Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Kemenangan Bongbong Marcos dalam Pilpres Filipina adalah Bukti Nyata Pentingnya Literasi Masyarakat

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
23 Mei 2022
A A
Kemenangan Bongbong Marcos dalam Pilpres Filipina adalah Bukti Nyata Pentingnya Literasi Masyarakat

Kemenangan Bongbong Marcos dalam Pilpres Filipina adalah Bukti Nyata Pentingnya Literasi Masyarakat (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Terpilihnya Bongbong Marcos di pilpres Filipina menunjukkan pentingnya warga negara belajar literasi dan sejarah

Pada 9 Mei 2022 lalu masyarakat Filipina melakukan pemungutan suara untuk memilih presiden baru menggantikan Presiden Rodrigo Duterte. Dalam pilpres tersebut terdapat sepuluh kandidat calon presiden yang bertarung untuk memperebutkan kursi orang nomor satu di Filipina. Di antara kontestan pilpres tersebut terdapat beberapa nama yang cukup diperbincangkan di antaranya Ferdinand Marcos Jr. atau karib dengan sapaan Bongbong Marcos, Leni Robredo, dan Manny Pacquiao, mantan petinju kelas dunia.

Dalam gelaran pilpres tersebut Bongbong Marcos keluar sebagai pemenangnya dengan perolehan suara 58,74 persen meninggalkan Leni Robredo di posisi kedua dengan perolehan suara 27,99 persen dan Many Pacquiao dengan perolehan suara 6,85 persen Hasil dari pilpres Filipina ini menjadi sorotan global dan kontroversial, karena kemenangan Bongbong Marcos menandai kembalinya Dinasti Marcos yang telah tertidur selama 36 tahun lamanya ke tampuk kepemimpinan Filipina.

Manny Pacquiao (Kathy Hutchins via Shutterstock.com)

Bagi yang belum tau, Bongbong Marcos adalah putra dari Ferdinand Marcos, mantan presiden Filipina yang naik jabatan pada 1965. Ia memerintah sampai 1986, yang kemudian diturunkan paksa oleh rakyatnya sendiri melalui aksi people power lantaran dicurigai mencurangi hasil pemilu. Kepemimpinan Ferdinand Marcos menandai era kelam sejarah Filipina di bawah rezim otoriter. Banyak sekali pelanggaran HAM yang terjadi di Filipina sepanjang masa kepemimpinan Marcos, terlebih setelah ia menerapkan darurat militer pada 1972 dengan dalih untuk menyelamatkan negara dari ancaman pemberontakan komunis. Tidak kurang dari 3000 aktivis, jurnalis, dan oposisi pemerintah dipenjarakan tanpa pengadilan, dihilangkan paksa, disiksa, bahkan dibunuh dengan keji pada kala itu.

Selain terkenal karena kediktatorannya, era kepemimpinan Ferdinand Marcos juga diwarnai dengan praktik KKN besar-besaran. Setidaknya 10 juta USD kekayaan negara raib dikorupsi Marcos dan kroni-kroninya. Istrinya, Imelda Marcos pun tak kalah kontroversial. Mantan ibu negara ini dikenal memiliki gaya hidup yang sangat hedon dan boros. Pemerintah Filipina hingga saat ini berupaya mengambil kembali kekayaan negara yang telah dikorupsi oleh keluarga Marcos melalui pembentukan suatu komisi PCGG (Presidential Commission on Good Governance).

Namun, terpilihnya Bongbong sebagai presiden yang otomatis memiliki kewenangan terhadap PCGG dikhawatirkan dapat mempengaruhi upaya pengusutan kasus korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh keluarga ini. Bongbong sendiri dikabarkan terlibat dalam kasus penggelapan pajak.

Manila, Filipina (Shutterstock.com)

Dengan banyaknya catatan hitam Dinasti Marcos tentunya kita patut heran, kok bisa sih Bongbong memenangkan pilpres? Padahal ada alternatif lain seperti Leni Robredo yang tak kalah populer, wakil presiden saat ini sekaligus kepala oposisi yang banyak berseberangan dengan Presiden Duterte terutama masalah HAM. Rupanya salah satu faktornya adalah pada gelaran pilpres 2022 banyak sekali jumlah pemilih usia muda yang hidup jauh setelah rezim Marcos usai.

Selama tiga dekade setelah penggulingan Marcos, kesenjangan sosial yang tajam antara si kaya dan si miskin di Filipina tak kunjung teratasi. Perekonomian tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Dan kondisi negara dirasa terlalu menjemukan bagi generasi muda yang ingin perubahan cepat. Dalam keputus asaan generasi milenial dan gen Z pada kondisi negara yang begitu-begitu saja, Bongbong Marcos dengan cerdiknya masuk dan memberi harapan baru. Ia meromantisasi masa keemasan Filipina di era kepemimpinan ayahnya.

Baca Juga:

Menyesal Kuliah Jurusan Pendidikan, Tiga Tahun Mengajar di Sekolah Nggak Kuat, Sekolah Menjadi Ladang Bisnis Berkedok Agama

Korupsi dan Krisis Integritas Adalah Luka Lama Banten yang Belum Pulih

Terjadi disinformasi sejarah secara masif di postingan media-media sosial yang terus-menerus mengungkit jasa baik keluarga Marcos dan betapa digdayanya Filipina di kancah internasional pada masa pemerintahan Marcos, sembari terus mengelak terhadap dakwaan korupsi. Fakta pelanggaran HAM mengerikan yang menjadi ciri khas rezim Marcos dipelintir sebagai upaya menjaga ketertiban negara belaka.

Narasi-narasi tersebut seolah memosisikan keluarga Marcos sebagai korban fitnah sejarah yang sebenarnya tak bersalah. Postingan-postingan berdasarkan data yang entah dari mana itu kerap kali bertebaran di media sosial beberapa tahun sebelum pelaksanaan pilpres. Apalagi dalam kontestasi pemilu kali ini Bongbong Marcos menggandeng Sarah Duterte, putri presiden Filipina saat ini untuk berkampanye sebagai wakil presiden. Yang jadi masalah adalah, ayahnya punya wewenang dalam membentuk komisi pemilihan. Jadi, banyak kecurigaan tentang conflict of interest. Perlu diketahui bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden di Filipina dilaksanakan terpisah.

Bongbong Marcos (Tatay DM via Shutterstock.com)

Sekembalinya keluarga Marcos ke Filipina, mereka memang berupaya keras memperbaiki citra buruk keluarganya. Salah satu upayanya adalah dengan terjun kembali ke dunia politik dan melakukan aksi-aksi sosial. Kegiatan sosial seperti itu lantas mengaburkan ingatan kolektif masyarakat terhadap masa kelam kediktatoran Ferdinand Marcos. Terlebih generasi muda yang tidak hidup sezaman dengan rezim Marcos mudah terbuai dengan romantisasi sejarah yang sengaja dinarasikan oleh kubu Bongbong. Harus kita ingat bahwa kebohongan yang terus-menerus diulang-ulang bisa dipercayai sebagai suatu kebenaran umum.

Fenomena serupa sebenarnya bisa kita jumpai di Indonesia. Contohnya saja beberapa waktu yang lalu sempat viral pernyataan anak-anak muda terpelajar yang menyatakan kesejahteraan dan kebebasan di era Orde Baru lebih baik dibandingkan saat reformasi. Tapi kebebasan manakah yang dimaksud? Lha wong kritik sedikit saja nyawa bisa melayang. Bahkan pakpuh saya pernah gagal tes PNS di masa itu hanya karena menjawab presiden favoritnya adalah Soekarno.

Yang ngomong orang BEM lagi. Duh, suram.

Jika dilihat sekilas dari segi pembangunan infrastruktur serta kesejahteraan (dan ini masih amat bisa diperdebatkan), mungkin pernyataan itu ada benarnya. Tapi, tidakkah mereka melihat harga mahal yang harus dibayar untuk seluruh kepalsuan itu? Berapa banyak nyawa, darah, dan air mata tumpah demi menjadi tumbal rezim orde baru? Pun pembangunan di masa itu tentu saja terlihat megah karena dikomparasikan dengan Orde Lama yang masih dipenuhi konfrontasi fisik dan politik. Harga-harga stabil karena disokong subsidi dari utang luar negeri. Keamanan stabil karena aparat galak bukan kepalang pada masyarakat, lalu tikus berdasi di pemerintahan berkeliaran menggerogoti uang negara. Apakah mereka lupa dengan hal ini?

Kemenangan Bongbong Marcos dengan metode kampanye distorsi informasi ini tentunya menjadi bukti akan pentingnya literasi sejarah dan politik bagi masyarakat. Terlebih lagi pada masa-masa pemilu yang akan datang dua tahun lagi. Pasti akan banyak sekali narasi-narasi palsu yang sengaja diembuskan untuk meningkatkan elektabilitas seorang kandidat atau justru menjatuhkan kandidat lainnya sebagai lawan.

Jangan sampai para pemilih mudah terpengaruh framing yang dibentuk oleh media dan memilih kandidat berdasarkan emosional, favoritisme, atau termakan dengan politik uang semata. Pemilih yang baik seharusnya memilih berdasarkan pengetahuan dan kecocokannya pada visi misi, track record, serta kinerja kandidat wakil rakyat yang akan dipilihnya. Jangan sampai mempertaruhkan masa depan negara selama lima tahun ke depan di tangan yang salah hanya karena termakan hoax.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Warga Jogja Jangan Mimpi Kaya kalau Separuh Gajinya untuk Ongkos Transpor

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 23 Mei 2022 oleh

Tags: diktatorFilipinaKorupsiMarcos
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

Sidoarjo Nggak Menarik buat Anak Muda Surabaya (Unsplash)

4 Harapan Saya untuk Calon Bupati Sidoarjo: Tolong Perbanyak Aksi, Bukan Sekadar Obral Janji!

14 September 2024
Pembangunan Toilet SD di Sumenep yang Telan Dana 500 Juta: Korupsi atau Tidak, Pembangunan Ini Layak Diapresiasi

Pembangunan Toilet SD di Sumenep Telan Dana 500 Juta: Korupsi atau Tidak, Pembangunan Ini Layak Diapresiasi

6 Juli 2023
KPK penilapan duit bansos koruptor jaksa pinangki cinta laura pejabat boros buang-buang anggaran tersangka korupsi korupsi tidak bisa dibenarkan mojok

Mau Pakai Alasan Apa pun, Korupsi Jelas-jelas Nggak Bisa Dibenarkan

10 Desember 2020
Apa yang Akan Saya Lakukan Andai Saya Diberi Ronald Tannur Uang Satu Triliun

Apa yang Akan Saya Lakukan Andai Saya Diberi Ronald Tannur Uang Satu Triliun

26 Oktober 2024
kasus suap benih lobster korupsi hukuman ringan mojok

Dari Kasus Suap Benih Lobster, Kita Belajar bahwa Hukum Bisa Didiskon

24 April 2021
program kreativitas mahasiswa mojok

Jangan Sampai Program Kreativitas Mahasiswa Menjadi Program Korupsi Mahasiswa

12 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.