Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Kisah Kalasan: Desa Suci, Mantan Kabupaten, Wahyu Kraton, dan Kini Jadi Jaminan Ayam Goreng yang Enak

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
21 April 2025
A A
Kecamatan Kalasan Memang Nanggung, Terlalu Cupu untuk Jogja, tapi Terlalu Modern untuk Klaten  

Kecamatan Kalasan Memang Nanggung, Terlalu Cupu untuk Jogja, tapi Terlalu Modern untuk Klaten (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kini ia dikenal sebagai jenis ayam goreng dengan kremesan. Atau sebagai jalur provinsi pintu masuk menuju Jogja. Hanya sedikit yang ingat puluhan, dan mungkin, ratusan candi di wilayahnya. Banyak yang tidak tahu kalau kecamatan ini adalah ruang historis yang vital. Ia, yang aku maksud, adalah Kapanewon Kalasan.

Kalasan mungkin akan dikenang sebagai sentra kemacetan tiap libur panjang. Namun rekam sejarah gemerlap baginya. Seperti vajralepa yang membalut Candi Kalasan tempat Dewi Tara dipuja. Namanya setua peradaban Mataram Kuno. Bahkan tercatat dalam prasasti bertarikh 700 Saka.

Dari anugerah pada Sangha, menjadi bagian Nagaragung Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Lalu kini menjadi tempat Anda minum dawet dan makan siang sebelum mengagumi warisan budaya. Kalasan tidak pernah biasa saja. Dulu ia menopang spiritual, dan kini menopang ekonomi Jogja.

Mari kita kembali ke masa lalu. Menelisik desa suci yang nantinya melahirkan ayam goreng kremes terenak. Pemberhentian pertama: Kalaça.

Desa Suci bernama Kalaça

Anda berdiri di hadapan candi megah yang gemerlap. Berwarna putih kekuningan yang kemilau memantulkan cahaya. Ialah Candi Kalibening, candi megah yang bermandikan Vajralepa, plester “berlian” yang berharga.

Mungkin Anda asing dengan nama Kalibening. Maklum, kita lebih mengenalnya sebagai Candi Kalasan. Kehadiran candi ini selaras dengan Prasasti Kalasan dari 778 Masehi. Secara eksplisit, prasasti ini menjelaskan bahwa “Desa bernama Kalaça/Kalasa dianugrahkan untuk Sangha (komunitas biara Buddha).

Dalam prasasti ini, tercatat juga perihal permohonan proyek. Para guru dan pendeta dari Wangsa Syailendra ingin mendirikan Tarabhavanam atau “Kediaman Tara.”

Penganugerahan ini membuat Desa Kalasa bebas pajak atau upeti. Ekonomi desa difokuskan untuk urusan keagamaan. Termasuk memelihara candi indah yang berkilau tadi. Nama Kalasan sendiri diduga adalah evolusi dari Kalaça yang jadi cikal bakalnya.

Baca Juga:

Jogja Sangat Layak Dinobatkan sebagai Ibu Kota Ayam Goreng Indonesia!

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

Bagaimana dengan Kalibening? Nama ini disebut dalam berbagai catatan dan penelitian abad ke-19. Merujuk pada situs yang lebih dikenal sebagai Candi Kalasan, nama Kalibening sendiri masih diabadikan sebagai salah satu padukuhan di Tirtomartani, Kalasan. Tirtomartani sendiri air yang mengaliri tempat kehidupan. Sejalan dengan dusun “sungai yang bening” di desa yang suci.

Penghubung dua Kerajaan Mataram

Kini kita beralih ke masa berikutnya. Ketika dua monarki menandatangi pemisahan wilayah kekuasaan. Dua pohon beringin preh menaungi perjanjian yang memecah Kerajaan Mataram Islam menjadi dua kerajaan baru. Sekarang, kita berada di masa Perjanjian Giyanti.

Kalasan sebagai bagian Kerajaan Mataram (kuno dan Islam) turut diperhitungkan. Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat mendapat separuh wilayah Mataram. Termasuk wilayah inti yaitu Mataram itu sendiri, Pajang, Sukawati, Bagelen, Kedu, dan Bumi Gedhe.

Ada beberapa penelitian yang menyorot Kali Opak sebagai patokan kasar batas wilayah. Namun juga melihat lokasi, Kalasan dan Kali Opak adalah bagian dari Negaragung. Yaitu wilayah inti di sekeliling ibu kota. Maka Kalasan secara otomatis menjadi bagian dari Kasultanan Yogyakarta. Meskipun banyak yang berpendapat bahwa Kalasan pernah menjadi bagian Mancanegara Kasunanan Surakarta, namun tidak ada bukti otentik yang mendukung.

Dalam masa ini, wilayah Kalasan masih menyimpan kesucian. Juga memegang pengaruh penting pada perjalanan monarki Jawa. Dipercaya bahwa turunnya wahyu keraton berlokasi di Desa Sambiroto. Ritual Bathok Bolu menjadi salah satu upacara sakral yang, sekali lagi, melibatkan air suci. Selaras dengan Kalasan yang dekat dengan air dan spiritual. Bathok Bolu juga merujuk pada kerajaan gaib di lokasi yang sama. Makin menegaskan peran Kalasan sebagai pusat spiritual dari masa-ke masa.

Kalasan, kabupaten yang turun kelas

Era kolonial mempertegas posisi wilayah spiritual ini. Pada awal abad ke-10, wilayah Yogyakarta (administratif) mencakup distrik Kota, Kalasan, Sleman, dan Mlati. Pada Rijksblad Kasultanan Yogyakarta No. 11, Kalasan berdiri sebagai Kabupaten tersendiri, mencakup area timur Ibu Kota Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Posisi Kabupaten ini masih dipertahankan sampai era Sultan HB IX. Melalui Rijkblad Van Yogyakarta No. 13 1940, status daerah ini sudah bukan kabupaten lagi. Wilayahnya dilebur dalam Kabupaten Sleman dan Bantul. Pada akhirnya, integrasi Kasultanan Yogyakarta ke dalam Republik Indonesia menyempurnakan status Kalasan.

Eks kabupaten ini kini turun kelas menjadi kecamatan. Wilayahnya lebih sempit dan menjadi bagian dari Kabupaten Sleman. Meskipun demikian, Kalasan tetap menjadi zona transisi secara kultural. Ia menjadi batas yang merangkum budaya warisan Mataram Kuna.

Dari hamparan candi sampai ayam goreng, Kalasan ada di segala sendi kehidupan

Waktunya kita kembali ke masa kini, ketika daerah ini menjadi jalur penghubung DIY dan Jawa Tengah. Meskipun wajah “desa suci” sudah berganti, hamparan candi masih menjadi bukti otentik. Konsentrasi situs warisan Mataram Kuna ini menunjukkan Kalasan yang jadi titik tolak penting penyebaran dan patronase Buddhisme di Jawa.

Kalasan juga menjadi bagian dalam sejarah peradaban yang lebih modern. Baik pasca Giyanti, Hindia Belanda, sampai Republik Indonesia. Daerah ini tidak hanya menjadi pusat spiritual, tapi juga wilayah yang penih cerita.

Seperti enggan berhenti, Kalasan tetap moncer dengan jalur lain. Salah satunya jalur kuliner. Ayam Goreng Kalasan kini dikenal sebagai salah satu olahan ayam paling lezat. Namanya seperti jadi jaminan kualitas kuliner ayam goreng kremes.

Kini kita melihat candi-candi yang bertaburan. Lengkap dengan kesakralan yang terkonsentrasi dalam satu kecamatan. Dari setiap potongan ayam kremes yang disantap, Kalasan akan selalu ada. Dalam roh, prasasti, buku sejarah, sampai piring makan Anda.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kecamatan Kalasan Memang Nanggung, Terlalu Cupu untuk Jogja, tapi Terlalu Modern untuk Klaten 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 21 April 2025 oleh

Tags: diyJogjaKalasankapanewon kalasanklaten
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Kapolda DIY Benar, Fight Club Memang Bukan Solusi Pemberantasan Klitih di Jogja

Kapolda DIY Benar, Fight Club Memang Bukan Solusi Pemberantasan Klitih di Jogja

20 Agustus 2024
Pengalaman Nonton Film di Studio VIP Cinepolis Jogja, Selama Nonton Berasa Sultan

Pengalaman Saya Nonton Film di Studio VIP Cinepolis Jogja, Selama Nonton Berasa Sultan

1 Agustus 2024
Nggak Ada Perubahan dari Dulu, Sampai Kapan Saya Harus Memaafkan Kekurangan Jalan Bugisan Selatan Jogja?

Nggak Ada Perubahan dari Dulu, Sampai Kapan Saya Harus Memaafkan Kekurangan Jalan Bugisan Selatan Jogja?

28 Januari 2025
7 Alasan Bakso Malang Gagal Menjadi Primadona di Jogja

7 Alasan Bakso Malang Gagal Menjadi Primadona di Jogja

5 Agustus 2025
Melintas di Jalan KH Wahid Hasyim Jogja, Pilihan Cocok bagi Pengendara yang Mau Membakar Kalori dan Melatih Kesabaran

Melintas di Jalan KH Wahid Hasyim Jogja, Pilihan Tepat bagi Pengendara yang Mau Membakar Kalori Sekaligus Melatih Kesabaran

13 Agustus 2024
Gudeg Sagan Gudeg Jogja yang Ramah bagi Lidah Wisatawan (Unsplash)

Gudeg Sagan: Gudeg Jogja yang Ramah bagi Lidah Wisatawan

4 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.