Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Loker

Kita Harus Menerima Keberadaan Jamet sebagai Subkultur Buruh Lepas Indonesia

Dicky Setyawan oleh Dicky Setyawan
16 November 2020
A A
Kita Harus Menerima Keberadaan Jamet sebagai Subkultur Buruh Lepas Indonesia terminal mojok.co

Kita Harus Menerima Keberadaan Jamet sebagai Subkultur Buruh Lepas Indonesia terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jamet sendiri besar di kalangan anak muda serta kaum pekerja. Bisa dibilang, mereka subkultur yang tumbuh secara alami.

Dekade 1960-an di Inggris lahir dua subkultur anak muda yang membelah daratan Inggris yaitu Mods di daratan selatan dan Rockers di utara. Mods dan rockers kala itu memengaruhi gaya hidup, fashion, hingga musik. Mods atau modern identik dengan pakaian modis dan tunggangan skuter seperti vespa, serta menggemari genre musik ska, soul, dan beat. Sebaliknya rockers identik dengan jaket kulit, celana jeans, dan sepatu boot. Soal musik rockers dipengaruhi musik-musik rock n roll pada masanya, soal pilihan motor berbeda dengan mods yang memilih skuter, rockers memilih tunggangan gahar atau bisa disebut motor lanang (laki).

Kedua subkultur ini lahir dari latar belakang yang sama, yaitu kaum pekerja. Kaum pekerja memang erat kaitanya dalam melahirkan sebuah gaya hidup. Meski dulu sering berseteru, keduanya sama-sama mewarnai kehidupan kawula muda di Inggris hingga menjamur menjadi gaya hidup populer di dunia, tak terkecuali Indonesia. Keduanya selalu dipandang keren, meski lahir dari kelas pekerja, para artis pun tak sungkan mengadopsi style kedua subkultur ini.

Jika kita membicarakan masalah yang sama di daratan yang berbeda, yaitu di Indonesia, sebenarnya subkultur yang lahir secara alami itu ada pada jamet. Jamet sendiri besar di kalangan anak muda serta kaum pekerja, bedanya kaum pekerja di sini kebanyakan adalah buruh lepas alias kuli.

Istilah jamet lahir dari akronim “Jawa metal” atau “jajal metal” yang dulu identik untuk menyebut mas-mas berambut gondrong ala metal tapi sejatinya tidak menyukai musik metal. Atau dalam istilah Jawa dikenal pula dengan “gondes”. Pada perkembangannya, pemaknaan jamet dan gondes ini meluas dari sekadar gondrong apalagi mengarah ke satu suku tertentu seperti ” Jawa”. Hingga akhirnya lebih spesifik untuk menyebut suatu kaum yang kebanyakan memiliki latar belakang pekerjaan sebagai buruh lepas atau kuli dengan selera pakaian hingga musik tertentu.

Misalnya untuk musik, sama halnya dengan mods dan rockers yang identik dengan musik tertentu. Jamet sendiri menyukai beragam aliran, seperti misalnya dangdut koplo hingga musik-musik remix ngoplo seperti Dindin Badindin yang populer di jagat maya belakangan ini. Walau memiliki selera musik yang cenderung sama, tapi cenderung berbeda di beberapa daerah, karena mereka biasanya berkiblat pada musik-musik lokal.

Kemudian soal pilihan tunggangan, mereka selalu identik dengan motor-motor thai look. Alias motor modif dengan aksesori warna-warni, ban cacing, hingga knalpot brong cenderung mengarah ke motor-motor drag race. Secara spesifik, motor-motor seperti Kawasaki Ninja R hingga Suzuki Satria F adalah motor yang identik dengan mereka. Namun, kedua motor tersebut lebih cenderung pada motor idaman jamet, karena pada realitanya motor-motor bebek hingga matic pun tak masalah. Kadang malah dijadikan tolok ukur kesuksesan, “Kalau kerja, pulang harus bawa Ninja.”

Soal pakaian, mereka identik dengan celana jeans ketat, lalu kaos oversize, dan kadang identik dengan hoodie atau jaket denim, tergantung gelombang apa yang sedang tren. Aksesori pun beragam, kadang identik dengan topi trucker dan semacamnya. Perihal gaya rambut juga bervariasi dari rambut ala emo nan amat lurus hingga rambut dengan beragam warna.

Baca Juga:

5 Pekerjaan yang Bertebaran di Indonesia, tapi Sulit Ditemukan di Turki

Pengalaman Melepas Penat dengan Camping ala Warlok Queensland Australia

Untuk kegiatan massa, selain memadati beragam gigs musik sesuai selera di atas, mereka juga sering melakukan acara seperti kopdar. Malam minggu adalah waktu yang menjadikan jalanan kota sering kali ramai dengan keberadaan mereka. Pinggiran jalan adalah lahan yang sering mereka kuasai.

Suka atau tidak, perlahan kita harus mengakui eksistensi jamet di Indonesia sebagai subkultur yang lahir dengan sendirinya sebagai gaya hidup kaum buruh lepas. Sayangnya, keberadaan jamet sering dianggap sebagai kaum terbelakang, media sosial adalah lahan empuk untuk menjadikan jamet sebagai bahan bullyan. Dan mungkin beberapa jamet pun enggan mengakui bahwa dirinya menganut paham jamet, karena sering dianggap sebagai kaum terbelakang. Walau sejatinya, starter pack mereka juga serupa.

Lantaran sejatinya kita tidak bisa memaksakan selera, mereka akan keren versi standarisasi mereka, pun sebaliknya. Ada baiknya sampaikan kritik secara objektif bukan berdasar suka atau tidak suka, seperti suara knalpot brong yang mengganggu ketika memasuki pemukiman, atau pilihan mereka yang sering memilih membeli barang tiruan.

Mereka hanya ingin bebas berekspresi, seperti kata salah satu pentolannya di video Klarifikasi Jamet yang menjawab bullyan warganet. Video klarifikasi tersebut juga bisa jadi awal dari jamet yang tidak perlu malu mengatakan dirinya sebagai jamet.

BACA JUGA Mengupas Video Jamet yang Sarat akan Kritik Budaya dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Oktober 2021 oleh

Tags: BuruhIndonesiajamet
Dicky Setyawan

Dicky Setyawan

Pemuda asal Boyolali. Suka menulis dan suka teh kampul.

ArtikelTerkait

Kekuatan Paspor Malaysia Bikin Iri Pemegang Paspor Indonesia yang “Memble” Mojok.co

Kekuatan Paspor Malaysia Bikin Iri Pemegang Paspor Indonesia yang “Memble”

15 Maret 2025
Prabowo capres Indonesia

Prabowo Masih Belum Bosan Nyapres dan Kita Jangan Pernah Bosan Mendukungnya

25 Oktober 2021
nama paraban profesor snape kebapakan bapak-bapak indonesia mojok

Profesor Snape Adalah Gambaran Nyata Tipikal Bapak-bapak Indonesia

1 November 2020
pendukung khilafah

Mbak-Mbak Pendukung Khilafah Bilang Umat Islam 96 Tahun Tertindas: Ah, Masyaaa?

5 Maret 2020
Arab Saudi, Kiblat Baru Industri Kopi Dunia

Arab Saudi, Kiblat Baru Industri Kopi Dunia

2 November 2023
Statistik Gempa Bumi di Indonesia yang Jarang Orang Ketahui terminal mojok

Statistik Gempa Bumi di Indonesia yang Jarang Orang Ketahui

15 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.