Sering kali kita mendengar frasa “think outside the box” sebagai cara berpikir yang membuat kita mampu keluar dari berbagai batasan yang kita miliki. Namun tentu saja mayoritas manusia tidak melakukan itu dan cenderung untuk berpikir di dalam kotak atau “think inside the box”. Ketika pikiran itu berada di dalam kotak, ada batasan yang mengungkung kreatifitasnya dan membuatnya kurang produktif.
Dalam mekanisme berpikir, kerangka pikir manusia sering kali membuatnya berada di dalam kotak. Kotak ini terikat oleh berbagai batasan, ia bisa berupa batasan hukum, batasan teknologi, batasan fisik, ataupun batasan moral. Garis-garis batas dalam kotak, yang menjaga seseorang untuk selalu berada di dalamnya dan menjebak orang tersebut untuk terus berada dalam standar industri.
Manusia tidak bisa begitu saja keluar dari standar industri karena norma yang dibentuk oleh budaya secara kognitif, tanpa sadar andil dalam membentuk sikap dan cara berpikir seseorang. Norma merupakan abreviasi dari kata normal. Jika kamu melakukan seperti yang orang lain lakukan maka kamu akan mendapat seperti yang orang lain dapatkan, tidak mungkin lebih.
Jadi jika manusia mengharapkan hasil yang luar bisa maka ia harus melawan cara berpikir normal yang juga cara berpikir mayoritas. Namun tentu saja itu tidak akan mudah karena norma sudah membentuk cara kita bersikap dan berpikir. Sebagai contoh seorang yang sakit datang ke rumah sakit, dokter memeriksanya, memberikan resep, kemudian membayar di kasir. Itulah standar norma yang muncul ketika seseorang sakit, semua orang melakukannya seperti itu.
Seandainya salah satu dari prosedur itu dilewati, berarti standar norma dilanggar maka orang tersebut akan dianggap gila, aneh, atau paling tidak ada sanksi sosial yang diterimanya. Mekanisme seperti inilah yang turut andil membuat seseorang menjadi selalu berpikir dalam standar norma. Apalagi standar norma ini dikerjakan oleh mayoritas dan menjadi logika ataupun cara berpikir mayoritas.
Di era yang sangat kompetitif ini sangatlah dibutuhkan kemampuan berpikir yang melawan arus mayoritas. Di era yang semakin kompetitif ini seseorang justru harus keluar dari batasan normalitas cara berpikir. Sudah banyak bukti nyata dari orang-orang istimewa yang berhasil keluar dari jebakan industri dan logika mayoritas.
Sebagai contoh dalam standar industri yang berlaku, mahasiswa yang kuliah dengan mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris seharusnya menjadi guru. Namun karena tidak betah, ia mencoba peruntungan untuk beralih profesi dengan membangun bisnis ketika berkenalan dengan internet.
Untuk warga China saat itu internet masih merupakan sesuatu yang tak lazim, tapi karena dia memilih untuk berjalan berbeda dari standar industri akhirnya setelah tiga tahun, yakni pada tahun 1995 perusahaannya sukses menghasilkan 5.000.000 Yuan atau setara Rp9.912.396.990. Perusahaan itu bernama Ali Baba, dan mantan guru Bahasa Inggris itu adalah Jack Ma.
Kemudian ada juga seorang pemuda milenial yang telah mapan bekerja sebagai konsultan di McKinsey Company, entah mimpi apa memilih menjadi pengusaha di saat mayoritas orang kesusahan mencari kerja. Melihat susahnya orang mencari pekerjaan, pertumbuhan ekonomi yang mandek, dan kotanya yang macet, instingnya bekerja dan kemudian mendirikan Start Up yang pada awalnya bergerak di bidang jasa pengantaran.
Perusahaan itu menjadi role model segala jenis Start Up hingga akhirnya berkembang hingga pada level decacorn dan telah beroperasi di beberapa negara Asia Tenggara. Pemuda visioner itu kini dipanggil sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Ya pemuda itu adalah Nadiem Makariem, mantan CEO Go-Jek.
Karena itu jika ada yang bertanya kenapa sih hanya sedikit orang yang mendapatkan hasil yang luar biasa?
Jawabannya sederhana saja karena mereka yang sedikit ini adalah orang-orang yang berhasil keluar dari standar industri dengan berpikir di atas normal yang melawan logika mayoritas. Setiap orang yang terjebak pada standar industri yang hadir dalam logika mayoritas tidak akan pernah bisa mencapai level Nadiem ataupun Jack Ma.
Meskipun jika mereka bergerak di bidang yang sangat menjanjikan seperti bisnis Start Up, tapi jika itu hanya ikut-ikutan, maka hasilnya akan seperti seorang pembalap yang menonton kreator-kreator seperti Jack Ma dan Nadiem mencapai garis finish. Mereka tidak akan pernah bisa mendekatinya apalagi melampauinya.
Jadi jika para milenial ingin berhasil di era yang kompetitif ini janganlah terkungkung oleh logika mayoritas dan keluarlah dari standar industri. Namun tentu saja ini bukanlah hal yang mudah, lihat saja begitu PNS dibuka kita semua berbondong-bondong daftar. Ya termasuk saya juga. Sudah jangan serius-serius amat, ini Mojok.
BACA JUGA Melihat Bagaimana Industri Buzzer Politik Bekerja atau tulisan Aliurridha lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.