakan kebahagiaan orang lain. Alih-alih bikin yang marah jadi tenang, yang ada justru makin marah karena counter argumennya nggak nyambung sama permasalahannya.
Memang apa hubungannya antara kemarahan publik atas kaburnya Rachel Vennya sama “Buna berhak bahagia” itu? Apa artinya orang nggak boleh marah sama Rachel yang kabur dari karantina karena kita harus mementingkan kebahagiaan dia? Lantaran si buna berhak bahagia, artinya dia boleh melakukan apa pun untuk menebus “bahagia”nya itu, termasuk melanggar protokol kesehatan yang membahayakan banyak orang?
Plis, lah, para fans-nya Rachel. Ketahuilah kalau kemarahan orang-orang terhadap kelakuan idola kalian ini sama sekali nggak ada keinginan untuk merusak kebahagiaan Rachel. Kemarahan mereka adalah reaksi spontan manusia, ketika mereka merasa diperlakukan tidak adil.
Kalau saja Rachel mau bersabar sebentar untuk karantina, orang juga nggak akan menumpahkan kemarahannya seperti yang terjadi sekarang, kok. Sialnya, narasi kalian terlalu berani mengatasnamakan demi “kebahagiaan” satu orang yang jelas-jelas melakukan kesalahan secara sadar.
Jika dengan lolosnya Rachel dari karantina sebagai bentuk hak untuk berbahagia. Izinkan mereka yang sampai saat ini masih berupaya patuh dengan prokes pemerintah menunjukkan kebahagiaannya dengan mempertanyakan sikap Rachel.
Saya kira itu akan menjadi impas untuk kedua belah pihak. Rachel bisa bisa merasakan mudahnya menembus benteng prokes karantina. Sementara mereka yang tidak terima atas privilese tersebut juga berhak bahagia atas ganjaran yang layak untuk diberikan kepada Rachel baik itu hujatan maupun hukuman penjara.
Kalau dipikir-pikir, enak juga hidup jadi idola, benar atau salah sudah ada penggemar yang siap jadi benteng pertahanan walaupun pembelaannya nggak nyambung juga.
Sumber Gambar: Akun Instagram Rachel Vennya