Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Kenapa sih Kalian Selalu Nyinyirin KPR Rumah? Kenapa Nggak Fokus Menuntut Pemerintah untuk Menjaga Harga Rumah agar Tidak Makin Gila?

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
27 Maret 2024
A A
Kenapa Gen Z dan Milenial Tak Beli Rumah? Karena Memang Tak Bisa. Gaji Nggak Naik-naik, tapi Harga Properti Selalu Naik, Gimana Bisa Beli? KPR rumah

Kenapa Gen Z dan Milenial Tak Beli Rumah? Karena Memang Tak Bisa. Gaji Nggak Naik-naik, tapi Harga Properti Selalu Naik, Gimana Bisa Beli? (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Jujur saja, saya nggak pernah memahami nyinyiran orang terhadap KPR. Kalau baca nyinyiran terhadap hal tersebut, rasanya kok kayak pelakunya hina banget.

Saya tahu, riding the wave adalah kebutuhan primer untuk manusia zaman kini. Cuman, untuk perkara KPR rumah, saya rasa udah kelewatan sih riding the (hate) wave-nya, kayak udah nggak bisa lagi sehat dan adil memandang hal ini. Kayak udah nggak ada lagi gitu lho ruang untuk mengutarakan pendapat.

Sebagai pelaku KPR rumah, saya setuju lho sebenarnya sama omongan banyak orang. Kayak KPR itu ruginya gede banget, nggak sebanding sama usaha nyicil, atau permainan bank zaman sekarang udah nggak masuk akal. Saya setuju sama itu, wong saya ngerasain. Tapi ada beberapa pendapat tentang KPR yang saya tolak mentah-mentah, terutama pendapat yang bilang “kalau nggak punya duit jangan maksa punya rumah”.

Eh, tong, kagak ada yang (kepengin) maksa juga anjing.

Saya yakin orang yang bilang maksa kayak gini lihatnya cuman kasus gagal bayar doang. Itu pun masih nggak adil dalam mandang. Gagal bayar=miskin tapi maksa. Kan nggak semua kayak gitu kejadiannya.

Bisa KPR rumah justru dianggap mampu

Sini sa kasih tau. Kalau ente bisa lolos BI checking, lalu lolos permohonan KPR, artinya ente dianggap oleh bank bisa bayar cicilan dan dianggap punya kapital yang cukup untuk itu. Meski ente nggak punya duit buat bayar rumah cash, tapi bank punya anggapan ente bisa nyicil utang segede itu. Jangan anggap karyawan bank dan bank pada umumnya segoblok itu plis.

Saya nggak perlu cerita berapa gaji saya, tapi saat saya ngajuin KPR, pegawai banknya bilang kalau gaji saya dianggap amat layak. Harusnya malah ngajuin utang yang lebih gede, katanya. Tapi saya tolak lah, saya tahu betul kapasitas saya dan marketingnya bank. Proses pengajuan amat lancar ya karena gaji saya dianggap amat layak.

Meski pada kenyataannya saya lumayan terseok-seok mengatur keuangan, tapi sekali pun saya nggak pernah telat bayar KPR. Selalu tepat waktu, tanpa disemprit sama bank. Saya juga nggak pernah kelaparan gara-gara bayar cicilan rumah sih.

Baca Juga:

Ambil KPR di Tanah Rantau: Sebuah Keputusan Berujung Penyesalan

Pemerintah Bangkalan Madura Nggak Paham Prioritas, Memilih Sibuk Bikin Ikon Pendidikan daripada Perbaiki Kualitas Pendidikan

Jadi kalau misal ada yang bilang saya maksa punya rumah, lho, nggak juga. Saya emang nggak bisa beli cash, tapi kalau ada opsi KPR, ya nggak ada salahnya kan? Wong saya dianggap bisa bayar.

Ini emang ambigu, tapi saya paham kok kenapa ini bikin kalian bingung. Saya lanjut dulu bahas yang lain.

Gagal bayar memang ada

Saya nggak memungkiri kalau kasus gagal bayar itu emang ada dari kalangan yang maksa. Tapi ini menurutku anomali. Contoh aja nih, kalau gaji 2.5 juta, di pikiran saya, harusnya nggak bisa nurunin utang KPR rumah sebesar 150 juta. Sebab cicilannya akan ada di kisaran 1.3-1.5 per bulan, tergantung tenornya. Itu udah mendekati dan lebih dari separuh gaji. Masak bisa lolos bank?

Kalau bisa lolos, berarti emang ini udah ada kongkalikong. Sistem diakali. Bagian ini saya nggak ngerti sih. Soalnya kadang ada yang gajinya nggak gede, tapi lolos KPR karena DP-nya guede. Ada yang kayak gini. Sumpah, realitas KPR itu kompleks. Kalian yang bacot di medsos nggak paham perkara ini.

Tapi sebenarnya perkara ini harusnya nggak perlu kalian lihat. Justru ada hal lain yang perlu kalian maki ketimbang orang-orang yang maksa punya rumah.

Yang perlu dimaki itu bukan pelaku kreditnya, tapi…

Yang perlu kalian maki itu bukan KPR rumah dan pelakunya, tapi kenapa harga rumah bisa segila ini, dan pemerintah diem aja.

Begini, kenapa KPR laku? Ya karena harga rumah nggak masuk akal naiknya, tapi kenaikan pemasukan lambatnya minta ampun. Udah, itu aja. Nggak ada orang fetish punya utang gede terus ngajuin KPR. Basically orang pada umumnya udah nggak mungkin banget beli rumah cash.

Akhirnya KPR rumah jadi hal paling masuk akal. Orang punya gaji 4 juta, mau beli rumah harga 250 juta ya kudu nabung luama. Harga rumahnya naik terus, gajinya segitu-gitu aja. Akhirnya ya KPR. Paling yaaaa kepotong 1.5 juta lah gaji bulanan buat kredit rumah. Tinggal gimana caranya hidup dengan uang 2.5 juta.

Masih bilang maksa?

Kalian justru harusnya maki pemerintah yang hanya bisa sediakan rumah subsidi sebagai alternatif hunian. Tidak dengan menjaga harga rumah tetap affordable untuk rakyat. Kalian harusnya tidak memaki sesama warga sipil. Wong berbagi masalah yang sama, kok cocotan. Menungso og aneh.

Sesama rakyat justru kudunya saling menguatkan, saling mendukung. Bukan malah saling maki. Ini yang bikin saya heran sama orang-orang. Benci amat sama orang miskin, tapi ditindas negara diam aja.

Opsi selain KPR memang ada, tapi ya…

Memang, ada opsi kontrak rumah selain KPR rumah. Tapi ya diitung-itung sih sama aja, nggak beda jauh. Dan nggak selalu orang mau ngontrak rumah dengan banyak pertimbangan.

Pada akhirnya ya, nggak usahlah sesama warga sipil saling kutuk. Yang memilih KPR sudah tahu risikonya, sudah merasakan deritanya, nggak usah kalian tambahin dengan nyinyiran. Baiknya ya, arahkan bidikannya ke bank yang pasang bunga kegedean dan tentu saja pemerintah yang nggak kunjung memberi solusi rumah pada rakyatnya.

Justru itu yang harusnya jadi fokus. Clear? Cetha?

Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Serba-serbi KPR: Tips dan Trik agar Pengajuan KPR Diterima dan Bisa Dapat Bunga yang Rendah

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 27 Maret 2024 oleh

Tags: bankcicilankpr rumahnyinyiranpemerintah
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Founder Kelas Menulis Bahagia. Penulis di Como Indonesia.

ArtikelTerkait

mixtape untuk anggota dpr agar sahkan ruu pks Mixtape untuk para BuzzerRp Pendukung RUU Omnibus Law

Mixtape untuk para BuzzerRp Pendukung Omnibus Law

11 Maret 2020
Saatnya Blak-blakan soal Penyebab Banjir Kalimantan Selatan. Sama-sama Tahu lah!

Beberapa Hal Menyenangkan yang Saya Dapati Saat Banjir di Cilacap

20 November 2020
Biarkan Kalau Pemerintah Suka Bikin Istilah-istilah Baru: Dari PSBB hingga PPKM terminal mojok.co

Terserah kalau Pemerintah Suka Bikin Istilah-istilah Baru, seperti PSBB hingga PPKM

12 Agustus 2021
8 Rekomendasi Tabungan dengan Biaya Admin Rendah, bahkan Gratis!

8 Rekomendasi Tabungan dengan Biaya Admin Rendah, bahkan Gratis!

7 November 2024
RKUHP: Rakyat Menghina Pemerintah Bisa Dipenjara, kalau Sebaliknya, Bagaimana?

RKUHP: Rakyat Menghina Pemerintah Bisa Dipenjara, kalau Sebaliknya, Bagaimana?

8 Juli 2022
debitur BI Checking fintech pinjol gagal bayar utang mojok

Pentingnya Manajemen Utang untuk Debitur yang Mengajukan Pembiayaan Bank

22 Oktober 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

Jepara Adalah Kota Ukir, Kota yang Ahli Memahat Indah kecuali Masa Depan Warganya

26 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.