Sebenarnya bisa aja sih para pekerja yang kurang cemerlang ini memilih jalan introspeksi kinerja kantor, tapi itu nggak keren blas. Mending kuliah lagi, gengsinya lebih dapet.
Selain gengsi, ada alasan lain yang lebih praktis. Asal tahu saja, tidak semua pekerja ambil S2 demi pengetahuan. Beberapa orang melanjutkan studi demi alasan yang lebih praktis: kenaikan gaji. Sudah jadi rahasia umum, pekerja yang punya pendidikan tinggi potensi naik gajinya lebih besar. Di beberapa tempat, kenaikan gajinya bisa sampai 20 persen. Lumayan kan bagi pekerja yang gajinya biasa-biasa aja ini.
Orang yang takut medioker dalam segala hal
Melihat kembali perjalanan mengejar magister, saya merasa kuliah S2 menjadi semacam “lari” dari kehidupan yang terlanjur medioker. Segelintir orang berharap kuliah S2 bisa menutupi kehidupan yang terlanjur biasa-biasa saja dengan cara paling sibuk dan keren. Eh, malah ujung-ujungnya pekerjaan tidak maksimal, kuliah alakadarnya.
Drama mengejar magister ini mencapai puncaknya saat tesis. Kami merelakan waktu tidur demi gelar tersemat di belakang nama. Pada akhirnya (sebagian) dari kami hanyalah orang-orang yang sangat takut menjadi medioker memilih jungkir balik demi gelar.
Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Derita Jadi Lulusan S2 yang Hidup di Desa, Dianggap Gagal dan Kuliahnya Sia-sia
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















