Jebakan Industri dan Logika Mayoritas Mengungkung Kreativitas Kita – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Artikel

Jebakan Industri dan Logika Mayoritas Mengungkung Kreativitas Kita

Aliurridha oleh Aliurridha
22 Desember 2019
0
A A
Jebakan Industri dan Logika Mayoritas Mengungkung Kreativitas Kita
Share on FacebookShare on Twitter

Sering kali kita mendengar frasa “think outside the box” sebagai cara berpikir yang membuat kita mampu keluar dari berbagai batasan yang kita miliki. Namun tentu saja mayoritas manusia tidak melakukan itu dan cenderung untuk berpikir di dalam kotak atau “think inside the box”. Ketika pikiran itu berada di dalam kotak, ada batasan yang mengungkung kreatifitasnya dan membuatnya kurang produktif.

Dalam mekanisme berpikir, kerangka pikir manusia sering kali membuatnya berada di dalam kotak. Kotak ini terikat oleh berbagai batasan, ia bisa berupa batasan hukum, batasan teknologi, batasan fisik, ataupun batasan moral. Garis-garis batas dalam kotak, yang menjaga seseorang untuk selalu berada di dalamnya dan menjebak orang tersebut untuk terus berada dalam standar industri.

Manusia tidak bisa begitu saja keluar dari standar industri karena norma yang dibentuk oleh budaya secara kognitif, tanpa sadar andil dalam membentuk sikap dan cara berpikir seseorang. Norma merupakan abreviasi dari kata normal. Jika kamu melakukan seperti yang orang lain lakukan maka kamu akan mendapat seperti yang orang lain dapatkan, tidak mungkin lebih.

Jadi jika manusia mengharapkan hasil yang luar bisa maka ia harus melawan cara berpikir normal yang juga cara berpikir mayoritas. Namun tentu saja itu tidak akan mudah karena norma sudah membentuk cara kita bersikap dan berpikir. Sebagai contoh seorang yang sakit datang ke rumah sakit, dokter memeriksanya, memberikan resep, kemudian membayar di kasir. Itulah standar norma yang muncul ketika seseorang sakit, semua orang melakukannya seperti itu.


Seandainya salah satu dari prosedur itu dilewati, berarti standar norma dilanggar maka orang tersebut akan dianggap gila, aneh, atau paling tidak ada sanksi sosial yang diterimanya. Mekanisme seperti inilah yang turut andil membuat seseorang menjadi selalu berpikir dalam standar norma. Apalagi standar norma ini dikerjakan oleh mayoritas dan menjadi logika ataupun cara berpikir mayoritas.

Di era yang sangat kompetitif ini sangatlah dibutuhkan kemampuan berpikir yang melawan arus mayoritas. Di era yang semakin kompetitif ini seseorang justru harus keluar dari batasan normalitas cara berpikir. Sudah banyak bukti nyata dari orang-orang istimewa yang berhasil keluar dari jebakan industri dan logika mayoritas.

Sebagai contoh dalam standar industri yang berlaku, mahasiswa yang kuliah dengan mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris seharusnya menjadi guru. Namun karena tidak betah, ia mencoba peruntungan untuk beralih profesi dengan membangun bisnis ketika berkenalan dengan internet.

Untuk warga China saat itu internet masih merupakan sesuatu yang tak lazim, tapi karena dia memilih untuk berjalan berbeda dari standar industri akhirnya setelah tiga tahun, yakni pada tahun 1995 perusahaannya sukses menghasilkan 5.000.000 Yuan atau setara Rp9.912.396.990. Perusahaan itu bernama Ali Baba, dan mantan guru Bahasa Inggris itu adalah Jack Ma.

Kemudian ada juga seorang pemuda milenial yang telah mapan bekerja sebagai konsultan di McKinsey Company, entah mimpi apa memilih menjadi pengusaha di saat mayoritas orang kesusahan mencari kerja. Melihat susahnya orang mencari pekerjaan, pertumbuhan ekonomi yang mandek, dan kotanya yang macet, instingnya bekerja dan kemudian mendirikan Start Up yang pada awalnya bergerak di bidang jasa pengantaran.

Perusahaan itu menjadi role model segala jenis Start Up hingga akhirnya berkembang hingga pada level decacorn dan telah beroperasi di beberapa negara Asia Tenggara. Pemuda visioner itu kini dipanggil sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Ya pemuda itu adalah Nadiem Makariem, mantan CEO Go-Jek.

Karena itu jika ada yang bertanya kenapa sih hanya sedikit orang yang mendapatkan hasil yang luar biasa?

Jawabannya sederhana saja karena mereka yang sedikit ini adalah orang-orang yang berhasil keluar dari standar industri dengan berpikir di atas normal yang melawan logika mayoritas. Setiap orang yang terjebak pada standar industri yang hadir dalam logika mayoritas tidak akan pernah bisa mencapai level Nadiem ataupun Jack Ma.

Meskipun jika mereka bergerak di bidang yang sangat menjanjikan seperti bisnis Start Up, tapi  jika itu hanya ikut-ikutan, maka hasilnya akan seperti seorang pembalap yang menonton kreator-kreator seperti Jack Ma dan Nadiem mencapai garis finish. Mereka tidak akan pernah bisa mendekatinya apalagi melampauinya.

Jadi jika para milenial ingin berhasil di era yang kompetitif ini janganlah terkungkung oleh logika mayoritas dan keluarlah dari standar industri. Namun tentu saja ini bukanlah hal yang mudah, lihat saja begitu PNS dibuka kita semua berbondong-bondong daftar. Ya termasuk saya juga. Sudah jangan serius-serius amat, ini Mojok.

BACA JUGA Melihat Bagaimana Industri Buzzer Politik Bekerja atau tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Desember 2019 oleh

Tags: industrilogika mayoritasout of the box
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

Artikel Lainnya

12 Kosakata Bahasa Tegal yang Biasa Digunakan dalam Percakapan Sehari-hari

4 Industri Warisan Nenek Moyang yang Masih Eksis di Tegal

19 Maret 2022
Gresik

Gresik: Kota Santri atau Kawasan Industri?

22 November 2021
Nggak Usah Kaget Mahasiswa Terlantar karena Kampus Bubar, Namanya Juga Bisnis terminal mojok.co

Nggak Usah Kaget Mahasiswa Terlantar karena Kampus Bubar, Namanya Juga Bisnis

25 Oktober 2021
skripsi ratusan halaman data skripsi kutipan dalam karya tulis skripsi dibuang mojok

Skripsi Sebaiknya Dijual ketimbang Disimpan, Bukankah Begitu, Unilak?

21 Juli 2020
pendidikan indonesia mojok

Pendidikan di Indonesia Kurang Industri Bagaimana, Pak Muhajir?

9 Juli 2020
revolusi industri 5.0

Revolusi Industri 5.0: Apakah Kemanusiaan Kita Akan Kalah dengan Robot?

30 Juli 2019
Pos Selanjutnya
Hal yang Bisa Terjadi Bila Nomor Punggung Legendaris Bambang Pamungkas Dipensiunkan

Hal yang Bisa Terjadi Bila Nomor Punggung Legendaris Bambang Pamungkas Dipensiunkan

Terpopuler Sepekan

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

6 Mei 2022
3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

3 Rahasia Sukses Bisnis Toko Kelontong ala Orang Cina

14 Mei 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Fitur Canggih pada Mobil yang Sebenarnya Nirfaedah Terminal Mojok

Fitur Canggih pada Mobil yang Nirfaedah

14 Mei 2022
Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya

5 Mei 2022
Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

Punya Mobil Pribadi Itu Sebenarnya Nggak Enak

11 Mei 2022
Jebakan Industri dan Logika Mayoritas Mengungkung Kreativitas Kita

Jebakan Industri dan Logika Mayoritas Mengungkung Kreativitas Kita

22 Desember 2019

Dari MOJOK

  • Dubes Palestina: Perjuangan Melawan Israel Dilanjutkan Anak-anak Muda
    by Arif Hernawan on 17 Mei 2022
  • Piala Dunia, Ketakutan Romo Sindhu di Usianya yang ke-70
    by Yvesta Ayu on 17 Mei 2022
  • D.N. Aidit dalam Semesta Literasi dan Indonesia Kini
    by Redaksi Mojok on 16 Mei 2022
  • Di Balik Kemudi Bus Eka ‘Belahan Jiwa’, Teman Para Pejuang Rupiah
    by Deddy Perdana Bakti on 16 Mei 2022
  • Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT
    by Thariq Munthaha on 16 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=H_-ObSbVslU

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In