Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Kenapa Emang Kalau Suka Curhat ke Orang yang Belum Dikenal?

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
17 Mei 2019
A A
curhat jomblo pacaran cerita cinta mahasiswa pasangan mojok.co

curhat jomblo pacaran cerita cinta mahasiswa pasangan mojok.cocurhat

Share on FacebookShare on Twitter

Pada dasarnya, manusia itu memang makhluk sosial yang—disadari atau tidak—memiliki ketergantungan kepada orang lain. Saling menolong juga ditolong, berkomunikasi satu sama lain—juga melepas rasa penat pada hati, uneg-uneg—dengan cara curhat. Iya, sekalipun dengan orang yang baru bertemu atau dengan yang telah lama dikenal—baik secara langsung atau melalui berbagai media.

Walau tidak menyelesaikan masalah seutuhnya—atau saran yang diberikan tidak melulu sreg—paling tidak dengan curhat, ada insight atau ide baru yang belum terpikirkan sebelumnya, karena adanya sudut pandang lain  atau baru yang diberikan oleh orang lain. Hal ini berdasarkan pada pengalaman atau wawasan orang yang menjadi penerima curhat.

Pada dasarnya para manusia ini suka curhat (termasuk saya), dari mulai menulis pada diary atau catatan harian, platform blog, sampai media sosial. Semua cerita dan masalah seperti ingin dituliskan, dicatat, di-posting, dan—jika memungkinkan—harus banyak orang yang tahu. Tujuannya entah untuk dapat perhatian atau bisa jadi menginginkan solusi, bisa juga untuk memancing perhatian si dia agar dihubungi lebih dulu. Ada juga yang memang hanya untuk sembarang posting saja, agar nantinya bisa dikenang setahun kemudian dan secara otomatis akan muncul pada fitur memories, lalu di-share kembali pada tanggal yang sama, dengan caption, “ga kerasa udah setahun aja.”

Kemudian, kebiasaan curhat ini berkembang dan seperti menemukan formula, format, dan wadah baru. Dalam lingkar pertemanan saya, sudah tidak ada lagi yang menulis curhatan di diary, saat ini banyak dari mereka yang curhat melalui story di Instagram, Whatsapp, dan platform lain, selain memang buat thread di Twitter tentang aib diri sendiri atau orang lain, sih.

Sampai akhirnya, seorang selebtwit yang juga penulis membuat atau membuka usaha curhat berbayar. Berawal dari jasa rangkai kata yang bayarannya terbilang mahal dan sampai dengan saat ini saya lihat sering di-iya-kan, disetujui oleh pelanggan. Sepertinya, julukan “sobat missqueen” untuk pengguna Twitter sudah tidak relate lagi, karena pesanan yang masuk pun dapat dikatakan banyak via direct message twitter.

Walau tarif jasa rangkai kata ini terbilang mahal bagi sobat (yang mengaku) , tak sedikit dari mereka yang merasa puas akan rangkaian kata yang diukir. Membuat haru, dapat menyelesaikan masalah, memberi solusi, membuat damai pasangan yang sedang berseteru. Dari situ, seakan berjalan beriringan, ada pelanggan yang request untuk curhat via Whatsapp, DM, atau telepon.

Setelahnya, pertentangan dimulai. Saya cek pada kolom reply di salah satu twit (berupa screenshot) dari pendiri jasa rangkai tersebut yang berisikan request dari customer yang ingin curhat, lalu disetujui, namun dengan syarat berbayar. Seperti biasa, ada netizen budiman yang mengomentari “transaksi” tersebut. Intinya, beberapa netizen lebih menyarankan curhat ke orang yang memang sudah dikenal sebelumnya, berkompeten di bidangnya, akan lebih bagus jika memiliki sertifikat.

Mungkin netizen yang memberi komentar tidak salah, namun, perlu diketahui, sekalipun mau curhat ke Psikolog, umumnya kan tidak saling mengenal di awal, setelah bertemu, basa-basi, baru bisa saling mengenal. Sebagai intervensi, saya rasa tidak perlu sertifikat untuk mendapatkan saran yang tepat. Jika ada yang berkomentar tarifnya mahal, bahkan lebih mahal dari yang memang ahlinya, tanpa maksud lebih condong membela satu pihak, tarifnya sendiri sudah didiskusikan sebelumnya, begitu deal barulah curhat sampai dengan selesai.

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Bisa Sambat Pakai Bahasa Jawa Adalah Privilege, di Jakarta Nggak Mungkin Bisa!

Penerima curhat sudah menegaskan bahwa tarif yang disetujui adalah sebagai kompensasi atau pengganti dari waktu yang terbuang di rumah, yang seharusnya bisa dipakai untuk bermain dengan anak. Lagipula, sepertinya memang sudah bawaan seseorang sejak lahir, seringkali curhat dengan orang yang belum dikenal sebelumnya. Jika tidak ada keberatan bagi kedua belah pihak, maka itu bukan masalah.

Lebih dari itu, bahkan saat ini sudah ada akun Instagram yang menerima curhatan dari para lelaki, yang ketika saya baca beberapa diantaranya, kebanyakan tentang aib pribadi. Kalau mau fair, akun ini juga layak diberi komentar. Sebab adanya akun ini, kita semua jadi tahu, yang suka curhat—bahkan cerita soal aib pribadi—bukan hanya perempuan, tapi juga lelaki. Ternyata, sebagian dari kaum lelaki pun suka curhat dengan orang yang belum dikenal sama sekali, bahkan, ini akun anonim. Tidak tahu latar belakangnya apa, dan apakah cerita akan betul-betul terjaga, dijamin kerahasiaannya.

Para lelaki ini kenapa, sih? Memang tidak ada kah teman terdekat yang bisa dipercaya, untuk berbagi cerita, kenapa mau dengan mudah menggadai aib hanya untuk konten pihak lain semata? Belum lagi adanya pro dan kontra, tidak semua setuju, tidak semua mendukung. Apa kalian tidak sadar, ada sebagian pembaca yang tertawa nyinyir sambil menggerutu akan masalah kalian? “ini apaan, sih, ada-ada aja yang dishare”, begitu kira-kira.

Disamping itu, menurut saya pribadi, ketidakpedulian orang terdekat pun menjadi salah satu penyebab seseorang lebih memilih curhat dengan orang yang tidak dikenal. Bagaimana tidak, baru saja mau curhat, seringkali sudah dibilang, “ah, gitu aja nangis”, “lemah banget, sih. Aku tuh ya, dulu lebih parah dari itu..”.

Perlu disadari, tidak semua orang memiliki ketahanan emosional dan kondisi psikis yang sama. Pahami situasi dan kondisi mereka lebih dulu dibanding mencaci. Tidak heran jika banyak orang lebih memilih curhat ke para stranger, karena mereka lebih mendengar dan solutif, meski harus bayar dengan tarif yang cukup mahal dan akan menjadi konten bagi akun anonim.

Sampai akhirnya kita sadar hanya kepada Tuhan lah kita kembali dan hanya Tuhan yang dapat menerima segala keluh kesah kita—tanpa tarif, tanpa harus ditertawakan orang lain, dengan segala solusi dan janji yang pasti.

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2021 oleh

Tags: CurhatManusia Makhluk SosialSambat
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

persahabatan

Hal-hal Sepele yang Membedakan Antara Hubungan Pertemanan dan Persahabatan

3 September 2019
forward

Menghargai Kepedulian Orangtua Melalui Pesan WhatsApp yang Selalu Di-Forward Agar Anak Selalu Waspada

27 Agustus 2019
Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis yang Kadang Membuat Hati Meringis Sampai Dengan Menangis

3 Juli 2019
modus pdkt

Modus PDKT Ala Senior Kampus yang Harus Diperhatikan Mahasiswa Baru Ketika Ospek

15 Agustus 2019
Cara Bertahan Hidup di Jakarta Jika Gajimu di Bawah UMR Jakarta 2024 depok heru budi jogja

Bisa Sambat Pakai Bahasa Jawa Adalah Privilege, di Jakarta Nggak Mungkin Bisa!

16 Agustus 2024
maling

Romansa Maling Tak Tertangkap

26 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

Opel Blazer, Motuba Nyaman yang Bikin Penumpang Ketiduran di Jok Belakang

23 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.