Kalian yang nggak begitu jago berkendara, lebih baik hindari Jalan Banyu Urip Surabaya.
Surabaya punya segudang tempat memorable. Bagi yang mau wisata sejarah, Tugu Pahlawan bisa jadi opsi menarik. Sementara kalau wisata kuliner, Sego Sambel Mak Yeye yang melegenda jelas jadi destinasi wajib. Tapi, buat kalian yang suka memacu adrenalin dan senang menantang maut, motoran lewat Jalan Banyu Urip Surabaya adalah jawabannya.
Jalan Banyu Urip Surabaya merupakan salah satu jalan utama di daerah Surabaya Barat. Sekilas mungkin tampak biasa saja. Tidak ada yang aneh dari penampakan jalan ini selain dua jalurnya yang tinggi sebelah. Agar mendapatkan full experience–nya, kalian harus naik motor melintasi Jalan Banyu Urip Surabaya dari ujung ke ujung saat siang hari. Dijamin, kalian akan misuh-misuh. Tidak ada jalan yang lebih buruk bagi pengendara sepeda motor di Surabaya selain jalan ini.
Kalau kalian datang dari arah Jalan Diponegoro, bersiaplah disambut oleh kemacetan. Tepat saat akan memasuki daerah Banyu Urip, jalanan seketika menjadi padat merayap. Nggak heran sih, jalan ini jadi titik lebur kendaraan dari arah Jalan Diponegoro dan Jalan Pasar Kembang. Kendaraan dari arah Jalan Girilaya semakin memperkeruh situasi. Walaupun ada lampu merah, pengendara suka nyelonong masuk dan memotong laju kendaraan dari arah lain seenak jidat. Jadi, kalau mau lewat titik ini, setidaknnya kalian punya modal ngeyel.
Bersaing dengan truk-truk besar itu panas dan bikin deg-degan
Baru jalan beberapa puluh meter, hawanya akan terasa berkali-kali lipat lebih panas. Padahal di sepanjang jalan banyak sekali tumbuhan dan pohon-pohon hijau. Selain sebagai pemisah kedua jalur jalan, tumbuhan ini juga jadi ciri khas Kota Surabaya bekas peninggalan era Wali Kota Bu Risma.
Lantas, kenapa jalan yang penuh pepohonan ini begitu panas? Yaps, Jalan Banyu Urip Surabaya dipenuhi oleh truk-truk raksasa. Asap knalpot dan panas mesinnya menyelimuti sepanjang jalan. Kondisi itu diperburuk oleh debu dan pasir yang bertebangan dari muatan yang mereka bawa. Pengendara motor serasa berada di tengah gurun pasir. Tinggal nunggu unta lewat dan muncul oasis aja.
Berbagi jalan dengan truk-truk besar juga menimbulkan kengerian tersendiri. Para pesepeda motor pasti ngeri-ngeri sedap kalau sudah bersebelahan dengan mereka. Mata dibuat salah fokus ke arah ban-ban besar yang kadang suka nangkring tepat di samping kaca spion. Maklum, Jalan Banyu Urip Surabaya tidak terlalu lebar. Tidak banyak ruang gerak untuk menghindar ketika terjebak di posisi sulit. Kalau sudah terapit diantara dua ban besar, yang bisa dilakukan hanya berserah diri kepada yang maha kuasa. Semoga para supir truk ini selalu teliti ngecek spionnya supaya adegan-adegan horor seperti di Final Destination tetap menjadi cerita fiksi.
Kondisi Jalan Banyu Urip Surabaya memprihatinkan
Level bahayanya kian meningkat berkat kondisi aspal yang cukup memprihatinkan. Karena sering dilewati kendaraan kelas berat, nggak jarang ada lubang menganga di kanan kiri dan tengah jalan. Sudah jalannya kecil, dusel-duselan, nggak mulus pula. Lengkap sudah penderitaan para pengendara motor. Belum lagi pada masing-masing jalur, lajur jalannya dipisahkan semacam garis patahan. Seperti garis cetakan yang tidak rata. Garis patahan ini semakin menyulitkan pengendara motor kalau mau menyalip dengan pindah lajur. Harus hati-hati karena motor bisa oleng.
Rasanya semua yang dilakukan pengendara motor jadi serba salah. Kalau mau nggak kepanasan, mau nggak mau harus siap tancap gas dan keluar dari Jalan Banyu Urip Surabya secepatnya. Tapi, kalau berkendara cepat, akan lebih susah bila tiba-tiba harus menghindari lubang jalan atau menghindar dari manuver truk besar yang kadang sulit diprediksi.
Kesimpulannya, sebisa mungkin hindari jalan ini apalagi buat kalian pengendara motor yang masih cupu dalam berkendara. Kalau memang terpaksa dan tidak ada cara lain, jalan keluarnya hanya satu. Naik mobil saja.
Penulis: Arief Rahman Nur Fadhilah
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jangankan Para Pendatang, Suhu Surabaya yang Panas Juga Bikin Kapok Warga Daerahnya Sendiri
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.