Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Ketika Ibu Rumah Tangga Bisa Membeli Rumah dari Mengumpulkan Sampah

Wilson Arafat oleh Wilson Arafat
19 Oktober 2025
A A
Ketika Ibu Rumah Tangga Membeli Rumah dari Sampah (Unsplash)

Ketika Ibu Rumah Tangga Membeli Rumah dari Sampah (Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Pernah kepikiran nggak, kalau nanti di masa depan kita bisa nyicil rumah bukan pakai uang, tapi pakai sampah? Ya, sampah seperti plastik, kardus, beling, hingga minyak jelantah, bisa untuk membeli rumah.

Kedengarannya absurd. Tapi hei, bukankah selama ini yang lebih absurd justru kenyataan harga rumah makin tinggi, gaji stagnan, dan sampah makin numpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)?

Krisis iklim sekarang bukan cuma bahan debat di forum PBB. Tapi, krisis iklim sudah nyelonong masuk ke dapur kita, lewat banjir di Bali, longsor di Bogor, dan udara Jakarta yang bikin paru-paru protes.

Sementara itu, dua gunung masalah terus membesar: backlog rumah rakyat (sekitar 9,9 juta unit!) dan gunungan sampah nasional (68 juta ton per tahun!). Dua-duanya sama-sama bikin pusing. Tapi siapa sangka, ternyata kita bisa menyatukan kedua masalah itu, memang agak gila, untuk mencicil rumah dari sampah.

Tabungan hijau: Menabung rumah dari sampah

Di banyak kampung, bank sampah sudah menjadi bagian hidup sehari-hari. Ibu-ibu menukar botol plastik dengan beras, kardus dengan minyak goreng, minyak jelantah dengan pulsa. Nah, kalau semua itu bisa ditukar jadi sembako, kenapa nggak sekalian jadi cicilan rumah?

Bayangin. Tiap minggu, satu keluarga setor 5 kilo plastik ke bank sampah. Nilainya otomatis tercatat lewat aplikasi, lalu dipotong dari cicilan rumah subsidi. Yang tadinya cuma numpuk di TPA, sekarang jadi tiket masa depan buat punya rumah layak. Keren, kan? Sampah bukan lagi musuh, tapi mitra strategis buat rakyat kecil.

Selain itu, setiap ton sampah plastik yang nggak nyampe ke TPA berarti kita juga mengurangi emisi gas metana. Si biang pemanasan global yang 25 kali lebih jahat dari karbon dioksida. Jadi bukan cuma dapet rumah, tapi juga ikut menyelamatkan bumi.

Berguru ke mancanegara

Praktik serupa telah terbukti di berbagai negara. Di Bogota, Kolombia, programa Basura Cero (Zero Waste) melibatkan warga kota dalam pemilahan serta pengumpulan sampah. Sehingga, limbah rumah tangga dapat masuk kembali ke rantai daur ulang dan mengurangi beban TPA. 

Baca Juga:

3 Hal tentang Perumahan Cluster yang Bikin Orang-orang Bepikir Dua Kali sebelum Tinggal di Sana

Rumah Joglo Memang Unik, tapi Nggak Semua Orang Cocok Termasuk Saya

Sementara itu, Brazil melalui program Ecoelce di Fortaleza secara konkret menghubungkan setoran sampah dengan bonus pengurang tagihan listrik pelanggan. Model ini menunjukkan bahwa ketika pengelolaan sampah didukung sistem insentif, masyarakat terdorong berpartisipasi aktif dalam membangun ekonomi sirkular.

Di Filipina, beberapa koperasi komunitas mengembangkan model bank sampah digital yang terintegrasi dengan layanan keuangan mikro. Sementara itu, Jepang menjadi contoh menarik dalam ekonomi sirkular: tingkat daur ulang material plastik pasca-konsumen berada pada kisaran 23 sampai 25 persen, sementara sisanya diolah melalui insinerasi (pembakaran sampah pada suhu tinggi untuk mengurangi volume limbah, sekaligus menghasilkan energi). 

Hal ini menunjukkan satu pesan kuat. Ketika integrasi antara teknologi, regulasi, lembaga keuangan, dan komunitas lokal adalah kunci agar sampah benar-benar kembali masuk ke rantai ekonomi, bukan sekadar berakhir sebagai limbah. Indonesia pun sangat bisa berinovasi, dengan fokus pada kebutuhan paling krusial: rumah.

Di Indonesia sendiri, embrio model ini sudah terlihat. Beberapa kelurahan di Bogor misalnya, ibu-ibu rumah tangga menukar botol plastik dengan beras. Lalu, di Palembang, timbulan sampah 750 sampai 800 ton per hari di TPA Sukawinatan membuka ruang bagi program daur ulang massal yang bisa menopang ribuan keluarga miskin. 

Sementara di Balikpapan, TPA Manggar yang menampung 400 ton sampah per hari bisa menjadi laboratorium untuk membangun skema “sampah jadi cicilan rumah”. Narasi ini bukan sekadar meniru praktik luar negeri, tetapi merajut pengalaman lokal yang sudah ada ke dalam inovasi yang lebih besar.

Strategi nasional punya rumah dari sampah

Agar ide ini tidak berhenti pada wacana, ada beberapa langkah strategis yang perlu dipikirkan serius di tingkat nasional. Pertama, pemerintah pusat dapat menjadikan program “Bayar Cicilan Rumah dari Sampah” sebagai bagian dari agenda ekonomi sirkular nasional. Insentif fiskal dan regulasi khusus dapat diberikan untuk mempercepat adopsi bank sampah digital di seluruh kota besar.

Kedua, perbankan nasional, khususnya penyalur KPR subsidi seperti Bank BTN, bisa mengembangkan produk keuangan hijau yang mengintegrasikan tabungan sampah ke dalam skema cicilan rumah. Ini akan menjadi contoh nyata pembiayaan inovatif berbasis ESG. Bagi bank, model ini memperkuat citra keberlanjutan sekaligus memperluas pasar kredit murah bagi rakyat.

Ketiga, teknologi digital harus menjadi tulang punggung. Melalui QR Code dan blockchain, setiap setoran sampah dapat tercatat transparan, real-time, dan bisa diawasi publik. 

Seperti halnya aplikasi ride-hailing merevolusi cara orang bepergian, aplikasi bank sampah bisa merevolusi cara rakyat kecil mencicil rumah. Teknologi juga memberi legitimasi: warga akan percaya karena proses tercatat rapi, tak bisa dimanipulasi.

Keempat, masyarakat sipil dan komunitas lokal harus dilibatkan penuh. Inovasi ini hanya berhasil bila tumbuh dari partisipasi warga, bukan sekadar program top-down. Gotong royong menjadi modal sosial paling kuat untuk mengubah beban menjadi peluang. 

You can imagine. Seorang ibu rumah tangga yang rutin menyetorkan botol plastik ke bank sampah demi mendapat sembako murah, memberi gambaran nyata. Jika sang ibu tahu setoran itu bisa sekaligus memperkecil cicilan rumah, motivasinya akan berlipat ganda. Di titik inilah, program bukan sekadar transaksi ekonomi, melainkan gerakan sosial yang memulihkan martabat.

Dari gunungan sampah ke pondasi rumah

Kebayang, kan? Ibu rumah tangga yang dulu cuma setor botol plastik buat dapet sabun, sekarang bisa nyicil rumah buat anaknya. Dari sampah jadi berkah.

Ini bukan mimpi utopis, tapi logika sederhana. Kalau sampah punya nilai, orang bakal lebih peduli. Kalau rumah bisa dicicil dari botol plastik, maka gotong royong berubah jadi investasi masa depan.

Efeknya besar. Emisi menurun, air tanah aman, sungai nggak mampet, TPA umur panjang, dan rakyat kecil punya rumah. Sampah yang dulu dianggap kotor, justru jadi simbol bersihnya niat bangsa.

Jadi, kalau nanti kamu lihat ada orang sibuk ngumpulin botol plastik di jalanan, jangan buru-buru ngejek. Bisa jadi, dia lagi nabung buat rumah masa depan.

Penulis: Wilson Arafat

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA 5 Model Rumah yang Populer Banget di Indonesia, padahal Aslinya Nggak Cocok Sama Sekali

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 19 Oktober 2025 oleh

Tags: bank sampahcicil rumahkredit rumahKRPRumahrumah layakrumah sederhanaSampah PlastikTPA
Wilson Arafat

Wilson Arafat

Bankir senior, Ahli Governance, Risk, and Compliance (GRC), Environmental, Social, and Governance (ESG), serta Manajemen Transformasi.

ArtikelTerkait

rumah hunian pengantin baru

Pilihan Rumah Hunian Untuk Pengantin Baru

23 Mei 2019
6 Alasan Orang Kirim Paket ke Kantor, Bukan ke Rumah Sendiri terminal mojok.co

6 Alasan Orang Kirim Paket ke Kantor, Bukan ke Rumah Sendiri

16 Desember 2021
Cara-cara Mudah Mengusir Nyamuk dari Rumah terminal mojok

Cara Mudah Mengusir Nyamuk dari Rumah

15 Juli 2021
4 Risiko Punya Rumah Dekat Rel Kereta Api yang Nggak Diketahui Banyak Orang

4 Risiko Punya Rumah Dekat Rel Kereta Api yang Nggak Diketahui Banyak Orang

29 April 2025
rumah panggung mojok

Keunikan Rumah Panggung yang Tidak Dimiliki Rumah Masa Kini

11 November 2020
3 Resep Rahasia yang Bikin Pariwisata Jogja Sukses trotoar

Jogja Istimewa: Ketika Trotoar Lebih Penting dari Rumah Rakyat

11 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.