Nggak mau kena macet? Rebahan aja di kamar! Sering dengar kalimat demikian? Selamat, berarti Anda punya teman dengan standar lelucon menengah ke bawah. Dan saya pastikan tidak akan menggunakan joke tersebut dalam artikel lantaran ada yang harus kita hadapi dan lawan: macet di Jogja.
Jangan bayangkan Jogja seperti dalam FTV yang penuh sepeda dan becak. Jogja itu lebih mirip Jakarta versi semrawut. Kemacetan daerah istimewa ini adalah perpaduan antara kuantitas kendaraan, mental saling serobot, dan jalanan yang terlampau kecil dan rusak. Perpaduan nggatheli ini disempurnakan dengan lampu merah yang kelewatan lamanya.
Lantas, gimana cara kita melawan kemacetan ini selain rebahan? Berikut saya bagikan kiat saya pribadi selama hidup di Jogja. Memang sih saya sendiri juga sering terjebak macet. Tapi setidaknya dengan kiat-kiat ini, potensi saya misuh-misuh di tengah kemacetan lebih kecil.
#1 Jangan percaya Google Maps
JANGAN PERCAYA GOOGLE MAPS KETIKA BERADA DI JOGJA! Bukan karena ketidakakuratannya, tapi karena saran jalan yang diberikan. Google Maps akan memilih jalur paling umum dilalui serta paling dekat. Sayangnya, jalur ini juga dipilih ribuan pemotor lain. Meskipun Google menandai dengan warna merah untuk area macet, sering kali rekomendasi jalur yang diberikan melewati zona tersebut.
Saran saya sih mending buat jalur sendiri di Google Maps. Toh manusia diciptakan dengan akal untuk membuat pertimbangan. Jangan sampai kita berserah pada Google dan menyekutukan Tuhan dengan mbak-mbak yang bilang, “100 meter lagi belok kanan.”
Nah untuk ini, Anda perlu pengetahuan tentang zona macet di Jogja. Tenang, akan saya bahas nanti.
#2 Pilih jam dan hari pergi di luar jam ramai
Ini teknik paling umum di berbagai daerah, tapi tetap ingin saya sampaikan karena penting untuk menghadapi Jogja. Sama dengan daerah lain, Jogja juga punya jam macet yang cenderung sama setiap harinya.
Fyi, waktu macet Jogja adalah pukul 07.00-09.00 WIB, dilanjut pukul 12.00-14.00 WIB, dan pukul 17.00-19.00 WIB, kecuali hari libur ketika pukul 19.00-21.00 juga ramai. Nah, pastikan Anda bepergian di luar jam itu. Eh, tapi jangan pergi pukul 03.00 WIB juga, nanti Anda disabet parang pelaku klitih!
Lantas, gimana kalau tetap harus pergi di jam ramai, terutama jika harus berangkat dan pulang kerja? Pilihannya adalah memetakan zona macet.
#3 Hindari zona macet
Zona macet di Jogja tidak melulu di pusat kota. Kemacetan ini bisa terjadi di mana saja karena ukuran jalan yang menyedihkan. Sebenarnya saya ingin bilang semua jalan di Jogja itu macet, tapi ini tidak akan menjawab masalah Anda, kan? Maka saya akan pilihkan beberapa jalan yang bisa Anda hindari, terutama di area dalam Ring Road.
Pusat kota jelas pusat keramaian, disusul area Ngabean, Gondomanan, Tamansiswa, Jalan Parangtritis, area UGM-UNY-Sanata Dharma, Sagan, Jalan Jogja-Solo terutama Ambarrukmo Plaza, SCBD (Seturan, Condongcatur, Babarsari, Demangan). Area Jetis, Jalan Kaliurang bawah, dan Jalan Magelang juga sering ramai, namun ketiga jalan ini cenderung lebih manusiawi macetnya karena lebar jalan yang lumayan.
Masalahnya, banyak tujuan yang berada di area macet ini. Dari sekadar kafe, tempat kuliah, sampai rumah sakit dan kantor pemerintahan. Kalau terpaksa harus mengunjungi daerah macet ini, apa solusinya?
#4 Lebih baik menempuh jarak lebih jauh
Ini adalah solusi terbaik dari yang terburuk. Percayalah, jarak tempuh lebih jauh sering jadi jalan tercepat. Manfaatkan jalan utama seperti Ring Road atau jalan kecil yang cenderung melingkar dari tujuan. Kalau saya sih suka mencari jalan memutar asal bisa menghindari zona macet tadi.
Formulanya, usahakan hanya melalui satu sampai dua zona macet di Jogja. Misalnya mau ke area Condongcatur. Daripada saya lewat tengah kota, saya sering memilih jalan melingkar melalui Ring Road. Terbukti bisa menghemat 10-15 menit waktu perjalanan. Atau kalau mau masuk area Seturan, saya usahakan lewat dari sisi utara. Kata orang Jawa, “Ngalang sithik rapopo timbang resiko.”
Nah, kalau Anda tinggal di titik macet dan akan menuju titik macet lain, sering kali jalur memutar susah diakses. Kadang pilihan terbaik hanyalah berpasrah. Opsi jalan tikus sering menambah keruwetan daripada melintas jalan macet.
#5 Jangan lewat jalan tikus kecuali yakin
Opsi jalan tikus sering menjadi pilihan, tapi pilihan ini sering menjadi jebakan. Memang jalan utama di Jogja tidak semrawut seperti Solo (no hard feeling, ya). Tapi, jalan kampung dan jalan tembusan di Jogja seperti labirin, penuh persimpangan seperti hubungan nom-noman bucin.
Selain ruwet, kondisi jalan di area jalur tikus memang menyebalkan. Barisan polisi tidur sampai bocil kematian menyeberang tanpa tolah-toleh adalah tantangan sendiri. Memang terlihat lebih lengang dan jarak lebih pendek, tapi apa artinya kalau Anda hanya bisa memacu mesin 10 km/jam?
Kalau memang yakin dan memahami jalur tikus tersebut, ya silakan saja. Tapi jika Anda masih asing dan ingin coba-coba, mending lakukan saat sedang tidak terburu-buru. Minimal bisa melakukan pemetaan jalan yang Anda lalui setiap hari.
#6 Jika tidak mendesak, jangan pakai mobil
Tidak usah rewel! Tidak usah manja! Kalau memang tidak mendesak, jangan pakai mobil di Jogja! Jalan di Jogja terlalu sempit untuk menampung seluruh mobil yang dimiliki masyarakat. Kecuali Anda bersama keluarga, membawa barang, atau sakit saraf kejepit, ya sudah ndak apa-apa bawa mobil.
Kondisi terpaksa pun tidak berarti Anda bebas dari macet di Jogja. Ya mau gimana lagi, memang Jogja tidak pernah siap menjadi kota yang ramai. Tapi, jika memang tidak terpaksa, motor adalah jawaban paling masuk akal. Tinggal sat set sat set, Anda akan melaju lancar.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Titik Kemacetan di Jogja yang Harus Dihindari biar Nggak Stres di Jalan.