• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Istana Topkapi: Saksi Bisu Puncak Khilafah Islam pada Masa Kesultanan Utsmaniyah

Tiara Uci oleh Tiara Uci
1 November 2022
A A
Istana Topkapi: Saksi Bisu Puncak Khilafah Islam pada Masa Kesultanan Utsmaniyah

Istana Topkapi: Saksi Bisu Puncak Khilafah Islam pada Masa Kesultanan Utsmaniyah (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Halaman ketiga

Halaman ketiga ditandai dengan gerbang felicity yang memiliki kanopi. Gerbang ini mengarah ke bagian terdalam di Istana Topkapi. Di area inilah tepatnya kediaman pribadi sultan berada. Di area ini juga terdapat harem, sekolah, beberapa asrama dan area pemandian khusus selir.

Kanopi Felicity

“Tidak ada orang luar yang boleh masuk area pribadi sultan apalagi berkomunikasi secara langsung dengan sultan Utsmaniyah,” jelas Mas Rama.

Dulunya, hanya sultan, anggota keluarga, dan pelayannya yang boleh masuk halaman ketiga Istana Topkapi. Jika ada tamu sultan, si tamu hanya boleh berkunjung sampai ruang tamu, itupun prosedurnya sangat ketat. Para tamu atau orang luar tidak diizinkan melakukan kontak mata dengan sultan. Kalau ingin bicara, posisi matanya harus mengarah ke bawah atau menunduk dan komunikasi akan dilakukan dengan perantara (penerjemah) sultan.

Perjalanan paling lama di Istana Topkapi terjadi di halaman ketiga ini. Sebab di area ini, banyak gedung yang kemudian dijadikan museum atau tempat disimpannya barang-barang berharga peninggalan para nabi.

Salah seorang teman saya berkata, “Eh, tetanggaku di Tuban pernah ke sini dan nangis sesenggukan pas melihat barang peninggalan nabi.”

Di halaman ketiga ini, memang ada beberapa bangunan yang dikhususkan untuk menyimpan barang peninggalan nabi, sahabat nabi, termasuk juga jenggot Nabi Muhammad SAW. Sayangnya, ketika kami datang, area atau tempat di mana jenggot nabi disimpan sedang direnovasi sehingga saya tidak punya kesempatan untuk melihatnya.

Namun, di sekitar area tersebut masih ada barang-barang berharga lain yang dipamerkan. Ada tongkat Nabi Musa, pedang para sahabat nabi, pedang Muhammad Al Fatih yang digunakan untuk menaklukan Konstantinopel. Ada juga baju Aisyah, istri Nabi Muhammad. Ketika berada di dalam area barang peninggalan bersejarah ini, kita dilarang mengambil foto.

Bahkan, tour guide kami tidak ikut masuk dan menunggu di luar. Saya kurang tahu penyebabnya, kabarnya tidak semua tour guide boleh masuk. Tapi tenang, meskipun tidak ada tour guide, area ini dilengkapi tulisan Latin berbahasa Inggris yang menceritakan sejarah dan deskripsi masing-masing item atau barang yang dipamerkan. Sehingga kita masih bisa menikmati museum dengan informasi yang terang benderang.

Di halaman ketiga ini, kita juga bisa melihat benda atau koleksi keterampilan pengrajin istana Utsmaniyah beserta perubahan modenya. Jika diamati secara cermat, akan terlihat perubahan mencolok pakaian di abad ke-19 ketika pakaian militer Eropa menggantikan kaftan sultan dan fez menggantikan surban.

“Sultan Utsmaniyah sering digambarkan menggunakan sorban besar berwarna putih di atas kepala. Sebenarnya itu adalah kain kafan” tutur Mas Rama.

Tentara Utsmaniyah juga menggunakan sorban dari kain kafan ketika berperang. Kalau mati di medang perang, surban tersebut digunakan untuk menutup badan atau mayat orang tersebut.

Di bagian tengah halaman ketiga Istana Topkapi ditempati perpustakaan Sultan Ahmed III dengan dekorasi yang mewah, daun jendelanya dilapisi mutiara dan gading. Koleksi di perpustakaan Topkapi termasuk manuskrip langka, di area ini juga tersimpan salinan awal Al-Quran.

Lelah mengelilingi halaman ketiga, saya sebenarnya ingin duduk sebentar untuk beristirahat. Sayangnya, saya tidak menemukan bangku dan terus melanjutkan perjalanan hingga halaman ke empat atau bagian paling ujung Istana Topkapi yang langsung berhadapan dengan Selat Bosporus yang memisahkan Turki bagian Asia dan bagian Eropa.

Halaman keempat

Halaman keempat atau yang paling belakang dari Istana Topkapi lebih banyak didominasi oleh taman. Di area ini ada semacam paviliun. Ketika Ramadan tiba di musim panas, para sultan akan berbuka puasa di sini. Menurut penuturan mas tour guide, mayoritas sultan di era Utsmaniyah tertarik dengan bunga dan suka berkebun. Itulah sebabnya, halaman keempat dipenuhi dengan bunga terutama bunga tulip.

Dari belakang area ini, kita bisa langsung melihat Selat Bosporus yang indah. Kalau punya uang lebih, bisa banget memesan tiket kapal yang akan mengantarkan kita berkeliling Selat Bosporus sambil menikmati makanan khas Turki dan secangkir kopi ibrik (metode seduh kopi khas Turki).

Selat Bosporus, dari belakang Istana Topkapi, Kekaisaran Utsmaniyah

Meskipun sangat mewah dan luas, Istana Topkapi masih dianggap kurang megah. Maka, pada era Sultan Abdulmecid I sekitar 1843 hingga 1856, dibangunlah Istana Dolmabahce sebagai pengganti Istana Topkapi. Praktis, seluruh sultan, mulai dari Sultan Utsmaniyah ke-31 dan setelahnya, tinggal di Istana Dolmabahce.

Sayangnya, Khilafah Utsmaniyah tidak berumur panjang di Istana Dolmabahce. Tak sampai 70 tahun, tepatnya tahun 1924 sistem Kekhilafahan Utsmaniyah ditiadakan, dan Mustafa Kemal Ataturk menggantinya dengan sekularisme.

Perjalanan saya mengitari Istana Topkapi akhirnya berakhir. Capek? Yoiyolah, luas banget. Makanya tulisannya panjang banget. Tapi, dari pengalaman ini, saya jadi paham kenapa Utsmaniyah bisa bertahan hingga ratusan tahun dan tetap didengungkan hingga kini. Dari Topkapi, kita paham kenapa Turki sempat berdiri tegak menantang di Bumi.

Penulis: Tiara Uci
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mustafa Kemal Ataturk yang Dihormati di Turki dan 3 Tokoh Nusantara yang Mirip Dengannya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 1 November 2022 oleh

Tags: Istana TopkapiIstanbulKekaisaran UtsmaniyahKonstantinopelturki

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Tiara Uci

Tiara Uci

Perempuan, tinggal di Surabaya. Suka minum kopi di sore hari.

ArtikelTerkait

Percayalah, Hidup di Indonesia Itu Benar-benar Menyenangkan

Percayalah, Hidup di Indonesia Itu Benar-benar Menyenangkan

6 November 2022
Kucing Liar Primadona dan Punya Tempat Istimewa di Istanbul (Unsplash.com)

Kucing Liar: Primadona dan Punya Tempat Istimewa di Istanbul

7 Agustus 2022
Kiat-kiat Menghadapi Musim Dingin di Turki

Kiat-kiat Menghadapi Musim Dingin di Turki

16 Januari 2022
5 Hal Nggak Enaknya Kuliah di Turki

5 Hal Nggak Enaknya Kuliah di Turki

14 Januari 2022
italia vs turki euro 2020 mojok

Italia Bermain Begitu Matang ketika Turki Kehilangan ‘Will to Fight’, Euro 2020 Dibuka dengan ‘la Festa’

12 Juni 2021
lelaki turki

Sebelum Pesona Lelaki Turki Merebak, Segera Ajak Doi ke KUA

27 Juli 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Bisakah Kita Menikmati Musik Tanpa Peduli Pilihan Politik sang Musisi? (Pixabay.com)

Bisakah Kita Menikmati Musik Tanpa Peduli Pilihan Politik sang Musisi?

3 Kenakalan Siswa Madrasah, Siswa Non-Madrasah Can't Relate Terminal Mojok

3 Kenakalan Siswa Madrasah, Siswa Non-Madrasah Can't Relate

Mitos Legenda Sangkuriang dan Kaitannya dengan Sesar Lembang

Mitos Legenda Sangkuriang dan Kaitannya dengan Sesar Lembang

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

5 Dosa Operator Pertashop yang Membuat Lapak Mereka Sepi (Unsplash)
Pojok Tubir

5 Dosa Operator Pertashop yang Membuat Lapak Mereka Sepi

oleh Muhammad Arif Prayoga
1 Februari 2023

Sepi karena dosa-dosa sendiri.

Baca selengkapnya
Solo Safari Zoo, Alat Pencitraan Brilian dari Gibran Rakabuming Terminal Mojok

Solo Safari Zoo, Alat Pencitraan Brilian dari Gibran Rakabuming

31 Januari 2023
6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Terminal Mojok

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Asli

25 Januari 2023
Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub (Unsplash)

Warnet Bokep di Jogja yang Pernah Jaya Bersama Pornhub

1 Februari 2023
Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas (Unsplash)

Saatnya Purwokerto Memisahkan Diri dari Kabupaten Banyumas

31 Januari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .