Semua mahasiswa bisa cum laude kok. Asalkan kuliah serius, dan dosennya nggak ribet. Catat, dosennya nggak ribet
Akhir semester telah tiba. Mahasiswa semester tua seperti saya ini pasti sudah ribet berlomba mendaftar sidang. Bahkan, sudah seharusnya ikut wisuda di periode ini. Tapi, hidup tidak semudah itu dan tak akan pernah semudah itu.
Gerbang menuju kelulusan tidak pernah mulus. Faktornya banyak, bisa dari pribadi yang tak siap, kuliah yang tak lancar, dan kadang, dosen yang begitu susah.
Dulu, saya kerap melihat kakak tingkat alias kating selalu curhat menahan tangis karena dosen yang susah dihubungi. Atau curhat karena dosen mengatakan bimbingan hari ini namun tidak datang. Kadang, tentang dosen yang tak kunjung memberikan kata setuju. Hal ini sangat menguras pikiran dan tenaga.
Memang, itu lika-liku yang harus dijalani. Tapi bagi mahasiswa yang mengejar cum laude, tentu ini jadi jegalan yang amat tak diinginkan. Mau secerdas apa pun dan seambis apa pun, tapi jika dosen pembimbing tidak kooperatif, saatnya mengucapkan selamat tinggal pada cum laude.
Dosen yang ah mbuhlah
Dosen pembimbing memang tak bisa dimungkiri, memegang takdir mahasiswa. Apakah mahasiswa ini bisa lulus cepat, lulus terlambat, atau malah tidak lulus sama sekali terkadang ya karena dosbing. Dan mendapat dosen pembimbing yang baik inilah yang jadi masalah.
Kita mengenal ada dua tipe dosen: murah nilai dan pelit nilai. Kita bisa mengelompokkan semudah itu karena hasilnya terlihat. Tapi masalahnya, untuk perkara bimbingan skripsi, tak semudah itu.
Di dunia skripsi adalah dosen yang murah nilai belum tentu menjadi dosen yang baik dalam menjadi pembimbing. Hal ini dirasakan banyak orang, termasuk saya..Dosen yang murah memberikan nilai terkadang malah banyak kesibukan sehingga tidak bisa mengajar ataupun membimbing. Karena tidak adanya waktu mengajar, dosen merasa bersalah dan memberikan nilai baik pada mahasiswa yang telah mau berusaha datang ke kelas meskipun beliau tiba-tiba ada urusan.
Namun, urusan skripsi tidak bisa semudah itu. Skripsi membutuhkan bimbingan dan masukan dari dospem yang bersangkutan. Terkadang juga, karena intensitas bimbingan yang hanya sebulan sekali atau selonggarnya beliau membuatnya lupa dan malah menambah daftar revisian.
Semua mahasiswa itu sebenarnya bisa cumlaude. Percaya tidak percaya, pada dasarnya semua mahasiswa itu bisa lulus tepat waktu asal mendapatkan dosen baik. Baik dalam hal ini bukan yang mudah ngasih nilai A lho ya (meski itu juga diharapkan). Tapi, baik yang dimaksud adalah mau memberi masukan, dan tak mempersulit nilai mahasiswa karena alasan-alasan yang tak dibuat-buat.
Katanya pintar, kok nggak cum laude?
Katanya, mahasiswa pintar itu adalah mahasiswa yang cum laude. Tapi uraian di atas bisa memberikan pandangan bahwa kadang gagal cum laude itu bukan salah mahasiswanya, tapi ada faktor yang lebih besar dari itu. Pada dasarnya semua mahasiswa yang lulus itu pintar kok, setidaknya mereka bisa mencari cara untuk lulus.
Semua orang memang memiliki jalannya sendiri, tapi semua orang juga bergantung pada keputusan orang lain. Mau bagaimanapun usaha mahasiswa, jika dospem tidak support tentu saja jalannya tidak mulus. Memang, pasti akan lulus, tapi, tidak bisa lulus dengan predikat cepat. Dan perkara ini, bagi beberapa orang, adalah masalah yang besar.
Cum laude, itu penting buat banyak mahasiswa. Mereka ingin mendapat predikat tinggi untuk sesuatu yang mereka raih. Jadi, Pak, Bu Dosen, mohon pengertiannya ya.
Penulis: Nurul Fauziah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Predikat Cum Laude Jadi Penting karena Manusia Terobsesi dengan Kecepatan