Kemarin malam, salah satu grup WhatsApp yang berisikan beberapa teman saya di kelas mendadak ramai. Rupanya salah satu teman saya sedang melontarkan satu kalimat tanya yang menarik perhatian dan sayang sekali jika sesi ini sampai terlewatkan.
“Tak ajak gibah mau?” Begitu kalimatnya. Mata saya langsung berbinar membaca pertanyaan teman saya itu. Lha bagaimana tidak? Setelah beberapa hari kepala saya terasa sumpek, dada saya terasa sesak, dan suasana hati saya sedang buruk karena mengingat deadline tugas yang mepet-mepet, saya langsung mendapat pencerahan, rasanya seperti mendapatkan angin sejuk.
Bakat gibah yang ada dalam diri saya meronta-ronta, meminta agar segera dieksekusi. Kebetulan teman-teman saya juga ahli gibahiyah. Jadi ketika ada bahan untuk dibahas, pergibahan online ini menjadi begitu aktif dan berlangsung khidmat.
Sesi kedua setelah pembukaan dengan kalimat tanya dilanjut dengan mengucapkan tema yang akan didiskusikan bersama, kebetulan malam kemarin membahas tentang seorang mahasiswa yang menjadikan kegiatan UKM-nya menjadi alasan untuk tidak mengerjakan tugas kelompok. Wah tema yang begitu sensitif dan bisa jadi menimbulkan perpecahan ini, walaupun begitu tapi tetap dilanjutkan.
Teman saya menceritakan bagaimana temannya satu kelompok tidak membantunya mengerjakan tugas. Padahal kan ini tugas kelompok bukan individu, ya masak yang mengerjakan satu orang tapi mereka juga kebagian nilainya. Kan tidak adil.
Setiap kali diajak untuk bekerjasama, selalu saja alasannya ada kegiatan di UKM, entah itu latihan, rapat, diskusi, atau lainnya yang berkaitan dengan UKM. Sekali dua kali mungkin bisa dimaklumi, tapi kalau sudah berkali-kali bahkan sudah berjalan hampir tiga semester masa iya alasannya masih tetap sama. Saya bisa bilang begini bukan asal bicara ya, tapi sudah banyak yang mengeluhkan hal yang sama, dan saya sendiri pun juga pernah mengalami satu kelompok dengannya. Saya kan jadi penasaran, sesibuk apa sih UKM itu?
Okelah saya tahu kegiatan UKM memang padat, tapi apa ya sepadat itu? Apa tidak ada sedetikpun waktu untuk istirahat, sampai-sampai melalaikan tugasnya sebagai seorang mahasiswa?
Saya bukannya mau sombong ya, hanya sedikit mau pamer saja kalau saya juga ikut UKM, malah saya ikut dua UKM sekaligus, yaitu teater dan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Dua-duanya saya mencoba aktif, selain itu di rumah saya nyambi jualan wedangan, momong keponakan, nulis, rebahan, nonton drakor, nyuci baju, nyuci piring, nyapu, ngepel, dan yang nggak ketinggalan boker. Banyak juga ya ternyata aktivitas saya. Heuheu.
Dulu nih sebelum ada corona saya malah lebih sibuk. Pagi kuliah, siang kalo senggang rasan-rasan kumpul bareng teman-teman jurnalis kampus, sore kerja part time (ngeles anak-anak, ini pun lesnya bukan cuma di satu bimbel tapi dua bimbel), malam hari masih harus latihan teater, dan begitu terus siklusnya. Tapi, coba tanya temen-temen saya, ada tidak tugas kelompok yang terabaikan?
Lah ini, ikut satu UKM tapi sibuknya udah ngalah-ngalahin presiden. Bahkan presiden yang sesibuk itu pun masih bisa meng-handle tanggung jawabnya loh. Duh ini jari kalau udah bacot emang nggak ada akhlaq.
Jadi punten, Mbak/Mas, yang sibuk itu bukan cuma sampean. Saya sibuk, teman-teman yang lain juga sibuk, tapi kami masih bisa menjalankan apa yang menjadi tanggung jawab kami.
Setiap pilihan kan sepaket dengan risiko. Kalau kita sudah menetapkan untuk kuliah dan ikut UKM jadi ya harus terima konsekuensinya. Kewajiban kuliah dikerjakan, kewajiban di UKM ya dikerjakan.
Saya sebenarnya nggak masalah kalau sampeyan tidak mengerjakan tugas kalau itu tugas individu, wes sak karepmu. Tapi, masalahnya ini tugas kelompok yang menyangkut kepentingan orang banyak, bukan cuma kepentingan sampeyan thok. Mbok ya tolong, sedikit saja ngrumangsani.
Saya kasih tahu rahasia saya yang punya banyak kegiatan tapi masih bisa menjangkau semuanya. Pertama adalah membuat list/catatan. Biar tidak keteteran, saya membiasakan diri membuat list/catatan yang berisikan tugas-tugas beserta tenggat waktunya dan agenda-agenda terdekat yang harus dilaksanakan. Saya ini kan orangnya pelupa banget, dengan adanya list/catatan ini membantu saya mengingat sesuatu dan bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.
Kedua, memberi deadline pada setiap tugas sebelum deadline aslinya. Maksud saya begini, misal ada tugas membuat makalah yang dikumpulkan Selasa. Nah saya biasanya memberi tenggat waktu satu hari sebelum hari-H, Senin misalnya. Hal itu secara otomatis akan melatih kedisiplinan.
Ketiga, fokus mengerjakan hal-hal yang penting. Saat ini kegiatan yang paling sering menyita banyak waktu anak muda adalah bermain gadget, entah itu digunakan untuk berselancar di alam maya ataupun bermain game. Gadget berhasil menjadi candu. Sehari saja tidak menggunakannya rasanya seperti ada yang kurang.
Kalau sudah pegang gadget manusia kadang jadi lupa waktu. Yang tadinya cuma pengen balas pesan dari teman, eh kebablasan buka-buka story teman, yang tadinya cuma pengen lihat satu dua story eh kebablasan semuanya dilihat, dan hal itulah yang akhirnya akan menghambat pekerjaan kita. So, seperti yang saya bilang tadi fokus saja mengerjakan hal-hal yang penting, bukan berarti berhenti total main sosial media/game ya. Hal itu boleh dilakukan asal jadikan sebagai bahan refreshing saja.
Jadi itu yang saya lakukan untuk menyeimbangkan antara kuliah, kerja, dan kegiatan mahasiswa. Menurut saya kegiatan UKM walaupun padat tidak menghalangi aktivitas kuliah saya, sepintar-pintarnya kita aja memanajemen waktu.
Sebenarnya dari awal yang ingin saya tanyakan itu maksud sampeyan bawa-bawa UKM sebagai alasan tidak mengerjakan tugas itu apa? Pengen ngasih tahu kalau sampeyan anak UKM? Terus biar apa? Biar kita maklum dan ngasih keringanan gitu? Ha enak temen kowe dadi uwong.
Jangan-jangan alasan sampeyan tidak mengerjakan tugas itu bukan karena adanya kegiatan UKM tapi karena ketika ada waktu senggang bukannya digunakan untuk mengerjakan tugas, tetapi malah digunakan untuk hal-hal lain yang tidak penting-penting amat atau mungkin emang sampean aja yang malas.
BACA JUGA 4 Cara Menolak Ajakan Gabung Organisasi Mahasiswa
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.