Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

KKN (Kuliah Kerja Nyumbang): Emang Masih Relevan?

Ulfa Setyaningtyas oleh Ulfa Setyaningtyas
10 Juni 2019
A A
kkn

kkn

Share on FacebookShare on Twitter

Hampir setiap perguruan tinggi memiliki sebuah program pengabdian masyarakat yang diwajibkan untuk mahasiswanya guna memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Umumnya melalui program yang disebut KKN (Kuliah Kerja Nyata)—KKN menjadi salah satu syarat wajib dalam perkuliahan. Belakangan ini, muncul banyak perdebatan mengenai relevansi program KKN di zaman milenial seperti sekarang ini.

Tidak sedikit mahasiswa yang menganggap bahwa KKN justru menjadi ajang ‘berbagi sumbangan’—bukan lagi pemberdayaan masyarakat seperti hakikat KKN yang sesungguhnya. Saya sendiri cukup merasakan ketidakselarasan prinsip yang ditanamkan kepada mahasiswa sewaktu pembekalan KKN dengan realita KKN di lapangan.

Pihak kampus selalu menanamkan prinsip bahwa sebagai seorang tenaga terdidik—dalam hal ini mahasiswa—harus mampu memberdayakan masyarakat dan jangan sampai masyarakat yang memberdayakan mahasiswa. Namun, realita di lapangan justru sebaliknya. Rasa-rasanya mahasiswa menjadi tameng sekaligus senjata kampus untuk mendeklarasikan nama baik dan kedermawanan mereka kepada masyarakat desa.

Ketika masyarakat ‘memeras’ mahasiswa dengan dalih pembangunan demi program ‘pengabdian masyarakat’, kampus sendiri tidak mampu berbuat banyak dan justru mendorong mahasiwa untuk memenuhinya tuntutan-tuntutan yang terkadang hampir tidak masuk akal. Padahal mahasiswa bukannya bank—untuk menghidupi diri sendiri saja harus memutar otak dengan keras.

Barangkali tidak semua kelompok KKN mengalami hal semacam ini—akan tetapi ‘pemberdayaan mahasiswa’ ini sudah berevolusi menjadi sebuah ‘budaya’ dalam program KKN. Kejadian-kejadian kurang mengenakkan sepanjang masa KKN—termasuk budaya pembangunan masyarakat dengan turut berkontribusi dalam segala macam pembangunan di desa—menyisakan pengalaman traumatis dan protes yang menggebu-gebu dalam darah para mahasiswanya. Hal ini membuat mahasiswa-mahasiswa ini mempertanyakan relevansi KKN.

Banyak dari mereka merasa diberdayakan dan dirugikan. Namun, apakah program KKN sudah tidak relevan lagi sampai dianggap perlu dihapuskan? Di luar semua itu, KKN bisa jadi menjadi sebuah harapan- bagi para jomblo untuk mencari calon jodoh atau kesempatan penjajakan pra komitmen. Mengapa saya sebut demikian?

Gini lo—saya percaya, bahwa Indonesia adalah sebuah negara yang sangat luas dan sangat heterogen, kita semua tahu soal itu. Pada dasarnya, banyak kelompok-kelompok masyarakat yang bahkan tak tersentuh oleh dunia kita. Pasti banyak di antara mahasiswa yang akan melawan dengan argumen mengenai pesatnya perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak ingin memahami dunia secara lebih terbuka dan berorientasi untuk maju—dalam perspektif kita. Nyatanya tidak semudah itu, wahai orang-orang yang berakal~

Ketahuilah, bahwa kesadaran tidak serta merta jatuh dari langit mirip ketiban hidayah yang entah datang dari mana lalu tiba-tiba saja seseorang itu dapat berubah seketika. Kita ambil contoh, KKN di daerah-daerah terpencil di luar Jawa. Meskipun akses teknologi menjangkau mereka, bukan berarti mereka akan langsung memahami hal tersebut. Pola pikir masyarakat tidak akan serta merta berubah hanya gara-gara sebuah teknologi baru yang bahkan mereka tidak mengerti apa guna dan keuntungannya bagi mereka.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

5 Hal yang Bikin Saya Kaget Waktu KKN di Madiun

Banyak dari masyarakat desa lebih memilih untuk menutup diri dari informasi yang tidak akan memberikan keuntungan bagi mereka, bahkan tidak mereka fahami. Kalau pun mereka menerima dengan baik perkembangan IPTEK tersebut, akankah mereka akan dapat mencerna informasi tersebut dengan mudah dan baik? Tentu tidak, sahabat-sahabatku yang berbahagia. Itu. Mario Teguh, 2019.

Di sinilah peran mahasiswa yang sesungguhnya, membawa perubahan walau sedikit, mendorong dan membantu membukakan jalan bagi mereka. Misalnya, sebuah desa dengan permasalaham rendahnya kualitas pendidikan dan tingginya angka pernikahan dini maupun perceraian, bisa dikatakan karena masyarakat tidak terlalu aware terhadap permasalahan pendidikan.

Dengan kehadiran sekelompok mahasiswa sebagai manifestasi dari generasi muda terdidik, hal ini bisa saja akan menjadi pendorong dan motivasi yang kuat bagi mereka. Kita bertugas membantu masyarakat dalam memahami dunia kita—dunia yang mungkin hilang dari mereka. Hanya dengan kehadiran KKN,  mahasiswa sebenarnya bisa sangat membantu mengubah pola pikir masyarakat melalui bukti konkret di depan mata mereka.

Barangkali perubahan itu tidak terlihat secara langsung di masyarakat, tapi bisa jadi tanpa kita sadari—kita mengubah pola pikir dan memberikan harapan bagi satu atau dua orang.

“Cuma satu atau dua orang? Ngapain!”

Meskipun hanya satu atau dua orang, kehidupan dan harapan selalu berharga bagi siapapun. Setiap orang bisa saja menerima informasi namun tidak setiap orang dapat memahaminya dengan baik.

Lagi pula banyak sekali pulau-pulau di Indonesia yang bahkan belum tersentuh internet. Apa yang kita harapkan? Mereka berjuang mencari informasi dengan motivasi murni dari diri mereka sendiri? Haduh, ini mah sama saja punya mobil tapi tidak bisa naik mobil. Belajar sendiri tanpa panduan atau pendamping dengan segala resiko di jalanan yang super padat? Oh, come on! Berapa orang dari sekian ribu orang yang akan melakukan itu? Toh, kita juga belum tentu. Pola pikirlah yang berkembang di masyarakat, bukannya hoax—karena hoax akan hilang setelah kebenaran yang lain muncul.

Pola pikir biasanya hampir menyatu dengan identitas seseorang, tidak akan mudah mengubahnya. Untuk itu, peran mahasiswa melalu program KKN ini bisa menjadi ‘harapan’ bagi sekelompok masyarakat atau setidaknya bagi kehidupan berharga satu atau dua orang. Tidak semua masyarakat adalah ‘penodong’, bisa jadi sebagian kecil di antaranya benar-benar perlu kita tolong.

Katanya, mahasiswa dilahirkan sebagai pembawa perubahan. Mari mengalihkan sedikit orientasimu dari mayoritas masyarakat ke masyarakat terbelakang yang bahkan tidak bisa kita lihat—minoritas—atau barangkali kita yang sengaja menutup mata akibat perspektif dangkal yang selalu kita gembar-gemborkan dengan sangat percaya diri.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: KKNKritik SosialKuliah Kerja NyataMahasiswa
Ulfa Setyaningtyas

Ulfa Setyaningtyas

ArtikelTerkait

Nggak Semua Orang Cocok Kuliah di Jurusan Rekam Medis, Kuliahnya Kaku dan Sering Dianaktirikan Mojok.co

Nggak Semua Orang Cocok Kuliah di Jurusan Rekam Medis, Kuliahnya Kaku dan Sering Dianaktirikan

4 Juni 2024
fakultas filsafat ugm lulusan sukses di segala bidang mojok.co

Mengapa Lulusan Fakultas Filsafat UGM Bisa Sukses Nyaris di Segala Bidang?

22 Juli 2020
jurnal ilmiah kemendikbud mojok

Kok Bisa Kemendikbud Nggak Masukin Situs Jurnal Ilmiah dalam Daftar?

1 November 2020
Tipe-tipe Manusia Ketika Mengerjakan Tugas Kelompok Berdasarkan Pemain MU terminal mojok.co

Tipe-tipe Manusia Ketika Mengerjakan Tugas Kelompok Berdasarkan Pemain MU

29 November 2020
Seandainya Upin Ipin Merantau ke Kediri: Kuliahnya di IAIN, Logatnya Peh-Biuh, dan Jadi Anak Senja Pantai Brantas

Seandainya Upin Ipin Merantau ke Kediri: Kuliahnya di IAIN, Logatnya Peh-Biuh, dan Jadi Anak Senja Pantai Brantas

7 Maret 2024
Derita Mahasiswa yang Masuk Jurusan Sastra Indonesia sebagai Pilihan Kedua, Selalu Dipandang Sebelah Mata Mojok.co

Derita Mahasiswa yang Masuk Jurusan Sastra Indonesia sebagai Pilihan Kedua, Selalu Dipandang Sebelah Mata

3 Mei 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025
5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang Mojok.co

5 Kuliner Madura selain Sate yang Layak Dikenal Lebih Banyak Orang

28 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.