Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Buku

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? oleh Ulil Abshar Abdalla: Sekumpulan Esai Memahami Akidah Islam

Fatimatuz Zahra oleh Fatimatuz Zahra
27 Agustus 2023
A A
Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? oleh Ulil Abshar Abdalla: Memahami Akidah Islam

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? oleh Ulil Abshar Abdalla: Sekumpulan Esai Memahami Akidah Islam (Buku Mojok)

Share on FacebookShare on Twitter

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? di Marketplace

  • Mojokstore
    Rp.68000 Lihat
  • Tokopedia
    Rp.51000 Lihat
  • Shopee
    Rp.51000 Lihat

Ulil Abshar Abdalla atau yang akrab disapa Gus Ulil mengajak kita untuk memahami akidah Islam Al-Ghazali dalam kumpulan esai berjudul Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita?

Judul: Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita?
Penulis: Ulil Abshar Abdalla
Penerbit: Buku Mojok
Tahun terbit: 2020
Tebal buku: 186 halaman

Selain nyentrik, judul buku satu ini juga berani tampil beda di tengah maraknya populisme dalam beragama. Khususnya kalau kita lihat melalui praktik masyarakat bersosial media.

Berapa banyak akun berbasis agama yang mau susah payah mendiskusikan akidah melalui pertanyaan-pertanyaan abadi semacam itu? Kebanyakan justru memilih jalan pintas dengan menginterpretasi halal haram sebuah perilaku.

Pertanyaan nakal dalam Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita?

Membaca buku ini sedikit mengobati kerinduan saya untuk duduk dan berdiskusi terkait pertanyaan teologis yang kerap kali dilarang ditanyakan di banyak forum agama. Entah dengan alasan apa. Tapi dalam buku ini, Ulil Abshar Abdalla atau yang kerap disapa Gus Ulil seolah mengizinkan kecamuk pertanyaan di kepala kita untuk dapat diuraikan dengan bebas, tanpa takut dibenci Tuhan hanya karena bertanya tentang diri-Nya.

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? merupakan kumpulan esai dari Gus Ulil yang khusus merefleksikan pemikiran mengenai akidah Islam Al-Ghazali dalam sejumlah kitab-kitab karangannya.

Mengenai pertanyaan yang menjadi judul buku ini, Al-Ghazali menawarkan sebuah jawaban yang sekalipun masih jauh dari meyakinkan, tetapi setidaknya cukup untuk sedikit melegakan dahaga pikiran kita yang penasaran. Kira-kira, tesis Al-Ghazali tersebut mengatakan bahwa dunia yang saat ini terjadi adalah dunia yang paling mungkin dan sempurna dalam “the grand scheme of thing”.

Gus Ulil mencontohkan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang menimbulkan banyak penderitaan bagi manusia. Namun, dalam kerangka yang lebih besar, pandemi Covid-19 ternyata juga membawa dampak baik dengan turunnya tingkat polusi udara di berbagai belahan dunia.

Baca Juga:

UIN Adalah Universitas Paling Nanggung: Menjadi Sumber Rasa Malu, Serba Salah, dan Tidak Pernah Dipahami

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

Sejumlah seri esai dalam buku ini membawa pertanyaan lebih lanjut yang rasanya ingin saya tanyakan langsung kepada Gus Ulil. Misalnya esai berjudul Jangan Meremehkan Manusia. Dalam esai tersebut, Gus Ulil menjabarkan tentang manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan kapabilitas paling tinggi di antara makhluk ciptaan tuhan lainnya.

Di akhir esai tersebut, Gus Ulil menyebut bahwa pengetahuan tentang alam raya tidak bisa dicapai oleh makhluk selain manusia. Tapi kemudian saya berpikir, jika nanti Artificial Intelligence (AI) sudah lebih pandai daripada manusia, apakah manusia masih menduduki posisi sebagai makhluk Tuhan dengan kapabilitas tertinggi?

Hubungan agama dan sains

Pada esai berikutnya dalam buku Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita?, Gus Ulil menuliskan hubungan agama dan sains yang tak jarang terkesan dikotomis. Ia mengatakan bahwa pandangan dikotomis tersebut sejatinya bertentangan dengan akidah. Pasalnya secara ontologis, ilmu dengan ragam cara mendapatkannya adalah bersumber dari Tuhan.

Namun, tidak dapat dimungkiri bahwa dalam beberapa hal, perkembangan keilmuan kerap kali dipertentangkan dengan agama. Misalnya perkembangan penelitian tentang kloning sebagai cara pengembangbiakan makhluk hidup. Atau dalam masa lebih lampau, misalnya perkembangan pengetahuan tentang model astronomi heliosentrisme yang ditentang keras oleh gereja.

Pertanyaan selanjutnya adalah, kalau memang ilmu sejatinya tidak bertentangan dengan agama, lalu mengapa perdebatan sejenis selalu terjadi dari masa ke masa? Apakah agama sebagai institusi memang memiliki tendensi untuk menjadi superior, anti-kritik, dan resisten terhadap perubahan?

Beragama dengan hati yang legawa

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? mungkin memang terkesan membawa tema keberagamaan yang cukup berat. Selain itu, buku ini memerlukan waktu lebih panjang untuk dicerna maupun didiskusikan. Namun hal-hal demikian itu sejujurnya adalah hal yang amat penting untuk menjadi pondasi umat beragama untuk bersikap.

Misalnya dalam esai terkait huznudzan atau berprasangka baik terhadap kehendak Tuhan. Esai ini mengajak kita untuk menantang diri tetap berprasangka baik tanpa membunuh sikap skeptis terhadap hal-hal teologis. Hal ini sebagaimana yang telah direfleksikan seorang Ulil Abshar Abdalla dari pemikiran-pemikiran Al-Ghazali. Gus Ulil menyebut sikap demikian adalah bentuk kesadaran terhadap apa yang menjadi ujian kesabaran manusia beriman.

Pada momen di mana kita tidak puas dengan opsi jawaban atas pertanyaan teologis tersebut, ada 2 hal yang dapat kita pilih. Pertama, menyangkal keberadaan Tuhan dengan membangun berbagai argumen negasi. Atau kedua, berlapang dada menerima keterbatasan kemampuan kita menjawab rasa penasaran tersebut sembari bergerak mempelajari hal-hal lainnya.

Bagian tak kalah menarik dari Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? adalah sikap yang diajarkan dari akidah sebagai seorang muslim terhadap syariat agama lain. Gus Ulil menyimpulkan dari berbagai jejak perkembangan ilmu tentang akidah Islam. Bahwa sejatinya Islam tidak memutus total ajaran agama-agama terdahulu, melainkan mengembangkannya.

Hal tersebut dapat menimbulkan refleksi bahwa saat ini kita tidak lagi bisa beragama secara solipsis atau menafikan keberadaan keyakinan serta kelompok multikultural di luar Islam. Kita butuh pemahaman agama yang merangkul dan membuka jalan dialog untuk mencari titik-titik temu di tengah perbedaan yang terbantahkan.

Penulis: Fatimatuz Zahra
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mempertanyakan Agama dan Eksistensi Tuhan Adalah Hal yang Wajar.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Skor Review 5/5

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita?

4.4 SKOR

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? seolah mengizinkan kecamuk pertanyaan di kepala kita untuk dapat diuraikan dengan bebas, tanpa takut dibenci Tuhan hanya karena bertanya tentang diri-Nya.

Kelebihan

  • Buku yang berani tampil beda

Detail Review

  • Cetakan
  • Cover
  • Layout

Jika Tuhan Mahakuasa, Kenapa Manusia Menderita? di Marketplace

Kami mengumpulkan informasi dari berbagai marketplace

Harga terbaik

Rp.51000
  • Mojokstore Mojokstore
    Rp.68000 Beli Sekarang
  • Tokopedia Tokopedia
    Rp.51000 Beli Sekarang
  • Shopee Shopee
    Rp.51000 Beli Sekarang

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2023 oleh

Tags: agamaislamJika Tuhan Mahakuasa Kenapa Manusia MenderitaTuhanUlil Abshar Abdalla
Fatimatuz Zahra

Fatimatuz Zahra

Sedang belajar tentang manusia dan cara menjadi manusia.

ArtikelTerkait

Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam MOJOK.CO

Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam?

24 Juli 2020
Kontroversi Depok: Membangun Masjid tapi Menggusur Sekolah, Logikanya Gimana Sih?

Kontroversi Depok: Membangun Masjid tapi Menggusur Sekolah, Logikanya Gimana Sih?

15 Desember 2022
kesurupan

Kenapa Orang Kesurupan Tidak Dihajar Saja Sampai Sadar?

13 Desember 2022
Menghitung Berapa Kali Habib Rizieq Shihab Bisa Umrah Selama di Arab Saudi terminal mojok.co

Menghitung Berapa Kali Habib Rizieq Shihab Bisa Umrah Selama di Arab Saudi

8 November 2020
Belajar Toleransi Beragama dengan Datang Langsung ke Ambon terminal mojok.co

Culte de La Raison, ‘Agama’ Ateis yang Lahir dari Revolusi Prancis

10 September 2020
5 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memutuskan Kuliah di UIN

5 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Memutuskan Kuliah di UIN, Calon Mahasiswa Wajib Baca biar Nggak Menyesal

3 Juli 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
Niat Hati Beli Mobil Honda Civic Genio buat Nostalgia, Malah Berujung Sengsara

Kenangan Civic Genio 1992, Mobil Pertama yang Datang di Waktu Tepat, Pergi di Waktu Sulit

15 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.