Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Ki Ageng Suryomentaram: Pangeran Jogja yang Melawan Belanda Bersama Rakyat Jelata dan Meninggalkan Gemerlap Dunia Kekuasaan

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
20 Juli 2024
A A
Ki Ageng Suryomentaram: Pangeran Jogja yang Melawan Belanda Bersama Rakyat Jelata dan Meninggalkan Gemerlap Dunia Kekuasaan

Ki Ageng Suryomentaram: Pangeran Jogja yang Melawan Belanda Bersama Rakyat Jelata dan Meninggalkan Gemerlap Dunia Kekuasaan

Share on FacebookShare on Twitter

Sebuah foto tua menarik perhatian saya. Dalam foto itu, ada seorang sepuh yang duduk di sofa mewah. Penampilannya kelewat biasa saja. Badan kurusnya berbalut kaos putih dan celana pendek. Secarik sarung mengalungi lehernya. Kontras dengan sosok di sampingnya yang lebih glamor. Dengan setelan jas dan peci hitam yang khas. Foto itu adalah dokumentasi pertemuan Ki Ageng Suryomentaram dan Bung Karno.

Sosok Ki Ageng Suryomentaram memang tidak senada dengan gelarnya. Bangsawan ini terlihat seperti figuran film yang berlatar pedesaan. Tapi penampilan sederhana blio selaras dengan filsafat yang diciptakannya. Hidup yang lepas merdeka tanpa tekanan apapun. Kawruh Begjo, itulah filsafat yang membuatnya dijuluki “Plato dari Jawa.”

Tidak hanya melahirkan pemikiran hebat, Ki Ageng Suryomentaram juga melawan. Bersama rakyat jelata, blio angkat senjata melawan Belanda. Bahkan muncul klaim bahwa blio yang menciptakan PETA (Pembela Tanah Air). Sebuah klaim besar yang membuat foto yang saya maksud tadi wajar.

Siapa sebenarnya Ki Ageng Suryomentaram? Kenapa namanya kelewat sepi ketika punya karya kelewat besar? Kenapa pula sosok pangeran Jogja ini tidak terlihat seperti bangsawan?

Putra Sultan yang patah hati

Bendara Pangeran Harya (BPH) Suryomentaram adalah anak ke-55 Sri Sultan HB VII. Anda tidak salah baca, blio memang punya 79 saudara. Masa kecil blio dihabiskan di dalam Kraton Yogyakarta. Tentunya dengan segala kenikmatan yang hanya dimiliki putra raja. Namun kenikmatan ini tak membuatnya puas.

BPH Suryomentaram menghabiskan waktunya untuk belajar dan semedi. Berusaha menemukan jawaban dari ketidakpuasannya. Blio juga minggat dari kraton untuk jadi rakyat biasa. Suryomentaram kabur ke Cilacap menjadi pedagang batik.

Kaburnya blio membuat Sultan tidak berkenan. Sultan memerintahkan pencarian dan menjemput Suryomentaram untuk pulang ke Kraton. Perburuan membuahkan hasil, blio ditemukan di daerah Kroya saat sedang menggali sumur. Terpaksalah Suryomentaram pulang ke Kraton.

Kembalinya ke kraton tetap belum memuaskan hati Suryomentaram. Blio memilih untuk menjual seluruh hartanya dan hidup menggelandang. Konon, saat Sultan HB VII wafat, blio melayat dengan penampilan seperti gelandangan. Pada fase ini, Suryomentaram dipandang sebagai pangeran edan atau gila.

Baca Juga:

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Akhirnya Suryomentaram mencoba sekali lagi untuk melepas gelar kebangsawanannya. Apalagi semenjak kakeknya dipecat dan istrinya meninggal. Permohonan ini akhirnya dikabulkan. Gelar BPH gugur, berganti dengan Ki Ageng Suryomentaram. Blio memilih menjadi petani dan tinggal di Bringin, Salatiga.

Keputusan ini tidak hanya melahirkan Ki Ageng Suryomentaram yang mantan pangeran. Namun juga melahirkan seorang filsuf yang dijuluki “Plato dari Jawa.” Selama 40 tahun, blio mengolah rasa dan menciptakan formulasi falsafah hidup: Kawruh Begja.

Plato dari Jawa yang bahagia

Seumur hidup Ki Ageng Suryomentaram berjuang membebaskan diri dari segala kekecewaan dan depresi. Kristalisasi pemikiran Suryomentaram dikenal sebagai Kawruh Jiwo atau Ilmu Jiwa. Beberapa sumber menyebut sebagai Kawruh Begja atau ilmu kebahagiaan/keberuntungan.

Saya tidak akan mencoba meringkas Kawruh Begja dalam artikel ini. Jangankan satu artikel, satu buku pun tidak akan cukup. Silahkan tanya Mas Irfan Afifi. Budayawan dan sejarawan ini saja harus membaca banyak manuskrip untuk memahami Kawruh Begja.

Tapi saya mencoba memberi gambaran tentang Kawruh Begja. Ilmu ini ini berfokus pada memahami diri dan keinginan manusia. Ki Ageng Suryomentaram menyatakan keinginan manusia sifatnya mulur-mengkeret. Alias selalu mengembang dan menyusut. Dengan memahami keinginan ini, manusia bisa memahami kebahagiaannya.

Bahagia dan duka akan selalu bergantian datangnya. Setelah bahagia, pasti akan ada duka. Setelah duka, pasti akan ada bahagia. Maka manusia tidak perlu terjebak dalam satu fase saja. Namun memahami dinamika ini. Dengan memahami dinamika ini, maka kebahagiaan lebih mudah terwujud dalam diri manusia. Tidak kelewat besar dan kecil.

Untuk mencapai titik kebahagiaan ini, Ki Ageng Suryomentaram memberikan Nemsa atau 6-sa: sakepenake; sabutuhe; saperlune; sacukupe; samesthine, dan; sabenere. Memahami Nemsa ini menjadi jembatan seseorang terlepas dari belenggu duka dan bahagia yang berlebihan. Menjadi merdeka untuk hidup.

Kira-kira, inilah secuplik Kawruh Begja yang baru seujung kuku. Bukan hiperbola, tapi memang ilmu satu ini sangat luas. Bapak saya yang sudah mendalami Kawruh Begja sejak muda merasa belum sempurna memahami ilmu ini.

Ki Ageng Suryomentaram, pejuang kemerdekaan yang dekat dengan rakyat

Perjuangan Ki Ageng Suryomentaram tidak hanya melawan dirinya sendiri. Tapi juga melawan agresi Belanda di Indonesia. Bahkan muncul klaim bahwa Ki Ageng Suryomentaram menjadi otak di balik berdirinya Tentara PETA.

Klaim ini masih diperdebatkan. Menurut sejarah resmi, PETA digagas oleh Gatot Mangkupraja. Salah satu karya blio berjudul “Jimat Perang” dipandang belum cukup membuktikan dirinya sebagai penggagas PETA. Tapi bukan berarti Ki Ageng Suryomentaram tidak ikut berjuang melawan Belanda.

Pada masa 1947 sampai 1949, Suryomentaram menjadi pemimpin dari Pasukan Rakyat Jelata. Sebuah organ militer akar rumput yang aktif melawan agresi militer Belanda. Kiprahnya dikenal luas di Kota Jogja. Ketika Suryomentaram harus mengungsi ke Gunungkidul, ia tetap membakar semangat para gerilyawan.

Setiap malam Jumat, Suryomentaram mengunjungi Makam Raja-Raja Imogiri. Bersila di Bangsal Suwargan, blio memberi wejangan tentang kondisi bangsa. Para gerilyawan dan simpatisan duduk melingkar mendengar wejangan sang filsuf kere ini.

Bung Karno meminta wejangan pada Ki Ageng Suryomentaram

Tidak hanya para gerilyawan dan rakyat jelata yang haus wejangan dari Suryomentaram. Presiden pertama Indonesia juga butuh buah pikirnya. Pada 1957, Bung Karno mengundang Suryomentaram ke istana negara. Agar bisa mendengar langsung pandangan sang filsuf tentang permasalahan negara yang masih sangat belia ini.

Tidak ada rekaman pasti tentang apa yang mereka bicarakan. Tidak ada juga dokumen yang mencatat diskusi mereka. Hanya ada satu foto tua yang saya bahas di awal artikel. Sebuah gambaran kontras namun menunjukkan sikap Ki Ageng Suryomentaram. Di manapun ia berada, ia tetap merdeka. Tidak terjebak kepalsuan busana megah ataupun sikap sok hebat.

Ki Ageng Suryomentaram meninggal di Jogja pada 18 Maret 1962. Jenazahnya disemayamkan di Makam Keluarga Cepokosari, Pleret, Bantul. Makamnya telah didirikan nisan elegan dan bercungkup. Nisannya tidak berlebihan. Tidak juga mencatat perjalanan dan buah karyanya.

Sosok Ki Ageng Suryomentaram tidak pernah semegah ayahnya. Tidak pula setenar bapak bangsa dan juga pemikir lain. Tapi saya yakin Ki Ageng Suryomentaram tidak ambil pusing. Tidak masalah jika dirinya dilupakan sejarah. Tidak masalah jika namanya hanya dibicarakan segelintir orang yang sedang mempelajari sejarah. Suryomentaram telah terbebas dari keinginan itu. Tanpa dikenang, ia telah merdeka seutuhnya.

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Belajar Menjadi Manusia Merdeka dari Ki Ageng Suryomentaram

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 20 Juli 2024 oleh

Tags: filsafatirfan afifiJogjakeluarga sultanKi Ageng Suryomentarampangeran jogja
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Akui Saja, Batu Lebih Menarik Menjadi Destinasi Study Tour Ketimbang Jogja dan Bali Mojok.co

Sebagai Warga Lokal, Saya Setuju Study Tour ke Batu Malang Lebih Menyenangkan karena Study Tour ke Jogja dan Bali Sangat Membosankan

8 Mei 2025
Pleret Bantul, Daerah yang Paling Masuk Akal untuk Ditinggali di Jogja. Tanahnya Nggak Mahal Banget, Dekat Kota Jogja, Plus Aman dari Klitih!

Pleret Bantul, Daerah yang Paling Masuk Akal untuk Ditinggali di Jogja. Tanahnya Nggak Mahal Banget, Dekat Kota Jogja, Plus Aman dari Klitih!

24 November 2023
Bukan UGM Atau UNY, UIN Sunan Kalijaga Adalah Kampus Paling Unggul di Jogja

Bukan UGM Atau UNY, UIN Sunan Kalijaga Adalah Kampus Paling Unggul di Jogja

12 Maret 2024
Kemacetan Jalan Pintas Monjali ke Jalan Palagan Sleman, Bukti Nyata Jogja Salah Urus

Kemacetan Jalan Pintas Monjali ke Jalan Palagan Sleman, Bukti Nyata Jogja Salah Urus

28 Februari 2024
J-Walk Mall Jogja Bikin Kapok Pengunjung yang Datang

J-Walk Mall Jogja Bikin Kapok Pengunjung yang Datang

22 Februari 2024
Pariwisata Semarang Siap Melesat Seperti Solo, Meninggalkan Jogja (Unsplash)

Wisata Semarang Siap Melesat Seperti Solo, Meninggalkan Jogja

27 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.